Mulai Menonaktifkan Akun Facebook

Siapa sih zaman sekarang yang gak punya akun Facebook? Hampir semua saya rasa punya, Facebook udah kayak KTP untuk dunia perinternetan, kalo gak punya akun Facebook kayaknya dianggap aneh banget. Per hari ini, saya malah menonaktifkan Facebook. Lho kok?

gambar dari brandsynario.com

Saya udah pake Facebook lumayan lama, mungkin dari tahun 2008 (gak inget persisnya kapan, lebih dari Twitter sepertinya). Benar memang, Facebook adalah ukuran seseorang itu dikenal dalam dunia internet. Saya juga punya kartu nama pribadi yang diberikan oleh Facebook zaman dulu banget, dengan gambar laman Facebook kita sendiri. Waktu itu dikasih cuma-cuma alias gratis dari Facebook kerjasama dengan moo.com (tinggal bayar ongkos kirim aja).

kartunama dari Facebook

Jelas Facebook memberikan kemudahan bertemu dengan para kawan-kawan lama. Saya bisa ketemu dengan kawan yang sudah lama sekali gak ketemu dari Facebook. Kawan yang sempat les bareng dulu waktu zaman SD, kawan-kawan TK, SD ya sebutlah yang ketika itu internet belum hidup di Indonesia. Senang memang akhirnya bertemu kawan lama. Facebook berguna sekali untuk mempertemukan kita pada kawan juga kerabat sodara yang jauh di mata. Kita bisa tahu apa saja update tentang kawan, sodara, kerabat jauh hanya dengan ngecek halaman Facebook saja.

Read more

Mending Bekas Daripada Bajakan

Beberapa minggu lalu seorang teman membagikan di Instagram story ajakan untuk melaporkan sebuah toko online yang menjual buku-buku bajakan. Lalu saya berpikir, apa iya toko-toko yang menjual produk bajakan/palsu itu memang menyalahi pedoman komunitas (community guidelines) di Instagram?

tangkapan layar dari @sastra.alibi

Sama seperti halnya ada akun Instagram yang menjual produk KW atau palsu entah itu tas, sepatu dan yang lainnya. Saya rasa pasti banyak sekali. Kenapa ada banyak orang yang menjual produk palsu? Ya jawabannya gampang, karena memang ada demand-nya, ada permintaan pasar. Bisa jadi karena memang harga yang asli sangat sangat mahal hingga beli yang palsu menjadi lebih terjangkau atau memang karena ketidaktahuan pembeli bahwa produk tersebut tidak asli. Eh, tapi bagaimana dengan yang jelas-jelas mengatakan dideskripsi produknya bahwa itu adalah produk yang non original (non ori)? masih mau beli?

Saya gak tahu kalo untuk produk seperti tas dan sepatu yang aslinya memang harganya mahal banget, mungkin aja orang akan beramai-ramai beli produk palsunya dengan harga lebih murah dengan pemahaman bahwa kualitasnya jelas akan berbeda dengan produk asli. Ada harga ada rupa.

Tapi bagaimana dengan buku? Apakah teman-teman pernah beli buku bajakan? Kenapa? Apakah karena lebih murah? Apa karena dibohongi penjual? Jika membeli online jelas memang kita tidak bisa melihat dengan jelas apa itu bajakan apa itu asli, tapi saya rasa dari sisi harga pun kita sudah bisa melihat apa itu buku asli atau bajakan. Belum lagi deskripsi produknya kadang terlihat jelas bahwa disebutkan buku itu non-ori.

Read more

Ini Mengapa Twitter Masih Lebih Menyenangkan

Waktu itu saya pernah ngetwit tentang bagaimana Twitter lebih menyenangkan beberapa tahun yang lalu dibanding sekarang, kenapa? Alasannya karena temen-temen saya yang dulu gak terlalu banyak lagi ngetwit, udah lebih aktif pamer foto di Instagram. Trus sekarang Twitter jadi gak menarik ya? Gak juga sih, hmmm.. begini….

Sejak Instagram (IG) dibeli Mark Zuckerberg, semua orang yang pake android udah bisa IG-an, orang-orang jadi banyak beralih melihat foto dan video dengan caption yang panjang di sana. Jumlah love dan view video juga follower di IG menjadi lebih menarik untuk ditingkatkan, entah biar terkenal, jadi viral atau biar tetap eksis saja.

Sejujurnya, saya merasa Instagram sangatlah baik untuk memamerkan karya. Saya sendiri follow banyak yang sering memposting foto karya mereka, baik itu gambar dengan tangan, yang suka mewarnai, karya crochet dan yang suka berbagi foto jepretan kameranya. Menarik sekali, saya bisa mendapat banyak ide dari sana. Tapi bagi banyak orang Instagram juga menjadi ajang narsis, ajang pamer foto diri/selfie, keluarga hingga semua yang dipunya, yang tujuannya kadang gak lagi untuk eksis semata.

