Social Media Membuat Kita Suka Pamer?

Apa iya social media bikin kita suka pamer?
Bisa jadi. Pamer punya apa-apa baru, barang baru, mobil/motor baru, rumah baru, atau pacar baru mungkin? ;)

Itu karena kebiasaan. Social media membuat kita jadi terbiasa apa aja diomongin. Dari mulai suasana hati, keluhan, omelan, sampe ke-ria-an yang pada saat itu di rasakan. Berikut juga apa yang dipunyai. Berasa kayak berbagi kesenangan.

Lagi makan, makanannya di foto sebelum di share ke Instagram dan Path.
Lagi dimana, check in dulu di Foursquare atau sekalian tag temen di Path.
Akhirnya bisa beli sesuatu yang baru pun di twitpic dan di share ke Twitter/Facebook/Path dsb dsb.
Sampe pacar baru pun sering berganti jadi display picture seorang teman :D
Read more

Mencari Pekerjaan Yang Menyenangkan

Rasanya sulit sekali menjelaskan pekerjaan terkait new media dan digital media pada ‘orang-orang tua dan yang berpikir lama’.

Mungkin beberapa teman yang juga bekerja di dunia digital, berkaitan dengan new media yaitu internet merasakan hal yang sama dengan yang saya rasakan. Pada beberapa orang atau bahkan banyak orang di luar sana melihat bahwa pekerjaan adalah dimana kalian duduk di kantoran dari pukul 9 hingga 5 sore. Atau malah kayak kakek saya yang masih berpikir kalo belom jadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) itu hidupnya blom enak, cuma karena PNS dinilai kerjanya lebih santai, gaji jalan terus dan… dapet dana pensiun.

Di negara kita ini, masih banyak banget kok yang mikir begitu. Orang berlomba-lomba nyuruh anaknya biar jadi PNS, malah gak segan-segan yang punya duit lebih, membayar agar anaknya tersebut bisa lulus dalam tes. Demi jadi PNS. Saya gak berpikir PNS itu gak baik kok, justru sebaliknya, jika memilih menjadi PNS itu berarti sudah memilih untuk menjadi pegawai negeri ini, mengabdi untuk rakyat bukan menggunakan uang rakyat untuk kepentingan pribadi. Orang-orang ini punya tanggung jawab besar secara pribadi dan juga lingkup yang lebih besar lagi pada kementerian dan negari ini.

Tak jarang pekerjaan yang bisa buka laptop, internet-an dan duduk di cafe dinilai bukan bekerja, tapi nongkrong biasa. Kalo sampe bertemu dengan orang-orang yang saya bilang berpikir cara ‘orang lama’ ini ya paling cuma bisa senyum aja. Susah jelasinnya ya, tapi bagi yang ngerti kerjaan kayak gitu menyenangkan kok :)

Read more

Bunuh Diri Karena Cyberbully

Baru-baru ini merebak kabar ada yang bunuh diri karena cyberbully di Jogja.
Saya akhirnya mencari tahu kabar ini, dari googling sampe baca-baca tuit tentang Bobby Yoga atau Kebo. Kebo yang ketua pelaksana event musik ini bunuh diri setelah acara yang dibuatnya gagal. Banyak yang bilang dia bunuh diri karena gak tahan dengan caci maki gagalnya acara Lockstockfest2 yang dibuatnya. Setelah baca obituari dari seorang teman dari Kebo, saya merasa ini bukanlah karena cyberbullying.

Sebenarnya sudah banyak kasus bunuh diri karena cyberbully ini. Sebut saja Megan Taylor Meier, Phoebe Prince, Amanda Todd, Katie Webb, Jade Stringer, Sheniz. Amanda Todd yang paling banyak diomongin tahun lalu karena sebelum bunuh diri dia sempet bikin video dan diunggah ke Youtube.

Cyberbully sendiri banyak terjadi di kalangan remaja. Menurut studi American Academy of Pediatrics (AAP), 78% remaja yang melakukan bunuh diri, selain mengalami cyberbully juga menjadi korban bully di kehidupan nyata. Hanya 17% saja yang menjadi korban cyberbully.

Read more

6 Tahun Ngetwit

Ya. Saya udah 6 tahun Ngetwit.

6 tahun
6 tahun

7 Mei lalu saya dapet mention dari @Twbirthday yang ngingetin kalo saya udah 6 tahun ngetwit. Di awal-awal muncul Twitter memang gak seheboh 2 tahun terakhir.

Awal banget yang ada Twitter cuma buat kicauan gak penting, malah sering kali lebih ke obrolan sesama pengguna. Soalnya dulu temen-temen yang punya Twitter cuma segelintir, saya lebih sering ngobrol sama si kembar @nillapinky dan @nieke atau @anima dan beberapa yang laen yang sampe sekarang kita bilang se’angkatan’. Ya sih berasa tua :p

Kalo dulu mah blom ada yang namanya stalker, karena yang punya Twitter sedikit ya biasa aja sih mau ngomong apa aja. Kalo sekarang, rada ngeri. Takut disangka inilah, takut dibilang gitulah, dan sebagainya. Karena, gak semua yang kita baca di Twitter itu benar adanya, bisa aja cuma pencitraan. Kita juga gak bisa asal meyakini sesuatu tanpa diketahui lebih dulu beritanya.

