Perantau dan Tradisi Mudik

Menjadi perantau tak ada yang salah.

Mungkin saya memang bukan perantau karena belum pernah tinggal lama di daerah lain selain Palembang. Lahir dan besar di Palembang, sampe sekarang sudah menikah pun belum ada kepikiran untuk tinggal di kota lain. Beda halnya dengan beberapa teman yang sudah biasa sedari kuliah tinggal di sini, menikah nanti di sana dan ada yang harus pindah ke sana sini karena pekerjaan. Tentu saja saya gak pernah merasakan yang namanya tradisi mudik, pulang kampung pas hari raya gitu. Yang ada saya pernah ke kampung halaman ibu bapak saya itu pun gak pada saat hari raya dan karena jauh (sekitar 8 jam perjalanan darat) saya biasanya udah males duluan.

Beberapa hari lalu, di grup chat teman saya bercerita bagaimana perjalanan mudik ala mereka. Walau melelahkan seorang teman bercerita serunya mudik keluarganya ke kampung suaminya di Jogja menggunakan kereta api. Mereka menggunakan berbagai transportasi apa aja sebenarnya, pernah pakai pesawat, bawa mobil juga. Demi memberikan pengalaman baru buat anak-anak dipilihlah tahun lalu menggunakan kereta. Dia cerita dari nyari tiket kereta api mudik, menyiapkan segala macem kebutuhan keluarga sampe ngerasain penuhnya stasiun pada saat mau mudik. Rame tapi tetap menyenangkan katanya. Anak-anak juga tetap bisa happy.

Cerita kedua tentang teman saya yang lain (masih di grup chat), bercerita bahwa dia yang bekerja di Malaysia harus rela gak bisa tiap tahun pulang ke Palembang. Alhamdulilahnya, orangtuanya yang kadang mengunjungi dia di sana. Ah, untungnya penerbangan Palembang – Kuala Lumpur bisa dengan mudah didapat, sering ada promo pula. Sering kali ke luar negeri bisa lebih murah daripada dalam negeri. Kalo masalah paket roaming sekarang juga udah gampang pula, ada paket roaming Indosat tinggal pilih aja mau paket yang mana. Beberapa teman yang jalan-jalan ke Malaysia biasanya mampir ke rumah teman saya ini untuk menginap, lumayan bisa hemat biaya penginapan kata mereka.

baca juga : pelatihan tenaga kerja Indonesia di Malaysia

Lain teman saya, lain juga sepupu saya. Dia yang tinggal di Lombok harus rela juga gak pulang mudik. Sudah sekitar 5 tahun tinggal di sana dan dia belum pernah ada kesempatan untuk merasakan tradisi mudik. Dia lebih memilih untuk nungguin kapan kira-kira ada tiket murah buat ke Palembang.

Gak cuma tradisi orang Indonesia, mudik juga ada dalam tradisi Korea.

Saya sering nonton variety show Korea kan ya, dibeberapa drama Korea juga sering terdengar istilah chuseok. Chuseok ini sebenarnya festival panen gitu, di mana orang-orang Korea akan mudik ke kampung halamannya (misal tinggal di Seoul, kampungnya di Busan) untuk berkumpul, sembahyang dan hari chuseok ini menjadi hari libur nasionalnya Korea, persi kayak mudik lebaran kalo di Indonesia (mungkin juga ada pertanyaan kapan nikah? punya anak? juga ;p). Ntar mereka balik ke kota tempat tinggalnya sambil bawa banyak hasil panen biasanya begitu. Di chuseok juga ada tradisi macet dan mudik yang sama persis kayak yang terjadi di Indonesia. Walaupun terkadang melelahkan, tapi semuanya menjadi menyenangkan kalo udah ketemu keluarga kan ya.

Mungkin ada tradisi mudik lain diberbagai negara? Mungkin banyak, tapi saya belum pernah baca yang lainnya sih ya

Harta yang paling berharga, adalah keluarga
Istana yang paling indah, adalah keluarga
Puisi yang paling bermakna adalah keluarga
Mutiara tiada tara adalah keluarga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.