Judul Buku : Ibuk,
Penulis : Iwan Setyawan
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman : 291 Halaman
Harga : Rp. 58.000
ISBN : 9789792285680
Seperti sepatumu ini, Nduk. Kadang kita mesti berpijak dengan sesuatu yang tak sempurna. Tapi kamu mesti kuat. Buatlah pijakanmu kuat.
-Ibuk-
Buku kedua dari Iwan Setyawan yang disebut-sebut sebagai buku keluarga ini memang betul-betul ditulis untuk keluarga, memperlihatkan tekad seorang ibu untuk menyekolahkan anak-anaknya dan kita akan melihat perjuangan hebat seorang ibu. Tapi tidak hanya Ibu seperti judul buku ini, melainkan juga Bapak sebagai kepala keluarga yang amat bertanggungjawab pada kelima anaknya.
Berbeda dari buku pertamanya yang berjudul 9 Summers 10 Autumns (yang saya review dan dapet banyak komentar gak suka dari para fans Mas Iwan :p) yang menceritakan lebih banyak perjalanan pekerjaan dan karirnya hingga ke negara apel itu, buku kedua ini bercerita lebih banyak tentang keluarganya terlebih ibunya.
Diceritakan dari awal bagaimana si ibuk yang harus putus SD untuk membantu berjualan pakaian di pasar, bertemu dengan si bapak yang kenek angkot hingga menikah dan mempunyai lima orang anak. Bayek lahir dengan didahului Isa dan Nani, lalu punya adik perempuan lagi, Rini dan Mira. Tidak ada perlakuan khusus yang diberikan ibuk pada Bayek, walau ia putra satu-satunya keluarga ini. Ibuk selalu dengan ciamik digambarkan tidak membedakan Bayek dan anak perempuan ibuk lainnya, mereka semua sekolah, mendapat makanan yang sama, membagi mana yang harus terlebih dahulu menjadi prioritas seperti membelikan sepatu baru buat Nani walau Bayek merengek minta dibelikan juga.
Digambarkan ibuk dengan bijak mengatur keuangan, bapak yang punya angkot kadang hingga tengah malam baru pulang karena angkot mogok. Dengan keadaan seperti itu, ibuk dan bapak tetap mampu menyekolahkan kelima anaknya tanpa putus harapan. Bayangkan 5 ya, kadang saya mikir punya anak banyak gitu gimana sekolahnya. Tapi ibuk dan bapak disini membuat saya yakin, selalu ada rezeki jika kita mengupayakannya.
Hampir sebagian besar isi buku ini adalah tentang perjalanan hidup ketika Bayek masih kecil hingga akhirnya bisa melanjutkan ke IPB lalu perjalanan di New York. Rindu kampung halaman, membantu keluarga di Batu dengan membuatkan rumah.
Saya akui Mas Iwan memang apik menuliskan perjalanan hidupnya yang mengesankan dan penuh arti. Tapi jika tulisan dalam buku ini memang keseluruhannya nyata, mengapa buku ini lantas dilabeli Fiksi/Novel? Sungguh saya berharap ada bumbu drama atau fiksi dalam buku ini, mungkin bagaimana perasaan Bayek terhadap Rachel misalnya, ah padahal saya kepo juga hal percintaan Bayek, meskipun itu ditulis fiktif alias memang dibuat ada aja gitu :D
Lalu, apakah nama Bayek ini memang nama Mas Iwan atau nama rekaan untuk dibuku ini aja ya?
Oh ya, 9 Summers 10 Autumns segera difilmkan lho, bagi yang suka bukunya boleh sabar menanti di akhir tahun 2012 ini tayangnya.
aku barusan selesai baca ibuk dan mereview kemarin :)