Ini kali kedua temen-temen Wongkito punya kesempatan kerjasama dengan US Embassy Medan. Pertama kali kita sempet ngobrol dengan Sarah Lacy dari Techcrunch, kali ini kita ngobrol sama Mustafa Davis, seorang pembuat film asal Amerika.
Hari itu kita buat kelas Akademi Berbagi (Akber), seperti biasa yang dateng emang ga banyak, cuma seneng aja sih jadi berasa kayak punya guru privat gitu kan ya? :p Mustafa Davis diperkenalkan sama Mbak Meta (perwakilan dari US Embassy Medan), saya langsung bilang ke Mbak Ira, kalo ternyata Mustafa ini mirip banget sama Maher Zein, dan dia ga lupa bilang ‘assalamualaikum’ pas salaman sama tiap orang yang hadir hari itu.
Kelas Akber dimulai dengan nonton film dokumenter yang dibuat Mustafa dengan judul ‘Malawi’. Film ini lumayan lama sih durasinya, ada kali ya 50 menitan. Bercerita tentang kemiskinan di Malawi ( sering disebut The Warm Heart of Africa). Karena ceritanya tentang kemiskinan di Afrika, ya jangan berharap ada cerita menyenangkan ya, lebih banyak sedih sih liat orang-orang disana, ya kesulitan mereka cari duit, buat makan, sampe terkenal penyakit kolera dan Aids. Setelah kita nonton film itu, baru deh kita nanya-nanya seputar film.
Film yang baik menurut Mustafa Davis harus punya 3 komponen yaitu hero, badguy dan goal. Jadi, mesti ada yang baik, yang jahat sama tujuannya. Tapi tidak bisa diartikan hero dan badguy-nya itu harus orang ya, bisa aja suatu keadaan. Kayak kemiskinan di film Malawi itu juga disebut dengan badguy-nya. Mustafa juga bilang kalo kita ga perlu punya tools yang bagus dan mahal untuk membuat suatu film, pake kamera henpon juga bisa katanya. Percuma aja kan ya, kita punya kamera yang bagus tapi ga tau siapa yang bisa makenya dan ternyata cerita yang kita buat pun ga bagus, yaa.. sama aja boong kan. Film yang baik itu terletak pada ceritanya, kalo ceritanya bagus dan menarik, pake kamera yang biasa pun akan bagus hasilnya.
Ga cuma menjawab pertanyaan yang ada, Mustafa juga memberikan tips gimana caranya biar yang bermain peran dalam film kita lebih terlihat natural. Mustafa bilang, biarkan mereka (pemeran film) dibuat rileks, ga liat lampu merah tanda recording, usahakan agar mereka merasa kayak ngobrol biasa. Selain itu, Mustafa juga cerita soal gimana caranya mempromosikan filmnya. Yang paling baik katanya melalui web, jadi baiknya setiap film yang dibuat itu ada webnya sendiri.
Kata Mustafa, untuk masuk ke industri perfilman Hollywood itu ga bisa klo ga ada orang yang dikenal, jadi mesti pinter-pinternya kita sendiri untuk bisa mempromosikan hasil karya kita, yang paling tepat juga dengan memasukkan hasil karya itu ke film festival. Mustafa cerita, ada seorang temannya yang suatu hari buat suatu perusahaan atas nama ayah temannya itu, dia buat satu film festival ada 52 karya yang masuk, yang diambil 3 film aja, yaitu 1 film dia dan 2 film lain yang paling jelek. Akhirnya filmnya yang menang dan filmnya dikenal banyak orang karna menang film festival. Dia cerdas ya :)
Walo yang dateng ga banyak acara Akber kemarin, seneng banget semua antusias dan banyak bertanya. Mustafa juga cerita banyak hal tentang film. Oh ya, ada temen-temen dari Indonesiakreatif juga yang dateng hari itu jauh-jauh dari Jakarta. Selain mau ikut kelas Akber kemarin, mereka juga sekalian mau ngenalin indonesiakreatif.net sebagai portal industri kreatif untuk insan, komunitas juga perusahaan di Indonesia dibawah naungan ka’bah kementerian perdagangan.
Acara akber memang banyak inspirasinya..
wah, film Malawi kayanya ceritanya dalem banget ya! aku ga pernah kuat nonton film dgn genre itu :)
btw, pengalaman Mustafa inspiratif sekali :) *oya, secakep Maher Zein jg gak?* #eh?
harusnya si davis disuruh nyanyi jg. siapa tau dia memang si maher zein tp sedang nyamar. :p
Acara kayak gitu pasti nambah ilmu dan wawsan. Pergaulan juga jadi sehat, karena nobar sehat. Salam silaturahmi.
yang menarik di sini adalah idealisme film dokumenter dari seorang Amerika, menurut nya film harus punya hero, bad guy dan goal
selama ini film dokumenter yang saya kenal bad guy itu lebih banyak berwujud sebagai dinamika alam, kekerasan dan tirani serasa lebih besar dari bad guy yang dulu saya kenal :)
iya, badguy disini ga harus orang, bisa saja kemiskinan, ketakutan, dll.
salam silaturahmi juga :)
yang ini kayaknya badannya rada lebih gede dari Maher Zein *sok tau, padahal blom pernah juga ketemu Maher Zein :p
Cakep sih Ke, cuma kayaknya lebih cakepan Maher Zein :D
Bagusnya saling menjaga etika dalam mengungkapkan info di twitter, coba cek disini
http://tongkonanku.blogspot.com/2011/04/etika-ber-twitter.html
atau
http://www.gadis.co.id/gaul/ngobrol/etika.twitteran/001/007/95
atau
http://tuitbolot.blogspot.com/2009/12/etika-bertwitter.html
Intinya adalah, kesopanan itu tetap perlu dan tidak melampiaskan kemarahan Anda secara membabi buta.