Gak Usah Nunggu Kaya Untuk Membantu Sesama

Di balik banyaknya keluhan kita (saya dan mungkin juga teman-teman semua) terhadap banyaknya ‘kejahatan’ yang dilakukan banyak oknum pemangku kepentingan di negara ini, tetap ada kebaikan-kebaikan yang terserak dan tercecer di mana pun di belahan negara Indonesia ini. Dan saya terus meyakini kebaikan sekecil apa pun itu akan selalu diperjuangan orang-orang Indonesia yang mau membuat negara ini menjadi lebih baik.

Banyak sekali orang-orang yang mungkin tidak kita ketahui mampu melakukan perubahan di sekitarnya untuk kepentingan orang banyak. Gerakan sosial yang banyak terbentuk, saya rasa adalah buah dari kegeraman yang terjadi di masyarakat kita karena keluhan yang seringkali tidak berakhir sesuai dengan keinginan. Saya salut dengan bermunculannya orang-orang di balik gerakan sosial yang mampu membangun banyak hal, yang tentunya bikin kita yang mendengarnya senang dan bisa jadi ikut dalam gerakan tersebut.

Read more

Siap Menang, Gak Siap Kalah

Saya bosen lho, sama pemilihan kepala daerah (pilkada) yang berujung ribut, gak terima, demo, ngadu ke MK dan hasilnya masih aja ribut.
Saya bosen, rasanya capek denger berita gitu-gitu mulu, di daerah inilah, itulah. Kayaknya calon pemimpinnya aja pada gak damai, gimana rakyat berasa aman coba?

Kalo mau ngitung berapa banyak hasil pilkada yang ujung-ujung gak diterima oleh pasangan calon yang kalah? Banyak kan. Gak jarang hasilnya masih kalah juga. Ada yang sampe harus milih ulang (dan ini ngabisin duit negara, bukan?) dan hasilnya masih aja ribut sana sini.

Saya amat sangat bosen denger ribut-ribut abis pilkada, apalagi abis pengumuman hasil siapa yang terpilih. Beberapa (saya salah satunya) takut pergi-pergi, takut ada demo. Terakhir malah kejadian pake acara bakar-bakar toko orang segala. Gak nyaman rasanya. Berasa kalo calon pemimpin ini pada siap menang tapi gak siap menerima kekalahan. Tim sukses yang sering kali lebih lebay jika pasangan yang didukungnya kalah.
Read more

Bunuh Diri Karena Cyberbully

Baru-baru ini merebak kabar ada yang bunuh diri karena cyberbully di Jogja.
Saya akhirnya mencari tahu kabar ini, dari googling sampe baca-baca tuit tentang Bobby Yoga atau Kebo. Kebo yang ketua pelaksana event musik ini bunuh diri setelah acara yang dibuatnya gagal. Banyak yang bilang dia bunuh diri karena gak tahan dengan caci maki gagalnya acara Lockstockfest2 yang dibuatnya. Setelah baca obituari dari seorang teman dari Kebo, saya merasa ini bukanlah karena cyberbullying.

Sebenarnya sudah banyak kasus bunuh diri karena cyberbully ini. Sebut saja Megan Taylor Meier, Phoebe Prince, Amanda Todd, Katie Webb, Jade Stringer, Sheniz. Amanda Todd yang paling banyak diomongin tahun lalu karena sebelum bunuh diri dia sempet bikin video dan diunggah ke Youtube.

Cyberbully sendiri banyak terjadi di kalangan remaja. Menurut studi American Academy of Pediatrics (AAP), 78% remaja yang melakukan bunuh diri, selain mengalami cyberbully juga menjadi korban bully di kehidupan nyata. Hanya 17% saja yang menjadi korban cyberbully.

Read more

Yang Muda Dan Keinginan Untuk Melakukan Perubahan

Melakukan perubahan sebenarnya tidaklah terlalu sulit, hanya saja kita perlu orang yang mendukung perubahan itu.

Hari minggu kemarin saya menonton film Mohabbatein, ya film India yang udah lama dan udah beberapa kali saya tonton. Saya menonton kembali, sederhana saja karena saat itu kebuka channel tv yang itu. Mohabbatein memang cerita cinta, tapi bukan itu yang mau saya bicarakan, tapi bagaimana Narayan Shankar, si kepala (sebangsa rektor lah ya) Gurukul yang tidak menyukai perubahan atas apapun yang telah dia tetapkan di universitas tersebut. Lalu, muncul lah Raj Aryan yang akhirnya membuat suatu perubahan di Gurukul.

Bukan hal mudah bagi Raj Aryan mengubah banyak hal di Gurukul, apalagi masih ada Pak Narayan. Tapi akhirnya Raj Aryan berhasil dengan suatu hal berharga yang ia korbankan. Ya, selalu ada harga yang harus dibayar bukan? :)

Ada lagi pemimpin Jakarta, pasangan Jokowi – Ahok yang memberikan banyak perubahan di Jakarta, terlebih dari sisi birokrasi. Saya acungi jempol yang banyak deh buat Pak Jokowi dan Pak Ahok atas perubahan yang mereka buat. Saya berdoa semoga semua pemimpin daerah di negeri ini, bisa seperti pasangan tersebut.

Jika saya dihadapkan pada orang yang bergerak di keduanya, menjadi guru di Gurukul dengan Pak Narayan sebagai kepalanya, atau menjadi anak buah Pak Jokowi – Ahok, mana yang akan saya pilih? Saya akan memilih menjadi anak buah Jokowi -Ahok. Bukan. Bukan karena pasangan tersebut nyata dan Gurukul adalah fiktif, tapi siapa atasan saya.

