Antara Karya dan Pribadi Si Pembuat Karya

Saya selalu terkagum kepada mereka yang suka menggambar, entah itu ilustrasi, lukisan atau gambar doodle sekalipun, walaupun saya juga gak ngerti seni yang gimana- gimana banget ya. Karena itu saya mengikuti beberapa orang yang hobi dalam urusan menggambar, melukis dan apapun nama lainnya lah. Menarik dan menyenangkan sekali buat saya yang gak bisa gambar ini.

Sama halnya dengan blogger, saya juga sering mengunjungi blog kawan-kawan blogger untuk membaca tulisan mereka atas banyak hal. Dulu sih saya masih suka ketawa ngakak membaca tulisan Raditya Dika dalam blognya dan saya masih bisa membaca cerita melankolis khas teman saya, walau kini hal yang remeh begitu udah jarang banget bisa dibaca dalam sebuah blog pribadi.

Blog zaman dulu isinya terlihat personal karena memang berupa jurnal harian, di mana kadang sedih dan senang bisa diceritakan. Sekarang ya susah menemukan tulisan begitu, walau teman-teman saya masih banyak yang melakukannya. Saya pun ingin menulis lebih banyak seperti dulu, lebih mengalir tanpa khawatir siapa saja yang akan membacanya.

Read more

Belajar Menghargai Waktu

Satu kali dalam pertemuan tahunan SAFENET di tahun 2017, Daeng Ipul yang didaulat sebagai time keeper bilang “Jangan menghukum yang tepat waktu dengan menunggui yang terlambat“, jelas saya sangat setuju.

ilustrasi dari shutterstock.com

Saya orang yang berusaha tepat waktu jika ada janji bertemu (ini menjadi lain halnya jika hanya janji temu hangout bareng teman ya) atau harus datang ke sebuah acara atau apapun yang sudah disepakati untuk terjadi hari dan jam sekian. Untuk ke suatu acara seminar misalnya, jika dalam undangan tertera jam 9 pagi maka saya berusaha sampai di tempat acara sebelum jam 9 pagi. Sayangnya hal ini hampir tidak jadi satu yang begitu penting bagi yang punya acara, asalkan yang hadir ramai. Seringkali saya harus menunggui peserta lainnya, hingga acara dimulai setengah jam atau bahkan satu jam setelah jam yang tertera di undangan.

Ada rasa sebal jika harus menunggui peserta lain yang belum hadir. Entah apa acara memang dijadwalkan akan mulai justru setengah atau satu jam setelah jam yang tertera di undangan atau memang jadinya harus molor karena peserta belum ramai yang hadir. Menunggui yang terlambat itu adalah suatu kesalahan yang tak seharusnya terjadi, tapi justru kejadian berkali-kali hingga jadi sebuah tradisi.

Read more

Ketika Tiket Pesawat Makin Mahal, Naik Bus Bisa Jadi Pilihan Baik

Tiket pesawat domestik tiba-tiba naik di awal tahun 2019. Naiknya gak tanggung-tanggung nih, bisa dua kali lipat dari harga yang biasanya. Desember 2018 tiket untuk satu kali penerbangan Palembang – Jakarta dengan maskapai paling murah hanya sekitar Rp. 400 ribuan. Malah bisa jadi lebih murah dikit kalo dapet harga promo.

Awal tahun 2019 ini, setelah heboh masyarakat mengeluhkan kenaikan tiket pesawat domestik, saya cek paling murah untuk penerbangan sekali jalan Palembang – Jakarta sekitar Rp. 700 ribuan. Itu gak seberapa mungkin jika dibandingkan jika tujuannya ke Indonesia bagian timur atau sebaliknya dari timur hendak ke barat. Mahalnya mengerikan (setidaknya buat kantong saya).

Jika dihitung-hitung penerbangan ke luar negeri justru lebih murah. Dari Palembang ke Kuala Lumpur misalnya, tiket penerbangan pergi pulang bisa didapatkan dengan harga dibawah satu juta rupiah saja. Pikir aja deh ke Jakarta jauh lebih mahal dibanding ke negeri tetangga. Teman yang di Aceh malah bilang, untuk ke Jakarta mereka lebih baik singgah dulu ke Malaysia karena hitungannya jadi lebih murah.

Begitu juga dengan teman yang di Jayapura setelah dihitung dan dicek lagi harga tiketnya justru lebih murah ke Singapura dibanding ke Jakarta. Bisa diakali katanya, beli tiket saja ke Singapura, cari yang pesawatnya transit di Jakarta lalu sesampainya di Jakarta, tak usah ikut penerbangan ke Singapura dan berikan sedikit alasan. Ya gimana orang-orang Indonesia lebih milih ke luar negeri dibanding berwisata ke negeri sendiri, wong tiket pesawatnya memang lebih murah ke luar negeri.

Read more

Pelestarian Hutan, Pengelolaan dan Cara Baik Menggunakan Hasilnya

Ngomongin hutan berarti kita akan membahas banyak hal sebenarnya, itu juga yang saya tangkap dari hasil datang ke acara Forest Talk with Bloggers di Kuto Besak Theater, 23 Maret 2019 lalu. Acara yang diselenggarakan oleh Yayasan Dr. Sjahrir dan The Climate Reality Project Indonesia yang diberi judul Menuju Pengelolaan Hutan Lestari ini memang banyak banget bahas soal hutan dan cara pengelolaannya. Apa aja yang dibahas, saya coba bagi ya.

Pertama, ada Ibu Amanda Katiti yang bahas bagaimana dengan perubahan iklim yang terjadi saat ini. Kadang yang sampe panas banget dibelahan dunia satu dan dibelahan dunia satu lagi malah dingin banget. Seperti juga kita ngerasa di Indonesia yang cuma ada dua musim saja, kadang udah gak sesuai lagi kapan musim tersebut datang. Musim penghujan eh kemaraunya ternyata lebih lama trus pas musim kemarau eh hujan juga kadang lebih sering datang malah sampe banjir. Ini juga salah satunya dikarenakan oleh hutan yang sekarang mulai berkurang lahannya.

Bahasan dilanjutkan sama Mbak Atiek Widayanti dari Tropenbos Indonesia yang memaparkan bagaimana kondisi hutan Indonesia dulu dan saat ini. Dalam hal ini Mbak Atiek lebih banyak berbagi tentang pengelolaan hutan dan lanskap yang berkelanjutan. Bagaimana berkurangnya hutan yang ada hingga populasi hewan di sana juga pastinya ikut berkurang. Dijelaskan juga deforestasi, degradasi hutan, konvensi hutan hingga upaya mengembalikan fungsi hutan. Gak lupa ada juga solusi kolaborasi yang bisa dilakukan.

Read more