Makin Skeptis Pada Negara yang Sadis

Udah cakep belum judulnya? Biar kayak penulis-penulis keren gitu sik maunya :D

Dua pekan terakhir heboh soal pejabat pajak yang hartanya bermilyar-milyar. Sebentar, ceritanya dimulai dari berita soal anak laki-laki yang menganiaya anak laki-laki lain, kedengerannya biasa aja ya berantem gara-gara cewek gitu, tapi pas detektif netizen Twitter mencari tahu karena kepo dengan mobil Rubicon yang dipake, diketahuilah anak laki-laki pelaku ini adalah anak seorang pejabat pajak yang namanya adalah Rafael Alun Trisambodo (RAT).

Kekepoan netizen belum selesai, lanjut dicari tahu itu mobil siapa, udah bayar pajak apa belum lalu menarik bapak RAT ini dalam pusaran kasus yang lebih besar. Mari kita tinggalkan dulu kasus si anaknya ya. Fokus warga saat ini adalah bapak RAT yang ternyata bukan kaleng-kaleng, dia disebut sebagai Pejabat Pajak dengan jabatan Kepala Bagian Umum DJP Kanwil Jakarta Selatan menurut Wikipedia. Pas dicek, itu ternyata mobil Rubicon pake plat nomer palsu dan nunggak pajak.

Mulai deh curiga gimana ceritanya anak pejabat pajak pake mobil yang nunggak pajak? makin seru lah penyelidikan. Di media sosial Instagram ternyata gak cuma anaknya yang suka menampilkan barang mewah tapi juga ternyata ibunya si anak, alias istri bapak RAT juga suka koleksi tas mahal. Makin seru deh dilanjut sampe hari ini yang paling menakjubkan adalah ternyata bapak RAT punya 40 rekening bank yang kalo ditotal sampe dengan 500 Milyar. Wow, pejabat pajak dengan harta kekayaan melimpah, gak bayar pajak dan digaji dari pajak negara. Sakit gak hati kita rakyat kecil ini? yg bahkan duit di rekening kalo dibandingkan dengan harta bapak RAT mungkin bukan lagi remah rengginang, tapi mikroba yg susah kelihatan saking kecilnya. Kasihan rakyat.

Kasus ini mungkin bermula dari seorang anak, tapi akhirnya membuka mata banyak. Orang-orang jadi merasa “Ngapain bayar pajak (dan kita pula yang harus lapor) yang duitnya dipakai untuk menggaji orang kayak bapak RAT?”. Tentu saja uang pajak kita gak semata-mata cuma menggaji para ASN, tapi juga pembangunan negeri ini (yang seringnya di korupsi juga). Lalu apakah kalo kita gak bayar pajak, ASN jadi miskin? trus pembangunan negara ini terhambat? Jangan lupa gaes, dari makanan yang kita beli udah ada pajak, dari barang yg kita beli juga ada pajaknya sampe masuk tol pun kita tetap bayar. Kita gak pernah benar-benar gak bayar pajak.

Saya merasa itu hanya satu kasus besar dengan dampak besar di negara ini. Sejak beberapa tahun belakangan saya merasa skeptis pada negara ini yang makin sadis sama rakyat. Semua dipersulit, birokrasi udah gak terlalu berbelit dengan makin banyak aplikasi dibuat tapi ternyata gak komit, baru dipakai trus koit, data bocor udah disemprit tapi responnya pahit.

Makin ke sini saya merasa gak punya lagi rasa percaya pada negara, mulai bingung menaruh harap pada siapa, pejabatnya yang begitu-begitu saja, seringnya malah bikin kecewa. Mungkin 2024 gak usah milih aja.

One thought on “Makin Skeptis Pada Negara yang Sadis

  1. Saya malah ingin menyoroti, jangan2 aksi anak RAT itu pada dua atau tiga dekade lalu sudah biasa terjadi. Hanya saja, karena dulu itu belum musim ponsel pintar untuk dokumentasi hal2 tidak penting, maka aksi penganiayaan sadis kayak gitu tidak terungkap.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.