Teknologi semakin maju, gadget pun makin canggih dari waktu ke waktu, apa kita harus diam membisu, melihat anak makin seru dengan gadget terbaru?
Kita mungkin tidak bisa membendung bagaimana teknologi makin canggih. Gak kayak zaman saya kecil yang masih main tali karet, anak balita pun udah pinter main tablet pc. Ya gak papa sebenernya, hanya saja orangtua harus inget bahwa pendampingan orangtua adalah yang paling baik untuk anak-anak, bukan seberapa mahal gadget yang diberikan orangtua.
Minggu lalu dalam diskusi akhir tahun ICT Watch, Pak Yamin dari Nawala bilang yang paling penting itu bukan bagaimana kita bilang mana yang boleh dan gak boleh diakses oleh anak-anak, tapi bagaimana kita sebagai orangtua mau dan mampu mendampingi mereka ketika internetan.
Masalahnya cuma dua ;
Pertama, anak-anaknya udah ngerti gimana internetan, orangtuanya yang gak ngerti.
Kedua, orangtuanya paham internet tapi justru gak punya waktu untuk mendampingi anak-anaknya.
Harusnya masalah ini solusinya mudah, orangtua yang gak ngerti bisa belajar darimana saja bisa belajar. Jangan malu untuk bertanya, sampai mengerti jika nanti anaknya mulai bertanya ini bagaimana dan itu bagaimana. Bagi orangtua yang sibuk, cobalah untuk mengatur waktu agar bisa mendampingi anak-anaknya ketika berselancar (surfing/browsing).
Hanya saja sepertinya solusi diatas tidak semudah itu.
Saya sebetulnya ngeri. Ngeri melihat makin hari makin banyak kasus kejahatan dunia maya pada anak-anak. Ngeri setelah tahu ternyata kasus pedofil online pun marak. Beberapa anak (dan orangtuanya) yang mengalami kejadian justru mendiamkan kejadian ini. Hal seperti ini akan terus kejadian kalo kita cuma bisa diam. Ini kewajiban kita bersama untuk bisa menghentikannya juga mencegahnya terjadi lagi.
Social media semacam Facebook adalah yang paling banyak digunakan untuk kejahatan online. Bukan gak boleh lho punya Facebook, hanya saja sebaiknya ikutilah aturan dimana anak dengan usia 13 tahun ke atas lah yang sudah boleh punya akun Facebook. Aturan tersebut bukan dibuat tanpa alasan.
Semoga sebagai orangtua (iya, saya juga) mau terus belajar bagaimana teknologi yang semakin canggih ini dan juga selalu bisa punya waktu untuk mendampingi anak-anak.
anakku punya facebook, tapi aku yang bikin karena waktu itu aku suka ngegame mbak hehehe. pascalnya malah gak pernah buka FBnya
Saya buatkan akun twitter dan facebook buat anak tapi masih saya pegang sendiri. Saya baru membolehkan anak mempunyai blog
Media sosial itu seperti alat. Setiap alat didesain untuk tujuan dan pengguna tertentu. Tidak asal digunakan
Wah mbak, jangankan balita.. anak saya aja yg baru 2 tahunan alias masih batita, udah bisa buka tab dan pilih game sendiri kok :p hihi..