Pagi ini saya mendapat kabar seorang teman baru saja kehilangan bayinya yang baru beberapa hari dilahirkannya.
Saya bisa merasakan bagaimana rasanya hal itu. Bayinya lahir prematur alias kurang bulan, 8 bulan kehamilan dengan berat hanya 1,6kg saja. Saya langsung mewek mendengar berita ini. Saya yang lagi nyuapin sarapan Alaya langsung lemes dan ya mewek.
Masih bisa saya merasakan bagaimana perjuangan saya melahirkan Alaya, sakitnya masih bisa saya ingat betul dan langsung terobati ketika melihat Alaya lahir, seketika semua kesakitan lenyap setelah lahir. Haru… jelas. Saya menangis ketika itu. Dan… saya bisa merasakan bagaimana teman saya harus rela kehilangan bayinya yang baru beberapa hari ia pandangi. Sedih pastinya, tapi semuanya harus dilalui.
Judul Buku : Ibuk,
Penulis : Iwan Setyawan
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman : 291 Halaman
Harga : Rp. 58.000
ISBN : 9789792285680
Seperti sepatumu ini, Nduk. Kadang kita mesti berpijak dengan sesuatu yang tak sempurna. Tapi kamu mesti kuat. Buatlah pijakanmu kuat. -Ibuk-
Buku kedua dari Iwan Setyawan yang disebut-sebut sebagai buku keluarga ini memang betul-betul ditulis untuk keluarga, memperlihatkan tekad seorang ibu untuk menyekolahkan anak-anaknya dan kita akan melihat perjuangan hebat seorang ibu. Tapi tidak hanya Ibu seperti judul buku ini, melainkan juga Bapak sebagai kepala keluarga yang amat bertanggungjawab pada kelima anaknya.
Berbeda dari buku pertamanya yang berjudul 9 Summers 10 Autumns (yang saya review dan dapet banyak komentar gak suka dari para fans Mas Iwan :p) yang menceritakan lebih banyak perjalanan pekerjaan dan karirnya hingga ke negara apel itu, buku kedua ini bercerita lebih banyak tentang keluarganya terlebih ibunya.
Diceritakan dari awal bagaimana si ibuk yang harus putus SD untuk membantu berjualan pakaian di pasar, bertemu dengan si bapak yang kenek angkot hingga menikah dan mempunyai lima orang anak. Bayek lahir dengan didahului Isa dan Nani, lalu punya adik perempuan lagi, Rini dan Mira. Tidak ada perlakuan khusus yang diberikan ibuk pada Bayek, walau ia putra satu-satunya keluarga ini. Ibuk selalu dengan ciamik digambarkan tidak membedakan Bayek dan anak perempuan ibuk lainnya, mereka semua sekolah, mendapat makanan yang sama, membagi mana yang harus terlebih dahulu menjadi prioritas seperti membelikan sepatu baru buat Nani walau Bayek merengek minta dibelikan juga.
Sebenarnya saya kadang bingung, bagaimana sebaiknya kita sebagai blogger menulis keluh kesah tentang pemerintahan negara ini?
Ada banyak keluhan yang terjadi, mungkin kaitannya tentang tindakan korupsi misalnya, tentang kekhilafan polisi yang menerima suap atau tentang birokrasi dari orang-orang pemerintah yang biar cepet mesti dikasih duit, berikut juga tentang layanan publik yang menjadi tanggung jawab pemerintah.
Katakanlah saya banyak gak ngerti sama urusan politik negara ini (atau gak mau ngerti) yang njelimet tiada tara, tapi saya juga cuma seorang blogger yang kadang gemes pengen nulis sesuatu yang berbau kritik pada pemerintah. Namun, beberapa kasus yang bermunculan membawa sebagian besar blogger memilih berada di zona aman, dengan dalih ‘ya daripada kena kasus’.
Saya pikir kebebasan berpendapat/berekspresi menjadi omong kosong jika kita tidak bisa benar-benar ngomong/menulis tentang banyak hal dan berada dalam ketakutan. Takut terjerat UU ITE misalnya, takut dipolisikan atas pencemaran nama baik contohnya. Uhg…. saya mah beneran jadi takut, liat polisi aja saya males apalagi urusan sama pengadilan.
