Cara Mengaktifkan Two Factor Authentication (2FA) – Agar Sosial Media Lebih Aman

Duh, kayaknya ada yang nyoba mengambil alih akun Twitterku deh! Gimana ya?

Sering kali saya mendapati beberapa teman khawatir akun sosial medianya diambil alih orang lain, mencoba masuk via email dengan reset password. Beberapa juga ngeri sendiri, yang dilakukan mereka adalah dengan mengganti password yang digunakan.

gambar dari phandroid.com

Memang password yang kita gunakan sebaiknya diganti berkala, misalnya 6 bulan sekali, untuk menghindari kemungkinan ada yang coba-coba mengambil akun kita. Namun, hal itu tak mudah gaes. Bagi saya yang banyakan lupa begini, boro-boro ganti password 6 bulan sekali, yang lama aja seringnya lupa. Jadi, syukur banget ada password manager, yang ada setiap kita lupa. (Soal password manager akan saya tulis kemudian ya kalo gak lupa/males).

Sebenarnya hal lain yang bisa dilakukan agar sosial media kita jadi lebih aman adalah dengan mengaktifkan Two Factor Authentication (2FA). Bagi yang belum tahu apa itu 2FA, singkatnya, jadi ini tuh berfungsi untuk memverifikasi bahwa yang mengakses akun kalian itu adalah benar kalian bukan orang lain.

Read more

Tips Pacaran Sehat di Era Digital

Anak zaman milenial gini yang serba digital pacarannya serba mengerikan.

Kalo dulu, waktu hp (apalagi internet) belum banyak yang punya, mau nelpon pacar kudu ke telepon umum, itu pun pake ngantri. Punya duit banyakan dikit nelponnya dari wartel (warung telepon). Kebayang kan kalo LDR (Long Distance Relationship), mesti nelpon interlokal, mahal banget lah gaes. Gak cuma mesti punya banyak sabar, tapi juga harus berjuang lebih demi si pacar.

Ya dulu saya masih ngerasain susahnya LDR, kalo sekarang sih kayaknya gampang ya. Mau telpon tapi gak punya pulsa, ya tinggal voice call, kalo kangen banget ya video call. Kuota juga banyak yang murah, paling irit mah numpang Wifi di mana gitu kan ya. LDR menjadi hal yang biasa aja sih kalo sekarang, tantangannya gak sesulit dulu. Eits, tapi tunggu dulu pacaran zaman sekarang itu lebih banyak lho ternyata tantangannya. Eh gimana gimana? Bukannya tadi katanya jadi lebih gampang karena udah ada internet dan smartphone?

Read more

Mulai Menonaktifkan Akun Facebook

Siapa sih zaman sekarang yang gak punya akun Facebook? Hampir semua saya rasa punya, Facebook udah kayak KTP untuk dunia perinternetan, kalo gak punya akun Facebook kayaknya dianggap aneh banget. Per hari ini, saya malah menonaktifkan Facebook. Lho kok?

gambar dari brandsynario.com

Saya udah pake Facebook lumayan lama, mungkin dari tahun 2008 (gak inget persisnya kapan, lebih dari Twitter sepertinya). Benar memang, Facebook adalah ukuran seseorang itu dikenal dalam dunia internet. Saya juga punya kartu nama pribadi yang diberikan oleh Facebook zaman dulu banget, dengan gambar laman Facebook kita sendiri. Waktu itu dikasih cuma-cuma alias gratis dari Facebook kerjasama dengan moo.com (tinggal bayar ongkos kirim aja).

kartunama dari Facebook

Jelas Facebook memberikan kemudahan bertemu dengan para kawan-kawan lama. Saya bisa ketemu dengan kawan yang sudah lama sekali gak ketemu dari Facebook. Kawan yang sempat les bareng dulu waktu zaman SD, kawan-kawan TK, SD ya sebutlah yang ketika itu internet belum hidup di Indonesia. Senang memang akhirnya bertemu kawan lama. Facebook berguna sekali untuk mempertemukan kita pada kawan juga kerabat sodara yang jauh di mata. Kita bisa tahu apa saja update tentang kawan, sodara, kerabat jauh hanya dengan ngecek halaman Facebook saja.

Read more

Berpikir Positif Pada Diri Sendiri

Ah, aku capek, pengen mati aja.

Beberapa kali saya melihat teman mengetikkan itu di pesan singkat, di akun sosial medianya juga. Awalnya sedih kok ya mikir kayak begitu, trus saya tanya dong apa masalahnya, cerita lah dia begini begitu dan terjadilah obrolan panjang selanjutnya. Orang-orang seperti dia mungkin butuh didengar saja, batin saya waktu itu. Saat itu selesai, orangnya balik biasa lagi, gak berapa hari nanti muncul lagi kayak begitu entah di statusnya, sosmednya. Lama-kelamaan kalo keseringan kayak gitu, gimana ya??

