Jurnal Syukur

Katanya kita harus banyak bersyukur, biar dilingkupi bahagia dan selalu mujur.

Ya, katanya makin banyak kita bersyukur, akan makin banyak limpahan rezeki yang datangnya dari yang di Atas. Mungkin saya lebih percaya, bahwa jika kita banyak bersyukur, maka setidaknya kita merasa selalu mencoba baik-baik saja dengan itu, mengupayakan banyak hal dengan semua ucap syukur, melihat semua dari sisi positif. Itu kali yang membuat kita jadinya resilien atau setidaknya bisa berjuang meneruskan hidup dengan lebih baik.

ilustrasi nyomot dari invajy.com

Dalam drama Korea berjudul Daily Dose of Sunshine, ada seorang perempuan muda berprofesi sebagai perawat. Dia baru aja pindah melakukan tugasnya di departemen kesehatan jiwa dan ternyata menemukan beragam masalah kejiwaan pasien. Nonton drakor ini saya perlu waktu lama baru selesai, karena nontonnya menurutku harus dalam keadaan perasaannya baik, biar gak terpicu sesuatu pada saat menonton. Saya bahkan sering kali mengambil napas panjang saat menonton dan gak jarang ikut menangis. Ya, melow memang. Banyak hal yang membuat tokoh utama perempuannya ini belajar banyak dari memahami pasien, bahkan bisa dibilang baper-an gitu. Di sisi lain ingin membantu tapi juga di sisi lain jadinya harus profesional sebagai perawat saja. Sampai akhirnya dia malah menjadi salah satu pasien karena depresi.

Read more

Mari Kembali Menulis Blog

Dengan semua keriuhan yang terjadi di sosial media yang seperti tidak pernah tenang, saya kangen menulis blog. Kangen banget.

Sudah setahun lebih dari posting terakhir saya di blog ini, ada banyak hal yang ingin sekali saya tuliskan sebenarnya. Ada beberapa draft juga yang berujung menjadi penghuni lama tapi tak juga diterbitkan. Entahlah, saya mungkin merasa kurang motivasi untuk menerbitkan apapun tadinya dalam blog ini lagi. Mungkin merasa terlalu banyak ide, sok kurang waktu, terlalu sibuk bekerja dan atau hal-hal lainnya yang bisa jadi alasan. Sampai sempat tulis di bio Twitter/X ‘Pensiunan blogger’ gitu hehehe.

Pekan lalu sebenarnya ada yang bertanya sama saya dan teman tentang bagaimana mulai menulis. Wah, saya gak nyangka masih ada pertanyaan itu, jadi langsung deh berbagi pengalaman bagaimana memulai menulis blog, medianya hingga bagaimana teknisnya. Kaget juga ternyata saya masih sebegitu bisa menceritakan banyak hal tentang menulis blog, padahal ngakunya udah pensiun :D

Read more

Makin Skeptis Pada Negara yang Sadis

Udah cakep belum judulnya? Biar kayak penulis-penulis keren gitu sik maunya :D

Dua pekan terakhir heboh soal pejabat pajak yang hartanya bermilyar-milyar. Sebentar, ceritanya dimulai dari berita soal anak laki-laki yang menganiaya anak laki-laki lain, kedengerannya biasa aja ya berantem gara-gara cewek gitu, tapi pas detektif netizen Twitter mencari tahu karena kepo dengan mobil Rubicon yang dipake, diketahuilah anak laki-laki pelaku ini adalah anak seorang pejabat pajak yang namanya adalah Rafael Alun Trisambodo (RAT).

Kekepoan netizen belum selesai, lanjut dicari tahu itu mobil siapa, udah bayar pajak apa belum lalu menarik bapak RAT ini dalam pusaran kasus yang lebih besar. Mari kita tinggalkan dulu kasus si anaknya ya. Fokus warga saat ini adalah bapak RAT yang ternyata bukan kaleng-kaleng, dia disebut sebagai Pejabat Pajak dengan jabatan Kepala Bagian Umum DJP Kanwil Jakarta Selatan menurut Wikipedia. Pas dicek, itu ternyata mobil Rubicon pake plat nomer palsu dan nunggak pajak.

Read more

Nilai Kepuasan Hidup

Suatu malam yang sebenarnya capek banget tapi justru belum bisa tidur, saya coba untuk menonton sebuah tayangan Youtube yang mereka sebut podcast. Ada seorang yang ditanyai tentang banyak hal dalam hidupnya, ya tentu selebriti karena dianggap hidupnya lebih bisa disoroti selain agar bisa mendulang jumlah adsense dari penonton yang menghabiskan hampir satu jam menonton tayangan tersebut. Tentu saya adalah satu dari penonton tersebut. Itu kali pertama saya mampir di channel itu dan langsung menonton karena beneran iseng aja.