Jadi, kira-kira menurut teman-teman bagaimana sebaiknya kita sebagai blogger bisa menuliskan keluhan atas pemerintahan dengan bebas tanpa rasa takut?
Judul Buku : Dead Girl Dancing
Penulis : Linda Joy Singleton
Penerjemah : Maria Susanto
Penerbit : Atria
Jumlah Halaman : 352 Halaman
Harga : Rp. 49.000
ISBN : 9789790243835
Tidak ada yang lebih seksi daripada rasa percaya diri
Ya, ini buku kedua dari seri Dead Girl. Kalian yang penakut kayak saya, pastinya langsung mengernyitkan dahi, tetiba males baca buku beginian kan? Saya pun sebenernya, tapi ternyata cerita dalam buku ini gak begitu menakutkan kok, jangan bayangin cerita di film-film horor Indonesia yang biasanya ya. Buku ini gak ke horor kok, percayalah :D
Adalah Amber Borden si tokoh utama dalam buku ini yang bisa masuk jiwanya (apa arwah ya? tapi blom mati sih) ke raga alias tubuh orang lain. Di buku pertama, Amber masuk ke tubuh cewek populer di sekolahnya dan Amber akhirya jadi tahu ternyata lebih enak menjadi diri sendiri setelah masuk ke tubuh Leah Montgomery. Kali ini Amber masuk lagi ke tubuh Sharayah Rockingham, yaitu kakak dari pacarnya, Eli Rockingham, pas banget waktu mereka berdua ciuman *nahlho* *kata-nenek-bahaya-kan-ya* :)
Usut punya usut, ternyata Amber bisa masuk ke tubuh orang lain karena Amber terpilih menjadi ‘penghuni sementara’ atas permintaan neneknya. Penghuni Sementara hanya menggantikan orang-orang yang tidak bisa menerima masalah mereka dan sedang dalam situasi krisis. Ternyata jadi penghuni sementara itu gak mudah, Amber harus mentaati peraturan sbb :
Lakukan kewajiban dan rencanaJiwa Asli pemilik tubuh
Dengan alasan apa pun, kamu tidak diperkenankan mengungkapkan identitas aslimu
Tanyakan jika ada yang tidak dimengerti dalam panduan ini kepada yang sudah berpengalaman
Jauhi godaan: tuntun Pemilik tubuh asli pada pilihan yang positif
Jika kamu merasakan kehadiran Penghuni Kegelapan, mundur dan segera laporkan
Dilarang melakukan tindakan yang bertentangan dengan keyakinan moral Jiwa Asli
Hormati Tubuh yang sedang kamu gunakan; dilarang menato, mewarnai rambut, atau membuat tindikan
Waktumu berada di dalam tubuh si Jiwa Asli tidak bisa melebihi siklus perputaran bulan
Jaga tubuh Jiwa Asli sebaik-baiknya. Jika tubuhnya mati, kamu juga mati.
Oke, peraturan ini di awal-awal baca bikin saya males ngelanjutin baca, berasa horor duluan gitu deh. Tapi ternyata saya keliru, ini bukan cerita horor tapi lebih ke cerita remaja gitu deh.
Perhatian perhatian…. :)
Saya beneran baru tahu lho, kalo Gebyar Tahapan BCA sekarang gak cuma bisa dimenangkan oleh orang-orang atau perusahaan yang saldonya banyak. Kayak kita yang saldonya biasa-biasa aja gini pun bisa menang….! *gembira* :D
Iya, sekarang Bank Central Asia (BCA) udah mengubah mekanisme untuk Gebyar Tahapan BCA-nya, udah gak kayak dulu lagi. Kalo dulu mah boro-boro ngarep menang, saldonya ada terus aja di dalemnya dah syukur yak :D. Yang dulunya penambahan saldo yang makin banyak akan memperbanyak pula poin yang didapat, jadi kemungkinan menang untuk yang punya saldonya seiprit ya kecil, apalagi yang saldonya numpang lewat doang.
