Mungkin kita harus sepakat dulu bahwa minat baca itu tidak tumbuh dengan sendirinya? Iya kan?
Nah, dari situ tulisan ini bisa dimulai.
Membaca tulisan Mbak Utami di sini soal minat baca, sebenarnya sudah lama saya ingin ikut menuliskan tentang minat baca ini, tapi baru sekarang akhirnya terwujud menuliskannya :D
Saya sadar, sebagai seseorang yang suka membaca, saya memulai semuanya dari kecil. Bapak saya dulu tidak henti membelikan kami (saya dan adik saya) majalah semacam Bobo dan Donald Bebek dari kios kecil depan restoran tiap kali kami mampir makan di sana. Kalo ke Gramedia ya biasa ya beli komik kayak Doraemon, Dragon Ball gitu. Makin besar bisa langganan majalah dan makin gede lagi, saya belum punya duit sendiri buat beli buku, dari SMP hingga SMA saya sisihkan duit jajan saya yang gak seberapa itu buat nyewa buku di taman bacaan depan sekolah. Harga sewanya 10% dari harga beli bukunya. Saat itu senang saya bisa baca banyak komik dan novel hanya dengan meminjam. Dari sana lah awalnya kebiasaan membaca menjadi hal yang menyenangkan, menjadi hobi yang terus dibawa hingga kini. Dari sana juga saya mengerti bahwa kebiasaan membaca itu haruslah ditumbuhkan sedari kecil, dipupuk agar bisa berkembang dengan baik hingga dewasa.
Saya juga sadar, saat ini berbeda dengan zaman dulu, di mana belum ada smartphone canggih yang bisa ini itu, dulu udah punya komputer buat bikin tugas aja udah alhamdulilah. Kalo mau internetan, mesti ke warung internet (warnet). Anak zaman sekarang dimudahkan dengan gawai (gadget), lebih suka visualisasi yang bisa mereka tonton di Youtube dibanding ilustrasi yang ada dalam buku, lebih menyenangkan memang. Itu lah yang terjadi pada anak-anak saya. Ditengah gempuran Youtube yang menyenangkan buat ditonton, saya bisa dibilang berjuang banget agar buku dan membaca bisa mendapatkan tempat ditiap hari mereka. Beberapa langkah ini yang saya lakukan untuk itu.
1. Anak mencontoh yang dilakukan orangtuanya
Anak itu mencontoh. Mencontoh apa yang dikerjakan dan dilakukan orangtuanya. Ketika orangtuanya main gawai terus, ya anaknya jadi ikutan. Padahal mungkin memang pekerjaan orangtuanya mengharuskan seperti itu. Begitu juga dengan membaca, jika orangtuanya membaca ya anaknya juga akan mencontoh. Paling tidak dia akan melihat, apa itu buku? Apa yang dibaca Ayah Bundaku ya? Dari sana dia akan dapat penjelasan dari orangtua, itu buku tentang apa, bisa lihat apa saja dari buku, dsb. Percuma saja membeli buku anak mahal-mahal agar anaknya mau baca, tapi orangtuanya gak punya waktu untuk mendampingi si anak membaca.
2. Ajak dia ke toko buku dan perpustakaan
Sejak kecil Alaya sudah saya perkenalkan dengan buku-buku yang penuh dengan gambar, biar dia suka kan ya. Sekarang buku anak bagus-bagus sekali dengan harga yang juga mahal. Kalo memang ada duitnya, ya gak apa belikan anak buku-buku yang menarik, tapi kalo gak punya budgetnya, bisa main deh ke perpustakaan, di sana ada banyak buku-buku bagus buat anak, tinggal pinjem aja. Saya berusaha agar sebulan sekali bisa mengajak anak-anak ke toko buku, mereka bisa pilih sendiri buku mana yang mereka pengen (sejauh itu masih dalam budget saya :p). Pun dengan ke perpustakaan, sebisanya tiap akhir pekan mengajak mereka ke sana, perlihatkan buku-buku menarik yang bisa mereka pinjam dan baca.
3. Orangtua juga baca buku anak
Menurut saya, orangtua juga seharusnya mau membaca buku yang anaknya baca. Saya sering bertanya pada Alaya, buku yang dia baca tentang apa, bagaimana ceritanya, padahal seringkali saya sudah membacanya terlebih dulu. Ini dilakukan biar kita sebagai orangtua tau bagaimana anak memahami cerita yang dia baca, mungkin bisa sesekali ditambahkan dengan sedikit pesan moral yang ada dalam buku tersebut dari orangtua. Saya juga sering merekomendasikan berbagai macam buku pada Alaya karena buku itu saya tau menarik dan enak dibaca untuk seumur dia. Jangan memaksakan anak harus baca yang dia gak suka. Mulai dari yang banyak gambar/ilustrasi seperti komik, lalu agak banyakan tulisan baru deh ke buku-buku yang tulisan semua gak ada gambarnya lagi.
Saya juga masih sampai sekarang baca buku genre teenlit, kenapa? Karena saya masih menikmatinya juga sih, sekalian juga buat nanti rekomendasi ke Alaya jika dia udah remaja, saya jadi tau buku mana saja yang bagus buat dia baca.
4. Berikan waktu khusus anak untuk membaca
Kalo saya gak punya waktu wajib berapa lama gitu untuk Alaya membaca, tapi saya selalu mengingatkan dia untuk membaca paling tidak 1 jam sebelum dia tidur setiap hari selain belajar. Ya walau gak banyak, lumayan kan untuk memupuk minat bacanya.
Itu beberapa perjuangan yang sudah dan masih saya lakukan hingga sekarang agar minat baca anak bisa tumbuh dan berkembang. Mungkin aja ada yang bisa diikuti teman-teman yang juga punya anak yang masih kecil. Tak ada kata terlambat kan untuk memulai? Karena dari membaca kita bisa melihat banyak, mengetahui banyak. Benar kata orang, buku adalah jendela dunia :)
Poin-poinnya sudah mirip, tapi yang tentang anak mencontoh orang tua itu aku setuju banget. Karena gimana mau ngajarin anak untuk membaca buku kalau orang tua juga ga pernah baca buku ya ^^