Isu Pelecehan Seksual, Dari Drama Hingga Trauma

Tulisan ini di draft sejak lama, saya merasa gatel pengen nulis tentang hal ini setelah isu ini berkali-kali dateng di drama Korea yang saya tonton.

Ya, soal isu pelecehan seksual ini selalu yang banyak jadi korban adalah perempuan, walau memang tetap ada saja korban laki-laki. Drama Korea yang saya tonton jelas sekali banyak mengangkat isu ini, sebut saja salah satunya adalah serial Criminal Minds : Korea dan Live. Live sendiri adalah serial tentang beberapa petugas polisi baru yang jadi polisi patroli dan salah satunya, polisi perempuan pernah menjadi korban pelecehan seksual. Di sana dia harus menyelamatkan anak perempuan yang menjadi korban serupa dirinya. Pada saat itulah dia sadar, bahwa ternyata pengalaman saat itu menyisakan trauma hingga dia dewasa. Dia mencoba untuk mengobati sendiri trauma itu, tapi tetap saja trauma tetaplah trauma. Mengurangi bisa, melupakan mungkin tidak bisa.

Isu seperti ini diangkat diberbagai drama Korea, yang menjadi sisipan cerita maupun yang benar-benar menjadi cerita besarnya. Beberapa aktor yang akhirnya ditangkap karena isu pelecehan seksual di Korea pun membuka mata saya bahwa isu ini benar-benar dianggap serius sama negara itu.

sumber : komnasperempuan.go.id

Saya pernah punya pengalaman gak enak waktu SMP. Waktu itu saya dan teman-teman perempuan saya dalam perjalanan pulang sekolah, kami harus naik jembatan penyeberangan orang (JPO) menuju rumah. Di JPO tersebut, kami bertemu dengan laki-laki yang pas kami lewati memanggil kami dan memperlihatkan alat kelaminnya. Kami teriak dan berlari sekencang mungkin. Saya ceritakan ke orangtua sesampainya di rumah. Sumpah rasanya mengerikan sekali, sampe sekarang kalo saya harus lewat JPO di manapun itu saya akan mengecek dulu apa ada orang ‘aneh’ yang menunggu di atas sana atau tidak. Jika ada, saya lebih baik tidak jadi menyebrang dengan JPO atau mencari cara agar bisa bareng menyebrang dengan banyak orang.

Bisa dibilang saya cuma punya pengalaman secuil begitu, tapi berasa sampe sekarang. Saya mengingat dengan jelas kejadian itu dan yang padahal terjadi pada saya 20 tahun lalu. Apalagi dengan yang mengalami pelecehan yang lebih gila sampe kekerasan seksual? Sungguh dengan menonton kejadian seperti itu saja, hati saya rasanya penuh kesal dan geram.

Kampanye #MeToo pun sudah banyak bergaung di mana-mana termasuk Indonesia. Di Indonesia ada Rancangan Undang-Undang Penghapus Kekerasan Seksual (RUU PKS) yang katanya masuk Program Legislasi Nasional (Prolegnas) tahun 2018, tapi sampe sekarang DPR belum juga mengesahkannya. Menyebalkan? Iya!

Sabtu, 8 Desember 2018 lalu akhirnya jalanlah pawai akbar di Jakarta yang bertujuan agar pemerintah segera mensahkan UU Penghapusan Kekerasan Seksual ini.

Rasanya makin hari makin sering mendengar kasus pelecehan seksual dari yang cuma tontonan dalam drama yang saya ikuti sampe kasus yang beneran terjadi. Tapi, saya juga yakin bahwa dalam drama pun banyak yang dibuat benar-benar atas kejadian nyata.

Bagi korban, gak mudah untuk ngomong soal ini, apalagi jika harus melapor pada kepolisian. Malu sudah pasti. Belum lagi jika korban gak punya bukti dan atau saksi, kadang korban malah jadi orang yang dihukum seperti kejadian Bu Nuril.

Yang bisa kita lakukan jika mendengar ada korban, doronglah untuk ngomong. Jangan diam. Karena diam justru akan membuat kejadian serupa terulang.

One thought on “Isu Pelecehan Seksual, Dari Drama Hingga Trauma

  1. repotnya, dalam banyak kasus, perempuan yg melaporkan pelecehan seksual yg mereka alami justru mendapatkan kekerasan lainnya secara verbal. misalnya dianggap krn mengundang laki-laki utk melakukan pelecehan atau diminta menunjukkan bukti.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.