Nah… sekarang gak lagi cuma dilihat dari jumlah saldo tapi juga dilihat dari banyaknya transaksi yang kita lakukan melalui BCA. Bisa melalui transaksi pembayaran/pembelian, semacam bayar tagihan kartu kredit/air/pajak/tv kabel, atau beli pulsa henpon atau beli tiket pesawat dan juga belanja belanji. Terserah pake layanan apa aja, KlikBCA boleh, Debit BCA, m-BCA, SMS BCA atau ATM BCA. Semua transaksi yang kamu lakukan menggunakan layanan BCA tersebut akan mendapatkan kupon. Makin banyak kupon yang kamu kumpulkan, makin besar kesempatan menangin hadiahnya.
Dalam surat ini, saya berharap mampu mewujudkan mimpi Takita, karena mimpinya adalah mimpi saya juga dan mungkin mimpi semua anak di Indonesia :)
Apa yang kalian pikirkan jika dihadapkan pada kesempatan untuk bercerita? Mungkin begini kalo saya : “Hah? Cerita apa?” “Ya, cerita apa aja, kamu kan suka baca, pasti bisa bercerita.” #lalubingungmauceritaapa
Memang, banyak hal yang bisa diceritakan. Semua hal bahkan.
Saya lahir dan besar dari keluarga yang suka membaca. Tapi tidak untuk bercerita. Saya gak pernah dibacain cerita ataupun dongeng dari Papa dan Mama. Saya dan adik terbiasa untuk membaca sendiri apapun yang kami suka. Tapi, saya pernah bertemu dengan seorang penulis favorit saya. Dia bercerita bahwa penting bagi orangtua memberikan sedikit waktunya (jauh lebih baik kalo banyak ya) untuk bercerita kepada si anak, yang paling gampang ya membacakan mereka cerita, dongeng atau bisa juga cerita yang dikarang sendiri. Diharapkan setiap cerita yang kita sampaikan pada si anak punya pesan moral yang bisa dimengerti oleh mereka. Tujuannya, anak-anak bisa belajar memahami mana yang baik untuk dicontoh juga yang buruk untuk tidak diikuti.
Saya lantas merasa bahwa saya pun harus bisa bercerita pada anak saya. Karena gak bisa ngarang cerita apa gitu, saya lebih memilih untuk membacakan cerita seperti dongeng atau serial rakyat. Bahkan sekarang, Alaya jika diajak ke toko buku udah bisa milih sendiri :D.
Saya bertemu Takita, dialah ikon gerakan semangat bercerita dari Indonesia Bercerita. Nah Indonesia Bercerita sendiri adalah sebuah inisiatif untuk mempromosikan dan memberikan dukungan dalam upaya mendidik melalui cerita. Indonesia Bercerita menyediakan podcast yang berisi beragam cerita yang bisa diunduh gratis, jadi pas banget buat saya nih.
Kalian penyuka komik kah temen-temen?
Saya rasa gak ada orang di dunia ini yang bener-bener gak suka komik. Semua pasti pernah baca komik, paling gak sekali dalam hidupnya, walau udah tua sekalipun.
Dulu waktu kecil saya suka banget baca Paman Gober, sampe langganan gitu, gedean dikit jaman SMP mulai ke komik-komik Elex Media macem Doraemon, dari yang emang komik buat perempuan kayak serial cantik sampe komik berseri kayak Detektif Conan. Dulu di deket SMP dan SMA saya ada taman bacaan. Jadi hampir tiap hari pulang sekolah pasti mampir kesana, minjem buku. Jadi tiap ada yang baru gak akan ketinggalan. Saking seringnya ke taman bacaan itu, si mbak yang jaga itu hapal deh bacaannya yang mana aja :)
Waktu kuliah udah mulai males baca komik, yang ada baca novel dan buku-buku yang gak ada gambarnya. Ya seiring waktu lah ya. Tapi…. sekarang ini, mungkin sekitar 3 tahun terakhir saya udah suka lagi baca komik. Malah ngumpulin. Gak koleksi juga sih, paling gak balik lagi membaca komik. Kalo Conan, saya udah males beli, kebanyakan dan gak kelar-kelar. Alhasil saya minjem mulu sama Ardy.