Saya hanya punya satu adik, laki-laki, yang dari kecil emang kita sering berantem, dan seiring waktu mulai berkurang dan malah menimbulkan sikap saling menjaga dan mengalah. Dari kecil saya diajarkan untuk dekat dengan Sang Mama. Dari hal besar sampai hal terkecil pun tiap harinya pasti saya ceritakan kepada ibunda saya. Saya merasa, itu kebiasaan baik, saya jadi dekat dengan Sang Mama seperti kakak, bisa sebagai sahabat yang mau mendengarkan dan sebagai ibu yang mengajarkan banyak hal.
Begitu juga halnya adik saya, walau tidak se-terbuka seperti saya, dia pun bercerita hal-hal yang memang sehari-hari ia temui, apalagi itu menarik (kalo soal cewek, tidak diceritakan ya! :p).
Mama saya selalu menerapkan ‘kalo mau kemana-mana itu ngomong’ walo itu cuma jalan-jalan dengan temen. Dan nyokap tidak akan percaya lagi, jika kita didapati berbohong.
Hal semacam ini membuat saya bersyukur karena telah diajarkan untuk selalu terbuka dalam keluarga, apalagi kalo saya bandingkan dengan sepupu (sepupu dari suami saya) cowo yang ada dirumah. Sejak awal saya kenal, sebut saja R, amat sangat pendiam. Ya enak yah kalo pendiamnya itu orangnya nurut. Semakin hari saya semakin tau watak si anak kelas 3 SMP ini. Tiap hari sepulang sekolah, kerjanya hanya main hingga menjelang maghrib, rasa lapar pun tidak membuat dia pulang kerumah sebentar.