Review Buku Oksimoron

Oksimoron

Judul Buku : Oksimoron
Penulis : Isman H. Suryaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman : 296 Halaman
Harga : Rp. 55.000
ISBN : 9789792262728

Akhirnya kelar juga baca buku ini :baca:
Saya merasa tidak mengerti di bagian awal membaca buku ini. Menurut saya, Isman menuliskan deskripsinya kurang detil yang mengakibatkan saya kurang bisa membayangkan ceritanya di bagian awal. Itulah alasan yang membuat saya terasa lama sekali menyelesaikan buku ini, padahal jumlah halamannya ga sampe 300 halaman.

Okeh, pertama harus tau dulu Oksimoron itu sendiri apaan.
Menurut Wikipedia, Oksimoron itu adalah majas yang menempatkan dua antonim dalam suatu hubungan sintaksis. Bagi yang ingin tahu lebih jelas, bisa cek disini. Saya sendiri ga tau kenapa buku ini dikasih judul ‘Oksimoron’, apa karena banyak menggunakan majas tersebut? Jawaban penulisnya begini :

Alan dan Rine adalah pasangan muda yang berusaha membuktikan bahwa pernikahan bahagia bukanlah oksimoron. Konsekuensinya, mereka juga harus berjuang untuk menghadapi berbagai unsur bertolak belakang, seperti mertua dan kerukunan, tetangga dan kewarasan, hingga kehamilan dan aborsi.

Cerita tentang kehidupan pernikahan Rine dan Alan yang memutuskan untuk tidak punya anak. Dari kalimat itu aja akan ada banyak pertanyaan kan ya, begitu juga saya sebagai pembaca. Hal itulah yang sebenernya diangkat oleh Isman. Saya ga terlalu kagetlah, di kota besar akan banyak dijumpai pasangan menikah yang berniat seperti itu, dengan anggapan anak hanya akan merepotkan. Tapi, bukan itu yang membuat Rine tidak menginginkan punya anak, dan disanggupi pula awalnya oleh Alan. Namun, ternyata tidak semudah itu, karena tujuan pernikahan kan bukan hanya untuk pasangan itu sendiri, tapi ada keluarga yang ikut bersatu dengan tujuan satu pula, meneruskan keturunan.

Ceritanya sederhana tapi menarik apalagi ditambah humor segar yang tercipta antara Alan dan rine juga Alan dan Andi. Tapi, saya merasa ada banyak hal yang kurang, kata tepatnya ‘kurang pas’. Dimananya?
Pertama, Hal 84, “Saya nikahkan putri saya, Rine Kumalasari bin Turman Syaringgih…” seharusnya untuk perempuan itu binti, bukan bin. Hal ini terulang 2 kali di halaman yang sama.
Kedua, Sebutan Rine untuk Alan, alangkah banyaknya…. bentar-bentar manggilnya ‘Mas’, pindah halaman laen panggilannya, ‘Kau’ (yang agak asing menurut saya, karena mungkin harusnya ‘Kamu’, kan manggil suami) dan ada lagi ‘Elo’ (yang ini mungkin aja kalo lagi berantem kan ya?).
Ketiga, saya memang bukanlah polisi typo, tapi saya tau ada banyak typo dalam buku ini.
Pertanyaannya, mana ini editornya? Biasanya editor GPU itu lebih teliti loh urusan kayak begini.

Okelah, itu sekedar salah dalam hal ketikan, dan sudah dijawab oleh Mas Isman sendiri melalui twitternya.
Tapi Mas Isman saya acungi jempol dalam memberikan quote sederhana tapi bermakna banget di setiap awal bab dalam buku ini :)

Inspirasi sendiri hanyalah debu yang akan segera hilang tertiup, kecuali kita menjadikannya nyata melalui tindakan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.