Mau tujuan orang menggunakan sosial media apa sih ya biarkan itu menjadi tujuan mereka, sejauh itu tujuan yang baik ya silakan saja. Yang menarik adalah bagaimana algoritma Instagram (juga Facebook) yang tidak lagi berdasarkan waktu, tapi yang paling sering kita ikuti dengan like/love atau search via tagar. Jadi, IG dan FB akan menampilkan di feed ya yang sering kita lihat aja, bukan berarti temen-temen yang kita follow gak ada update-an ya, tapi seringkali gak terlihat aja gitu. Apa yang sering kita sukai akan dicatat sama IG/FB untuk dijadikan lahan iklan. Lalu, muncullah iklan yang sesuai dengan apa yang kita sukai. Ini agak mengerikan sebenarnya, sadar atau tidak, ada profiler yang melihat kebiasaan kita (soal ini sepertinya menarik untuk ditulis terpisah).

Lalu mengapa orang-orang sekarang lebih suka nengok IG-story daripada post feed? Menurut saya karena orang lebih suka melihat hal remeh/sepele, update gak perlu diedit sedemikian rupa dan sesuai waktunya, yang lebih update akan berada di sisi paling kiri. Itu berarti sebenarnya kita menyukai posting sesuai garis waktu kan ya? :)

Garis waktu yang masih digunakan Twitter adalah salah satu kunci kenapa Twitter masih terasa menyenangkan buat saya. Saya bisa melihat twit mana yang lebih update setiap harinya. Fitur yang diberikan Twitter juga menjadi lebih baik dengan adanya mute keyword, jadi untuk menghindari orang-orang yang suka ngetwit gak jelas dan menjurus ke fitnah dalam urusan politik bisa kamu matikan (mute). Dan yang paling penting adalah, menurut saya di Twitter saya bisa lihat bagaimana pandangan orang tentang apa saja. Bagaimana orang-orang menilai sesuatu secara pribadi. Twitwar juga kadang menjadi menarik seperti debat, banyak ide yang dimunculkan. Saya seringkali juga bisa bertanya dan mendapat jawaban dari teman-teman untuk banyak hal, dari yang remeh sampe yang berat sekali pun. Itu mengapa saya lebih menyukai Twitter hingga saat ini.


Doxing Itu Apa Sih?

Makin maraknya aksi doxing yang dilakukan orang bikin gerah juga sih ya. Data pribadi orang diumbar ke mana-mana, udah gak mikir lagi privasi dan keselamatan orang lain. Tapi sebelum jauh ngomongin doxing, baiknya dikasih tau dulu ya apa itu doxing.

Jadi, doxing itu adalah satu istilah bagi upaya mencari dan mengidentifikasi (hingga menyebarluaskan) informasi pribadi seseorang dengan maksud jahat, dilakukan tanpa seizin pemilik identitas. Istilah doxing sendiri berasal dari kata document tracing yang berarti mengumpulkan dokumen tentang seseorang atau perusahaan tertentu untuk mempelajari mereka lebih lanjut berdasarkan sumber-sumber yang sudah dipublikasikan oleh individu itu sendiri. Wikipedia menghubungkan doxing dengan keberadaan Personally Identifiable Information (PII) yaitu informasi identitas individu, kontak, lokasi, pekerjaan atau identitas unik lainnya yang bisa digunakan untuk mengidentifikasi kehidupan seseorang. Nah, hal ini tuh jadi semakin mudah dilakukan di era jejaring sosial di mana banyak orang mengungkapkan kehidupan pribadinya secara ikhlas di jejaring sosial.

Read more

Twitter dan SosiShot

Twitter buat kalian apa sih?
Cuma sarana eksis di sosial media kah?

Menurut saya mungkin lebih dari itu, Twitter itu bisa membuat menyenangkan jika kamu mengikuti orang-orang yang memang menimbulkan banyak kesenangan, kelucuan. Nah, temen-temen dari malesbanget.com malah bikin video project yang mengangkat banyolan-banyolan di media sosial. Lebih tepatnya mengangkat hastag/tagar yang sering dipake kayak #lemburunite #gagalpaham #kemudianhening #gagalgombal #galauUnite #modus dsb deh.

Bagi yang belum nonton, silakan nih udah ada 6 episode lho. Videonya bagus dan pastinya lucu :)

Episode 1 :

Episode 2 :

Read more

Foursquare, Mainan Baru Ranah Maya

Logo Foursquare

Bagi temen-temen yang doyan gabung ke sosial media, ayo kenalan sama Foursquare. Foursquare sebenernya ga baru-baru amat, cuma emang saya yang baru tau :D

Foursquare itu semacem sosial media yang bisa mengeksplorasi tempat-tempat yang sedang kita kunjungi. Nah, tempat ini berhubungan sama Google Maps gitu. Jadi, dia bisa tau keberadaan kita lagi berada di sekitaran mana, jalan apa gitu. Uniknya, dia punya scoring dan lagi-lagi yang menarik seperti Plurk, Foursquare punya Badge, yang bisa didapatkan. Badgenya lucu dan terkadang ga mudah dapetinnya :)

Badges Nike

Cara maennya gimana?
Itu juga pertanyaan saya diawal, carannya sebenernya gampang. Check in lah kamu ditempat yang kamu bisa search, apalagi dengan Google Maps bisa kecari deh tuh tempat-tempat yang berada dekat dengan lokasi kalian sekarang. Kalo emang blom kedeteksi tempatnya (venue) silahkan add venue. Tiap kamu berada 2 kali di venue yang sama kamu akan jadi Mayor di venue tersebut. Eh, bagi yang baru gabung jangan lupa current location kamu di setting memang di kota kamu, biar venue-nya bisa di cek sesuai tempat kamu.

Read more