Setiap orang pasti melewati masa-masa buruk, sedih, masalah yang banyak. Hei, ya orang hidup pastinya akan menghadapi banyak masalah kan? Kalo sesekali sedih, merasa capek ya oke aja, butuh didengarkan. Menjadi pendengar seharusnya setiap orang bisa, tapi gak semua orang MAU. Bercerita pun kudu milih ke mana cerita bisa diceritakan, yang setelah diceritakan akan mengurangi beban yang ada dipikiran, jangan sampe salah orang juga untuk bercerita.

Read more

Antara Karya dan Pribadi Si Pembuat Karya

Saya selalu terkagum kepada mereka yang suka menggambar, entah itu ilustrasi, lukisan atau gambar doodle sekalipun, walaupun saya juga gak ngerti seni yang gimana- gimana banget ya. Karena itu saya mengikuti beberapa orang yang hobi dalam urusan menggambar, melukis dan apapun nama lainnya lah. Menarik dan menyenangkan sekali buat saya yang gak bisa gambar ini.

Sama halnya dengan blogger, saya juga sering mengunjungi blog kawan-kawan blogger untuk membaca tulisan mereka atas banyak hal. Dulu sih saya masih suka ketawa ngakak membaca tulisan Raditya Dika dalam blognya dan saya masih bisa membaca cerita melankolis khas teman saya, walau kini hal yang remeh begitu udah jarang banget bisa dibaca dalam sebuah blog pribadi.

Blog zaman dulu isinya terlihat personal karena memang berupa jurnal harian, di mana kadang sedih dan senang bisa diceritakan. Sekarang ya susah menemukan tulisan begitu, walau teman-teman saya masih banyak yang melakukannya. Saya pun ingin menulis lebih banyak seperti dulu, lebih mengalir tanpa khawatir siapa saja yang akan membacanya.

Read more

Mending Bekas Daripada Bajakan

Beberapa minggu lalu seorang teman membagikan di Instagram story ajakan untuk melaporkan sebuah toko online yang menjual buku-buku bajakan. Lalu saya berpikir, apa iya toko-toko yang menjual produk bajakan/palsu itu memang menyalahi pedoman komunitas (community guidelines) di Instagram?

tangkapan layar dari @sastra.alibi

Sama seperti halnya ada akun Instagram yang menjual produk KW atau palsu entah itu tas, sepatu dan yang lainnya. Saya rasa pasti banyak sekali. Kenapa ada banyak orang yang menjual produk palsu? Ya jawabannya gampang, karena memang ada demand-nya, ada permintaan pasar. Bisa jadi karena memang harga yang asli sangat sangat mahal hingga beli yang palsu menjadi lebih terjangkau atau memang karena ketidaktahuan pembeli bahwa produk tersebut tidak asli. Eh, tapi bagaimana dengan yang jelas-jelas mengatakan dideskripsi produknya bahwa itu adalah produk yang non original (non ori)? masih mau beli?

Saya gak tahu kalo untuk produk seperti tas dan sepatu yang aslinya memang harganya mahal banget, mungkin aja orang akan beramai-ramai beli produk palsunya dengan harga lebih murah dengan pemahaman bahwa kualitasnya jelas akan berbeda dengan produk asli. Ada harga ada rupa.

Tapi bagaimana dengan buku? Apakah teman-teman pernah beli buku bajakan? Kenapa? Apakah karena lebih murah? Apa karena dibohongi penjual? Jika membeli online jelas memang kita tidak bisa melihat dengan jelas apa itu bajakan apa itu asli, tapi saya rasa dari sisi harga pun kita sudah bisa melihat apa itu buku asli atau bajakan. Belum lagi deskripsi produknya kadang terlihat jelas bahwa disebutkan buku itu non-ori.

Read more

Sekstorsi dan Ancaman Online Terhadap Perempuan

Karena perempuan yang selalu disalahkan.

Mungkin masih banyak yang ingat sewaktu seorang artis VA yang terkena kasus prostitusi online, orang-orang juga para netizen lalu heboh berkomentar soal ini, gak jarang juga mencibir ini itu. Menurut saya itu bukan urusan kita. Tidak berhak lah rasanya saya mencibir yang dilakukan VA apalagi saya sendiri perempuan. Hanya karena dia perempuan maka dengan mudah orang menyalahkan.

Kasus lain, yaitu tentang kasus Brigpol DS di Makassar yang harus dipecat jabatannya karena foto-foto selfie-nya yang seksi beredar. DS dianggap melanggar kode etik kepolisian. Cerita singkat kasusnya, yaitu DS pacaran dan diminta pacarnya untuk mengirimkan foto-foto seksi melalui pesan singkat. Lalu suatu hari DS diancam oleh sang pacar jika tidak memberikan yang pacarnya mau, maka foto-foto seksi tersebut akan disebarluaskan.

Cerita Brigpol DS ini sama seperti yang pernah diceritakan seorang teman yang mendampingi seorang korban, sebut saja AB. Jadi AB kehilangan ponselnya yang ternyata menyimpan foto-foto seksinya. Ponsel ini ditemukan oleh seorang pria. Setelah membuka ponsel tersebut dan mengetahui ada foto-foto tersebut, si pria mengancam AB akan menyebarluaskan fotonya jika tidak memberikan uang sebesar 2 juta rupiah.

Read more