Social Media = Pencitraan, Iya Kah?

Taraweh hardcore di Mesjid Al-Hikmah ~ diambil dari status Twitternya ‘sepupu’.

Apa yang ada dipikiran teman-teman jika baca status tersebut? Beberapa orang akan bilang ‘ini orang pasti alim banget‘ dan mungkin sebagian lagi akan berpikir ‘pencitraan doang tuh‘. Ya, apapun bisa terjadi di social media macam Twitter. Hanya dengan 140 karakter akan terbangun banyak komentar dan citra diri yang bisa saja membawa kalian terlihat lebih baik, lebih buruk atau memang apa adanya.

Sebagai pengguna aktif  Twitter, yang sebagian besar orang-orangnya saya kenal (pernah ketemu) tapi banyak juga yang cuma kenal di socmed/blog doang. Saya mungkin tidak pernah tahu bagaimana pribadinya orang ini dan orang itu, apakah yang saya kenal di socmed adalah benar-benar sosok orang tersebut atau justru sebaliknya. Seperti status Twitter tersebut diatas, saya rasa biasa aja buat bulan ramadhan seperti ini banyak yang ngetuit seperti itu. Gak ada salahnya, saya meyakini hal-hal seperti itu bukan cuma membangun citra diri tapi mungkin juga memprovokasi orang lain untuk melakukan hal yang sama (secara tidak langsung). Hanya dengan 140 karakter kita diminta untuk membuat kalimat yang paling pas untuk banyak hal, termasuk untuk citra diri yang ingin kita buat tadi. Mau membangun citra sebagai cowok alim, baik hati dan tidak sombong, rajin menabung bisa aja dengan mudah tapi mungkin saja aslinya gak begitu. Begitu juga sebaliknya.

Bagaimana pembaca?

Nah, sebagai pembaca atau follower, kita sendirilah yang tau dan mempercayai banyak hal itu. Kita sendiri yang bermain pada citra orang lain yang kita bangun dalam pikiran kita. Tapi proses (dengan waktu) akan menciptakan bagaimana sesungguhnya. Ya, yang mengikuti saya di Twitter sejak 5 tahun lalu hingga sekarang, akan berbeda cara mengenalnya dengan yang baru follow saya seminggu misalnya.

Pencitraan yang mana? :D

Saya hanya yakin jika ngetuit adalah hal sehari-hari yang kita lakukan, kita akan kesulitan jadi orang lain. Seperti juga blog, apa yang kita tulis akan membawa kita pada banyak hal yang kita sukai dan dari sana kita bisa mengenal si narablog sedikit demi sedikit. Saya yang suka review buku, orang akan berpikir saya penyuka buku dan aslinya ya memang seperti itu. Akan dengan sendirinya keluar tuit #curcol (curhat colongan) atau #pamcol (pamer colongan) dan lain sebagainya.

Satu lagi, jangan terlalu serius menanggapi banyak hal di Twitter. Banyak yang harus diverifikasi *halah* dan banyak juga yang mungkin gak harus kamu percayai. Masa’ iya misal ada yang pake *ketjup basah* dan *ngakak guling-guling* dipercaya beneran ngakak sambil guling-guling sih? :D

Ya, silakan aja temen-temen hidup dengan sosok yang diciptakan sendiri, tapi inget aja  manusia tetap ada kurangnya kan ya :D

*gambar diambil dari sini*

9 thoughts on “Social Media = Pencitraan, Iya Kah?

  1. Kalo ngomongin pencitraan di twitter, bisa panjaaang banget, Ke. ;P Tp kadang memang pencitraan itu kita bangun kan tanpa sadar. Wajar aja kan orang pengen terlihat begini dan begitu? Hihihi… Nah, yg nggak wajar itu kalo membohongi diri sendiri. :P

  2. banyak yang palsu kok di jejaring sosial.. jadi bisa jadi gak mencerminkan pribadi penggunanya.
    toh gak mungkin penjahat ngaku penjahat di jejaring sosial

  3. bener banget, La. kalo ngomongin pencitraan sih ya panjang gitu :D
    kadang suka lebay aja sih, masa’ gitu ada temenku yang bilang temennya update status “lagi sujud nih” yaolo…. gimana caranya lagi sujud taraweh bisa update status? LOL

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.