Saya termasuk yang bosen liat timeline media sosial yang isinya rame-rame soal pasangan capres dan cawapres, tiap hari trending topic Twitter selalu ada aja mereka. Mending kalo ramenya adalah debat berfaedah, malah banyakan saling menjatuhkan diantara kedua kubu. Buzzernya pun kerjanya kenceng banget, banyak sih yang saya follow trus saya mute dulu deh untuk beberapa waktu, paling tidak sampe bulan April nanti.
Tiap hari berita selalu dipenuhi tentang kegiatan pasangan No 1 dan No 2, ke mana, ngapain aja sampe-sampe mau foto aja sekarang susah pake gaya memperlihatkan jari. Kasih jempol, dianggap memihak No 1. Pake logo peace yang banyak dipake kayak orang Korea gitu, dibilangnya memihak No. 2. Padahal kadang spontan aja, lah wong itu pose yang biasa aja kan. Waktunya aja sekarang yang bikin pose begitu terlihat serba salah. Menyebalkan.
Kemalasan saya ngomongin politik di media sosial itu adalah sikap politik saya. Saya menghargai semua yang saya follow, mau ngomongin politik gimana, ya monggo aja, silakan aja. Jungkir balik tiap hari ngomongin mau milih pasangan yang mana, ya rapopo. Kecuali…. itu orang udah menjelekkan pasangan lain, ngotot, memaksa orang lain memilih sama seperti pilihannya, apalagi sampe sebar-sebar hoaks. Maka saya udah pastikan orang itu saya unfollow atau mute dulu sementara waktu. Kita boleh punya sikap, tapi coba lah untuk menghargai orang lain dengan sikap yang juga dia punya.
Diam soal politik di ranah maya, bukan berarti dikatakan gak melek politik, bukan berarti gak peduli sama politik, tapi itu juga sikap. Saya males ngomongin politik di media sosial, tapi saya mengikuti kok berita-beritanya, saya bahkan diskusi sama beberapa temen, keluarga bahkan supir taksi online. Mereka punya pilihan masing-masing, saya juga. Kita ngobrol soal pasangan mana yang mereka pilih dan yang gak mereka pilih, tanpa ribut-ribut di grup WhatsApp atau timeline media sosial. Politik itu gak asyik ketika kamu ribut-ribut, padahal yang diomongin santai aja sambil ketawa haha haha. Dan itu yang kejadian di media sosial saat ini.
Saya cuma kadang bosen banget sama para pendukung capres dan cawapres. Apalagi banyak orang-orang legislatif saat ini yang menyebalkannya duh gusti… kadang kayak bukan orang berpendidikan, jempolnya ngetik seenak jidatnya, di depan para awak media dengan membusungkan dada tapi komentarnya kayak sampah, busuk.
Trus karena sibuk milih antara Wiwi dan Wowo, kita jadi lupa kalo April nanti kita tuh gak cuma milih capres dan cawapres, tapi juga wakil rakyat di DPR. Kalo pilihan pasangan capres cuma ada dua pilihan, wakil rakyat yang harus kita pilih itu gak cuma dua, banyak banget. Kita dapet 4 surat suara dan tiap partai calonnya banyak banget. Udah punya pilihan? Saya aja bingung mau pilih yang mana.
Saya gak bingung kalo pilihannya cuma dua, ini pilihannya banyak, tentu bikin bingung. Tapi jangan sampe kebingungan ini bikin kita memilih untuk asal-asalan dalam menentukan pilihan. Please, jangan milih asal ya, udah cukup periode lalu DPR dihiasi dengan banyak politisi busuk dan dengan bangga ngaku-ngaku sebagai wakil rakyat.
Mumpung masih dua bulan lagi sebelum pemilihan umum, ayo cari tahu tentang wakil rakyat yang bisa kamu pilih. Jadilah pro aktif, jangan cuma liat poster yang nempel di pohon sepanjang jalan dekat rumah. Kalo saya sih pake sistem sortir, buang yang saya rasa gak perlu saya pilih.
- Saya gak akan pilih calon legislatif (caleg) yang pernah terkait kasus korupsi (mantan koruptor).
- Saya gak akan milih caleg yang saya tahu udah pernah jadi tapi gak kelihatan hasil kerjanya (yang keliatan cuma rumahnya makin gede, mobilnya tambah banyak).
- Saya gak akan milih caleg yang saya kenal orangnya kayak apa secara pribadi dan saya tahu kalo orangnya lebih banyak ngibul dengan kata-kata luar biasa tapi seringnya tong kosong aja.
- Saya akan lebih banyak milih caleg perempuan yang saya rasa dia mampu memperjuangankan banyak hal untuk perempuan.
Bagaimana pun caramu untuk menentukan pilihan silakan saja, asal jangan asal-asalan. Pilih sesuai hati nurani, bukan siapa yang ngasih money. Ini menentukan seperti apa wakil rakyat kita lima tahun ke depan. Negara ini bisa jadi lebih baik ditangan wakil rakyat yang juga baik.
Pertama, urusan pose untuk foto ini memang bikin sebal. Sering dibilang saya punya ‘kode’ pilihan nanti siapa. Huwalah, padalah pose jempol dan tanda peace dua jari itu sudah sejak zaman jebot dipakai … urusannya jadi ribet menjelang pipres ini.
Kedua, nanti kalau saya nyaleg, piilh saya ya hahahah :D