Saya termasuk seorang yang suka belanja di pasar tradisional. Selain karena harganya lebih murah dibanding di supermarket, rasanya menyenangkan memilih banyak jenis sayur, buah serta daging, ikan, ayam sampai ke bumbu yang diperlukan di pasar. Paling tidak jika kita belanja di pasar bisa lebih membantu para pedagang kecil. Selain itu, bisa cari sayur dan buah yang lebih segar.
Paling tidak saya ke pasar satu kali dalam seminggu. Jadi, saya akan membeli kebutuhan dapur untuk seminggu itu. Sejak tahun lalu saya mulai mengurangi penggunaan kantong plastik, untuk itu saya bawa keranjang anyaman jika belanja ke pasar. Selain itu, saya juga bawa wadah kotak plastik yang diperlukan untuk wadah daging, ayam potong, ikan, kerang, cumi, udang, tahu sampe cabai dan tomat.
Saya termasuk yang suka mencatat apa saja yang akan dibeli, jadi saya bisa memperkirakan berapa kotak plastik yang saya butuhkan untuk belanja hari itu. Jadi, saya bisa memastikan wadah saya bawa cukup untuk keperluan belanja saya hari itu. Walau begitu, saya merasa masih saja sulit untuk meminta penjual tidak menggunakan kantong plastik, malah ditambah dengan tatapan aneh penjual.
Untuk daging, ayam, ikan tidak jadi masalah.Saya langsung menyodorkan kotak yang saya bawa pada penjual, jadi mereka akan langsung menaruhnya dalam kotak tersebut. Tapi beda untuk barang yang harus ditimbang lebih dulu seperti ikan teri, ikan/daging giling. Si penjual biasanya menimbang barangnya dengan terlebih dahulu dimasukkan dalam kantong plastik, baru ditimbang. Jadi pas saya sodorkan kotak yang saya bawa, mereka tetap saja memasukkannya dalam kantong plastik lebih dulu dengan alasan lebih praktis katanya.
Saya malas kalo harus ngotot dengan penjual untuk tidak menggunakan kantong plastik. Jadi ya saya terima saja dengan senyum kecut. Malah sering kali, kantong plastiknya dijadikan dua lapis, dengan alasan biar tidak mudah sobek dan tercecer. Waduh!
Belum lagi bertemu dengan penjual sayur yang kalo kita beli berbagai jenis sayur, dia akan memasukkan tiap jenis sayur dalam kantong plastik berbeda. Kebayang kan berapa banyak kantong plastiknya kalo beli banyak sayur. Masih dengan alasan lebih praktis jika ditimbang, nanti kalau digabung malah tercampur-campur katanya. Padahal saya sudah menyodorkan tas anyaman saya sebagai wadahnya. Sungguh kadang melelahkan. Tapi ya, sekali lagi saya malas untuk ribut sama penjual karena kantong saja.
Solusinya, saya mesti sabar. Jika tidak terlalu ramai, saya memilih untuk membuka kantong plastik satu demi satu dan saya kembalikan lagi pada penjual setelah saya masukkan isinya dalam tas anyaman. Repot? Iya banget! Kadang saya pun capek harus begitu ditiap kios penjual yang dagangan saya beli. Tak jarang juga sering dapet tertawaan dari penjual.
Untuk mengurangi penggunaan kantong plastik itu harus berasal dari kita dulu. Sebelum ada peraturan daerah (perda) yang melarang penggunaan kantong plastik (sekarang sudah ada beberapa daerah yang memberlakukan peraturan ini antara lain Bali, Banjarmasin, Balikpapan, Bogor) tetap edukasi ke warga harus dilakukan, bukan cuma buat para pembeli tapi juga untuk para penjual. Bukan cuma ikut-ikutan, tapi mengerti kenapa kita harus mengurangi penggunaan kantong plastik ini.
Kalau sekarang ini, Nik, saya kurangi sampah plastik dengan memakai / selalu membawa botol air minum sendiri dari rumah. Biasanya satu termos kopi susu dan dua botol air minum di jok sepeda motor. Kalau berbelanja, sekarang lebih sering dilakukan keponakan, nah itu yang mau saya bilang padanya untuk membawa sendiri tas dari rumah; kalau tas plastik, pakai yang sudah ada di rumah jadi tidak perlu menambah2 lagi. Masih memikirkan untuk menyiapkan tas diy buat urusan belanja2 ini hehehe.