Anak adalah buah hati orangtua, buah cinta kasih orangtuanya. Itu teorinya. Normalnya begitu. Lalu apa ada anak yang ‘tidak normal’? Tidak normal di sini bukan karena seorang anak dilahirkan dengan kekurangan secara fisik, tapi lebih dari itu, kekurangan yang secara psikologis dirasakan si anak, yang dia bawa dari kecil hingga ia besar.
Ada anak-anak yang dilahirkan tanpa cinta, hasil perkosaan misalnya, ada juga anak-anak yang lahir dari sebuah kesalahan dari orangtuanya, yang kadang mati-matian ingin digugurkan sejak dari janin, ada anak-anak yang ditinggal pergi oleh orangtuanya, ‘dititipkan’ ke keluarga lain, pada panti asuhan dan sebagainya. Mereka tetap anak-anak normal, tapi bukan dari keluarga yang dikatakan orang-orang ‘normal’.
Anak dengan label ‘diluar nikah’ misalnya. Sama sekali anak itu gak salah, gak minta kok dia dilahirkan ke dunia, yang salah adalah perbuatan orangtuanya. Berhenti mengungkit atau mencap si anak dengan label seperti itu, dia tetap anak normal yang harus kita samakan dengan yang lainnya, tak berbeda. Cerita Ganda dalam novel No Place Like Home contohnya, menggambarkan rasa sakit hati yang dibawa Ganda atas label anak diluar nikah sejak dia kecil. Kadang malah keluarga terdekat yang paling sering mengungkit dan menjadikan sakit itu lebih parah. Rasa sakit ini malah membawa dendam berkepanjangan pada orangtua sendiri lalu terbawa hingga anak dewasa.
Read more