Judul Buku : Ranah 3 Warna
Penulis : A. Fuadi
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman : 473 Halaman
Harga : Rp. 65.000
ISBN : 9789792263251
Wow, akhirnya buku yang ditunggu-tunggu ini kelar juga saya baca.
Ga tahan dengan bahasan suami dan adek saya yang udah nyamber duluan buku ini, saya akhirnya menyudahi buku ini dengan senyum gembira.
Ranah 3 Warna adalah buku kedua dari A. Fuadi yang promonya dimana-mana bakal jadi best seller.
Seperti buku pertamanya, Negeri 5 Menara yang menjadi best seller, saya tak ragu lagi akan banyak orang menyukai buku Uda Fuadi yang kedua ini.
Kalo di Negeri 5 Menara kita melihat cerita Alif Fikri dan teman-teman Pondok Madani dengan mantra “Man Jadda wajada“, dalam buku kedua ini, Alif diceritakan memasuki masa dewasa dimana ia meneruskan pendidikannya dengan mantra baru “Man Shabara Zafira“.
Awalnya saya ngerasa bingung dengan cover buku juga pembatas buku yang dihadiahkan buku ini. Cover buku terlihat sepatu hitan dan untuk pembatas buku serupa daun. Ternyata, kalian wajib membaca buku ini dulu untuk tau apa arti dibalik semua itu. Cover itu adalah si Hitam, sepatu dari kulit jawi yang diberikan Ayah Alif sebelum Alif pergi merantau ke Bandung untuk kuliah. Daun? ya, pembatas bukunya unik, serupa daun yaitu daun maple khas negeri Kanada, tempat akhirnya Alif meraih mimpinya menginjak benua Amerika.
Diceritakan Alif akhirnya mengikuti ujian persamaan SMA untuk mandapatkan ijazah setara SMA sampai belajar sangat tekun dan rajin untuk mengikuti UMPTN untuk masuk kuliah sesuai harapan Alif. Akhirnya Alif diterima berkuliah di universitas negeri di Bandung dengan jurusan Hubungan Internasional, karena ia ingin lebih menguasai bahasa. Banyak hal yang dilalui Alif untuk bisa mengejar mimpi-mimpinya. Dengan ekonomi keluarga yang sulit ditambah dengan kepergian Ayah Alif yang tak pelak membuat saya ingin menangis dan meneteskan air mata, Alif harus bisa sekuat tenaga meneruskan hidupnya dan meraih mimpinya ke benua Amerika.
Alif akhirnya harus kerja keras, mulai dari mengajar privat hingga berjualan dari rumah ke rumah demi meneruskan kuliahnya. Sangat beruntung Alif bertemu dengan Bang Tigor, sang guru menulis Alif. Tidak hanya belajar menulis, Alif menemukan banyak pelajaran berharga dari Bang Togar.
Cerita dalam buku kedua ini ga cuma cerita Alif mengejar mimpi-mimpi ke Amerika, tapi juga tak luput dari cerita percintaan. Alif akhirnya jatuh cinta pada seorang wanita yang satu kampus dengannya dan juga mereka berdua berkesempatan ke Kanada, tapi sayang seribu kali sayang, Alif harus berjuang untuk mandapatkan hati Raisa, terutama dari Randai, sahabat sepermainan Alif dari kecil.
Saya merasa buku ini luar biasa.
Buku ini memberikan motivasi besar untuk mengejar semua mimpi dan cita-cita.
Tidak cuma bermimpi, tapi kisha ALif mengajarkan kita bagaimana cara untuk bisa meraih mimpi. Tidak hanya dengan berusaha sekuat tenaga tapi juga kesabaran.
Dari semua tokoh pendamping Alif dalam buku ini, favorit saya adalah Rusdi :)
Entah kenapa, saya merasa Rusdi ini membuat buku ini terasa lebih menarik lagi. Lucu, nasionalisme tinggi tapi juga seniman.
Bagi yang belum baca, bacalah… segera… :)