Seperti biasa, tayangan tersebut berisi pertanyaan dari host dan dijawab oleh tamunya. Saya takjub dengan jawaban-jawaban si tamu karena bilang bahwa hidupnya (yang belum genap 30 tahun) sudah merasa 85% telah puas dengan hidup yang ia jalani, 15% lagi ingin ia cari dalam passionnya. Tadinya saya pikir, wah sangat muda ia sudah bisa menilai hidupnya. Ya, tiap orang bisa punya penilaian seperti itu dalam hidup. Ada yang bahkan dalam 50 tahun hidup masih saja berpikir bahwa hidupnya selalu dalam kekurangan, ya tidak ada hanya dari sisi materi tapi juga pengalaman hidup. Tentu penilaian ini sangat personal, entah menilai dari pengalaman hidup yang sudah dialami, pencapaian dalam hidup (harta, tahta, kuasa, cinta) atau untuk apa sisa waktu dalam hidup?

Read more

Nostalgia dan Konser Dewa

Setelah dua tahun gak nonton konser musik, menemukan informasi ada konser lagi di sana-sini tuh rasanya bahagia banget. Pas dapet kabar Dewa bikin tour konser 30 tahun bermusik di 30 kota dan Palembang termasuk salah satunya, tentu lah happy sekali. Pas cek jadwal dan kayaknya oke nih, langsung beli tiket paling murah buat berdua.

Buat saya nonton konser musik itu sebuah rilis, bisa ikut nyanyi dan berekspresi segila apapun tanpa dibilang aneh sama sekitar. Bisa sampe teriak-teriak dan baliknya pasti happy. Jadi, mau nonton konser sendiri, berdua atau reramean bareng temen-temen itu gak ada bedanya, tujuannya tetap sama. Perasaan setelah nonton konsernya tetap happy dan rilis aja gitu.

Karena belum pernah nonton konser Dewa sebelumnya, ditambah 2 tahun gak nonton konser, pas mau nonton semangatnya 2x lebih besar. Eh rezekinya partner nonton dapet special seat yang membawanya nonton di baris paling depan panggung. Saya? tetap di tribune. Eh percaya deh, nonton dalam posisi bisa melihat keseluruhan panggung itu terasa lebih megah dan vibenya asyik banget, pas divideoin jadi bagus banget panggungnya, kalo depan banget videonya cuma keliatan vokalis doang :D

Read more

Matang dan Sudut Pandang

poster dari : imdb.com

Saya masih suka nonton drama Korea. Walau ya… gak lagi bisa nonton marathon gitu. Seringnya untuk menuntaskan baca 1 episode saja butuh berhari karena berhenti ada ngerjain yang lain dan seringnya karena ketiduran. Saya juga masih sedikit rajin membagikan judul-judul yang saya tonton, sedikit reviewnya dan nilainya. Yang mau cek bisa di sini untuk tahun 2019, tahun 2020, tahun 2021 dan tahun 2022.

Kemarin akhirnya bisa lanjut nonton Twenty Five Twenty One lagi untuk episode 14. Soal ceritanya seperti apa, silakan nonton sendiri ya. Buat saya serial ini tiap episodenya penuh dengan kehangatan, tentang keluarga, tentang persahabatan, tentang mimpi, tentang menjalani hidup, tentang masa muda yang tidak mudah dilalui, semuanya dengan setting tahun 1990-an akhir dan awal tahun 2000. Kayaknya tiap episodenya bisa bikin satu posting saking saya merasa semua episodenya punya isi pesan yang dalam.

Back Yi Jin yang seorang reporter olahraga harus melaporkan tragedi pindah kewarganegaraan Ko Yu Rim. Buat Yi Jin ini tentu hal sulit, karena dia harus melaporkan berita yang dia kenal betul orangnya. Dia kenal Yu Rim melakukan hal itu karena masalah ekonomi keluarganya, tapi di sisi lain Yi Jin gak bisa gak melaporkan kejadian menghebohkan ini karena emang itu kerjaannya. Diceritakan bagaimana Yi Jin dilema banget sebelum tayangan dan hingga tayangan berita itu disiarkan.

Read more

Batal Hiatus

Akhir tahun, saya sempat meniatkan untuk hiatus dari blog. Sejak saya nulis blog, saya belum pernah kepikiran begitu, nulis ya nulis aja gitu aja niatnya dari dulu. Sampai saya merasa di titik di mana saya merasa, ngedraft terus tapi banyak mikir ini dan itu lalu gak berhasil dipublish.

Sejak Google Reader menghilang saya merasa kekurangan bacaan posting blog yang serenyah dan ringan kayak dulu. Sejak saat itu juga, rasanya saya malu mengakui diri sebagai blogger, yang postingnya pun angin-anginan. Agar tidak hilang, segala ide yang terpikir ingin ditulis, justru saya tuliskan di buku catatan, semata agar mengingat bahwa saya pernah merasa begini, merasa begitu, ingin ini dan ingin itu.

Di tengah dunia yang apa-apa saat ini mudah sekali ditemukan, menjadi ‘hilang’ sementara itu satu hal yang mengagumkan buat saya. Sejenak berhenti dari heboh dan viralnya satu dua platform ternyata membuat saya banyak menemukan keseruan yang selama ini ada. Tentu saya menikmati hal-hal yang dulu dilakukan dan kembali saya lakukan, seperti menulis di buku catatan pakai pulpen warna, penanda warna warni, penuh sticky notes. Saya mendengarkan lagu-lagu 90an dan 2000an yang penuh nostalgia zaman SMP-SMA, dan ternyata itu sangat menggembirakan.

Read more