Read more

I Give It A Year

Gak ada manusia yang sempurna.


Kemaren nonton film I Give It A Year.
Tentang Josh dan Nat. Mereka ketemu, saling jatuh cinta, gak lama langsung menikah. Dalam pernikahan mereka gak ada masalah, mereka bahagia tapi gak bahagia banget. Biasa aja gitu. Sampe keduanya ketemu orang lain yang membuat mereka semangat dan bahagia banget.

Nat yang kerja kantoran dan selalu tampil rapi kadang suka kesel liat Josh yang penulis buku, tampil santai dan terkadang malu-maluin. Nat ketemu Guy dan Josh emang udah lama kenal Chloe. Dari sana, Josh dan Nat merasa mereka punya pasangan yang salah. Tidak ada yang salah dengan pernikahan mereka, cuma mereka gak merasa lebih hidup satu sama lain.

Josh dan Nat menjalani hingga setahun pernikahan dan mereka akhirnya berpisah dengan bahagia (beneran, mereka bahagia banget berdua pas bilang mau pisah) dan bersama orang lain yang bikin hidup mereka lebih hidup dan bahagia.

Read more

6 Tahun Ngetwit

Ya. Saya udah 6 tahun Ngetwit.

6 tahun
6 tahun

7 Mei lalu saya dapet mention dari @Twbirthday yang ngingetin kalo saya udah 6 tahun ngetwit. Di awal-awal muncul Twitter memang gak seheboh 2 tahun terakhir.

Awal banget yang ada Twitter cuma buat kicauan gak penting, malah sering kali lebih ke obrolan sesama pengguna. Soalnya dulu temen-temen yang punya Twitter cuma segelintir, saya lebih sering ngobrol sama si kembar @nillapinky dan @nieke atau @anima dan beberapa yang laen yang sampe sekarang kita bilang se’angkatan’. Ya sih berasa tua :p

Kalo dulu mah blom ada yang namanya stalker, karena yang punya Twitter sedikit ya biasa aja sih mau ngomong apa aja. Kalo sekarang, rada ngeri. Takut disangka inilah, takut dibilang gitulah, dan sebagainya. Karena, gak semua yang kita baca di Twitter itu benar adanya, bisa aja cuma pencitraan. Kita juga gak bisa asal meyakini sesuatu tanpa diketahui lebih dulu beritanya.

Read more

Tentang Motivator Atau Apalah Namanya….

Motivator sejatinya adalah dia yang memberi motivasi dengan suatu tujuan
Tujuannya boleh jadi menjadikan motivator itu seperti ada spesialisasinya seperti memotivasi hidup, pekerjaan, pernikahan dan lain sebagainya.

Saya pernah ikut (mungkin agak dengan terpaksa karena dari kantor waktu itu) seminar motivasi tentang pekerjaan. Bagus sih, tapi rasa hebohnya atau terasa berkobar-kobarnya hanya beberapa hari setelah seminar itu selesai. Setelah itu? Ya kembali ke realita kehidupan.

Banyaknya motivator di negara ini (kecil aja ya lingkupnya) masih terus seminarnya diminati siapa saja. Tanda bahwa banyak dari kita menginginkan diri kita terus dimotivasi untuk hal apa pun. Tapi seringkali juga motivasi membawa beberapa orang menyangka bahwa yang dikatakan motivator lah yang terbaik dalam hidup ini. Jika gak sama, ya hidup jadi gak sempurna.

Ooh….rasanya tidak seperti itu.
Hidup tidak semudah omongannya pak Ma**o Teguh
Pun tak semulus paha cherrybelle

Saya tidak menyoalkan bagaimana para motivator meyakinkan Anda atas banyak hal dalam hidup. Tapi setidaknya teman-teman bisa memahami apa yang mereka katakan. Tidak semua yang dikatakan harus dilakukan dengan proses yang sama seperti itu. Banyak hal harus dipahami dengan kenyataannya. Seringkali kita harus menyiapkan banyak rencana ketika plan A dan B tak berhasil.

Tentang pekerjaan misalnya, ada yang bilang ‘Ngapain sekolah sampe S2 kalo gajinya 2jt?’. Semua punya pilihan sendiri menurut saya. Guru dan dosen banyak yang gajinya segitu, tapi mereka baik-baik saja. Ukuran bahagianya hidup seseorang tak bisa dinilai dari gaji yang didapat.

Tentang pernikahan juga misalnya, siapa yang bisa memastikan bahagianya pasangan kalo bukan pasangan itu sendiri? Mau dikata motivator bahwa keluarga itu adalah segalanya memang benar, tapi sebuah keluarga punya ‘deal’ sendiri-sendiri tentang kehidupan keluarga mereka. Si istri harus bekerja pun pastinya dengan ‘deal’ dari si suami.

Kehidupan yang manis menurut seseorang belum tentu manis untuk hidup orang lain. Tak perlu menilai hidup orang lain apalagi membanding-bandingkannya dengan hidup sempurna atas kriteria pribadi kita.

Paling tidak kita punya harapan dan keyakinan sendiri dalam hidup. Itu saja yang harus dipastikan agar makin besar dari hari ke hari.

Motivator paling hebat adalah kehidupan itu sendiri.

Posted with WordPress for BlackBerry.