Hampir 2 bulan sejak saya mencoba menggunakan minikomposter di rumah dan rasanya sangat menyenangkan akhirnya bisa mengurangi sampah.
Sejak akhir Juni saya memutuskan untuk membeli komposter. Sebelumnya saya lebih dulu bertanya ke teman-teman di Palembang, apakah ada yang punya info penjual komposter karena akan lebih baik kalo di dekat sini ada yang jual, jadi langsung bisa beli saja. Namun ternyata gak ada yang punya info, lanjut akhirnya saya cek di salah satu lokapasar (marketplace) dan menemukan minikomposter yang pas untuk skala rumahan. Jadi lah saya beli di sana dan dalam beberapa hari barangnya datang.
Saya beli minikomposter dengan ember ukuran 25 liter disertai dengan EM4 sebanyak 2 liter. Ember komposter ini sudah dirakit sehingga tinggal dipakai saja. Ada lubang yang tinggal dipasang keran pencet dispenser (yang juga sudah termasuk dalam paketan), untuk nanti pembuangan air lindi (cairan dari sampah). Jadi memang sengaja beli yang tinggal dipake aja, tinggal pasang ini itunya dan gunakan. Harga sepaket itu Rp. 225.000 ditambah ongkos kirim sebesar Rp. 50.000 sampe ke Palembang.
Lanjut saya bikin dua kotak sampah di dapur. Satu untuk sampah organik dan satu lagi untuk sampah non-organik (contohnya plastik kemasan). Setiap kotak sampah organik itu penuh (biasanya kulit buah, batang sayur, bonggol jagung dsb) langsung saya masukkan ke ember komposter. Sesuai petunjuk yang sudah diberikan pada paket pada saat pembelian, saya menyemprotkan larutan EM4 tiap kali memasukkan sampah organik di ember komposter.
Berhubung keluarga kami kecil, cuma berempat dan saya jarang masak yang heboh gitu, jadi ember komposter ini baru penuh akhir-akhir ini. Saya melihat banyaknya belatung yang lumayan gede-gede tiap kali buka itu embernya. Walau mungkin ada yang jijik dan males main sama sampah yang baunya aduhai, tapi itu semua menarik juga buat saya. Kalo ada belatungnya berarti itu sampahnya sudah benar diproses gitu kan ya.
Senangnya berlipat setelah akhirnya panen air lindi untuk pertama kali (3 minggu setelah mulai dipakai). Air lindi ini penuh pas diisi ke botol plastik kemasan cola 1,5liter (jangan tanya baunya kayak apa ya, harap gunakan masker dan sarung tangan biar baunya gak nempel lama). Sesuai petunjuk juga air lindi tersebut difermentasi dengan menambahkan cairan EM4, baru nanti setelah seminggu bisa digunakan sebagai pupuk cair.
Setelah dua bulan ini, rasanya bahagia lho bisa mengurangi sampah sendiri. Biasanya punya sampah organik berkantong-kantong kan, sekarang sampah yang diambil abang angkut sampah paling cuma sampah-sampah plastik kemasan (yang gak dibuat ecobricks), kotoran bekas nyapu, kertas gitu, gak ada lagi sampah bau, basah dan dipenuhi lalat. Setidaknya dengan cara ini, saya mengurangi sampah rumah sendiri, alhamdulilahnya bisa sekalian diolah itu sampahnya untuk pupuk cair dan (nanti akan diolah) pupuk kompos. Kalo banyak malah bisa dijual tuh kan ya? ;)
Ini memang keliatan sederhana, tapi dari langkah sederhana ini dampaknya bisa bagus banget untuk kelangsungan hidup kita ke depan. Saya jadi ingat ada salah satu narasumber di Kick Andy bilang, nanti yang akan kaya raya itu adalah orang yang bisa mengolah sampah menjadi sesuatu yang bernilai/bermanfaat/berguna.
Kebahagiaan saya bertambah lagi setelah saya bagikan ke sosial media, ternyata beberapa teman tertarik untuk beli dan menggunakan komposter juga untuk rumahnya atau tempat usahanya.
Semoga langkah baik ini bisa berdampak lebih luas, banyak yang bisa turut mencoba dan kita bisa menghasilkan sesuatu yang berguna pula.