Read more

Tentang Motivator Atau Apalah Namanya….

Motivator sejatinya adalah dia yang memberi motivasi dengan suatu tujuan
Tujuannya boleh jadi menjadikan motivator itu seperti ada spesialisasinya seperti memotivasi hidup, pekerjaan, pernikahan dan lain sebagainya.

Saya pernah ikut (mungkin agak dengan terpaksa karena dari kantor waktu itu) seminar motivasi tentang pekerjaan. Bagus sih, tapi rasa hebohnya atau terasa berkobar-kobarnya hanya beberapa hari setelah seminar itu selesai. Setelah itu? Ya kembali ke realita kehidupan.

Banyaknya motivator di negara ini (kecil aja ya lingkupnya) masih terus seminarnya diminati siapa saja. Tanda bahwa banyak dari kita menginginkan diri kita terus dimotivasi untuk hal apa pun. Tapi seringkali juga motivasi membawa beberapa orang menyangka bahwa yang dikatakan motivator lah yang terbaik dalam hidup ini. Jika gak sama, ya hidup jadi gak sempurna.

Ooh….rasanya tidak seperti itu.
Hidup tidak semudah omongannya pak Ma**o Teguh
Pun tak semulus paha cherrybelle

Saya tidak menyoalkan bagaimana para motivator meyakinkan Anda atas banyak hal dalam hidup. Tapi setidaknya teman-teman bisa memahami apa yang mereka katakan. Tidak semua yang dikatakan harus dilakukan dengan proses yang sama seperti itu. Banyak hal harus dipahami dengan kenyataannya. Seringkali kita harus menyiapkan banyak rencana ketika plan A dan B tak berhasil.

Tentang pekerjaan misalnya, ada yang bilang ‘Ngapain sekolah sampe S2 kalo gajinya 2jt?’. Semua punya pilihan sendiri menurut saya. Guru dan dosen banyak yang gajinya segitu, tapi mereka baik-baik saja. Ukuran bahagianya hidup seseorang tak bisa dinilai dari gaji yang didapat.

Tentang pernikahan juga misalnya, siapa yang bisa memastikan bahagianya pasangan kalo bukan pasangan itu sendiri? Mau dikata motivator bahwa keluarga itu adalah segalanya memang benar, tapi sebuah keluarga punya ‘deal’ sendiri-sendiri tentang kehidupan keluarga mereka. Si istri harus bekerja pun pastinya dengan ‘deal’ dari si suami.

Kehidupan yang manis menurut seseorang belum tentu manis untuk hidup orang lain. Tak perlu menilai hidup orang lain apalagi membanding-bandingkannya dengan hidup sempurna atas kriteria pribadi kita.

Paling tidak kita punya harapan dan keyakinan sendiri dalam hidup. Itu saja yang harus dipastikan agar makin besar dari hari ke hari.

Motivator paling hebat adalah kehidupan itu sendiri.

Posted with WordPress for BlackBerry.

Amazon Akuisisi Goodreads

Mungkin akan Berasa kayak Kindle dan Goodreads jadi satu.

Bagi yang belum tahu, Amazon adalah salah satu situs belanja terbesar di dunia. Dulu banget sih emang jualnya buku-buku, sekarang sih apa aja dijual disana. Amazon sendiri memproduksi ebook reader sendiri yang diberi nama Kindle. Saya salah satu penggunanya.

Goodreads adalah jejaring sosial pencinta buku. Bisa dibilang ini adalah database terbesar buku-buku di dunia. Orang kalo mau cari tahu soal salah satu buku biasanya ngecek ke Goodreads dulu untuk tahu rating dan juga review banyak pembacanya. Eits… tapi jangan salah ya, banyak yang mengira Goodreads menyiapkan banyak buku untuk bisa dibaca secara online. Walau sebenernya bisa baca ebook via aplikasi Goodreads di iOS tapi itu bukanlah keunggulan utama Goodreads.
Read more

Sering Belanja Online?

Belanja sekarang sih apa-apa dah bisa online. Cukup duduk, liat pc/laptop/tablet/smartphone, browsing, dapet barang yang dicari, beli, lakukan pembayaran dan tunggu barangnya sampe di rumah. Gampang emang (selagi duitnya banyak), cuma seberapa banyak yang kamu bisa beli secara online?

gambar : blog.cabananights.com

Kalo ditanya ke diri saya sendiri, ya katakanlah saya lumayan sering belanja online. Beli apa aja? Kalo dulu zamannya Alaya masih bayi, segala perlengkapan bayi yang lucu dan pakaiannya. Trus beli buku sih yang paling sering banget. Karena biasanya bukunya gak ada di Palembang atau karena memang pengen punya bukunya duluan sistem pre order atau diskon yang menggiurkan.Beberapa barang yang kayaknya saya gak beli online adalah sepatu, sendal gitu karena takut aja gak pas.

Banyak barang emang bisa di beli secara online, malah hampir semua kali ya. Mau beli pakaian dsb fashion item, banyak buanget toko onlinenya, mau beli gadget juga banyak, beli kebutuhan rumah sehari-hari pun ada jualannya. Beberapa dari kita silakan milih aja lebih suka beli secara online atau masih suka ke toko benerannya.

Read more