Namanya juga forum ya, isinya memang ngomong dan diskusi. Kali ini Bali Media Forum (BMF) mengambil tema Ethical Journalism and Citizen Media: Giving People a Voice in Support of Democracy. Acara ini masuk dalam rangkaian acara Bali Democracy Forum yang diselenggarakan di Nusa Dua, Bali 7-9 November 2012 oleh Dewan Pers didukung oleh Thomson Foundation dan Institute of Peace and Democracy.
Yang hadir dalam BMF ke 4 tahun ini yaitu perwakilan dewan pers, jurnalis dan media dari berbagai negara ditambah dengan para blogger Indonesia, termasuk saya dan beberapa teman lain. Baru kali ini sepertinya BMF mengundang para blogger dan dari social media, karena sesuai dengan tema yang diangkat.
Dalam 2 hari BDF diisi dengan sharing dari para perwakilan berbagai negara, baik dari dewan pers ataupun media dan dari jurnalis tentang bagaimana situasi terkait media dan jurnalisme di negaranya masing-masing baik itu media mainstream juga social medianya. Menarik mendengar banyak cerita dari Malaysia, Philipina, Vietnam, Thailand, Myanmar, Srilanka, Australia, Pakistan, China, Norwegia hingga Timor Leste.
Sebagai perempuan yang tidak terlalu rajin perawatan di salon atau di tempat-tempat perawatan tubuh lainnya semisal spa gitu, saya selalu bertanya apa benar perawatan kulit tubuh malam hari itu diperlukan?
Mari kita temukan jawabannya *halah* :)
Jadi sebenernya kulit manusia itu kan beda-beda ya ada yang kulitnya sensitif, kering dan normal. Perbedaan ini biasanya dikarenakan banyak hal, bisa jadi dari lahir ada yang kulitnya udah sensitif kena panas dikit udah merah dan bisa jadi juga karena iklim. Orang-orang di negara beriklim tropis kayak di Indonesia biasanya kebanyakan kulitnya normal atau kering. Apalagi pas musim panas ya, rasanya udah berasa kering aja apalagi kalo kamu yang banyak beraktivitas di luar rumah. Nah, ada baiknya kita mengetahui jenis kulit kita. Jadi kita bisa pake produk perawatan tubuh yang sesuai dengan jenis kulit kita.
Kalo saya ini termasuk kulit normal dan cenderung kering ditambah kebiasaan yang kerjanya banyak dari rumah aja membuat saya malas perawatan yang ribet. Tapi ya saya merasa sebagai perempuan kita memang harus merawat tubuh dengan baik biar sehat, kan ada quote tuh “Mens sana in corpore sano” , dibalik tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Pastinya kita semua pengen punya jiwa yang kuat tapi terlebih dulu rawatlah tubuh menjadi lebih sehat. Salah satunya dengan cara merawat kulit tubuh setiap hari, gak perlu yang mahal, tapi cukup yang pas dengan kulit kita, kita tau manfaatnya buat kulit dan dilakukan secara rutin. Cantik juga? Itu sih langsung muncul dengan sendirinya kan ya, kalo udah kulitnya sehat otomatis pesona cantikmu terpancar kemana-mana :cinta:
Banyak blogger yang berada pada masa-masa kemalasan menulis, entah itu karena kegiatannya yang super banyak ataupun karena udah gak tau mau nulis apa lagi di blognya.
Entah untuk alasan apa saja, menurut saya berhenti untuk menulis blog adalah berhenti membagi apapun itu. Mau berbagi informasi kek, kegiatan pribadi kek, ikut lomba dengan tema posting tertentu kek, bahkan kegalauan pun bisa tetap ditulis. Tinggal nyempetin waktunya aja kok, gak perlu panjang-panjang juga pun, apalagi sekarang udah bisa ngeblog dari smartphone.
Bagi saya, ngeblog selain sebagai tempat untuk menuliskan apapun juga sebagai pembuka kesempatan untuk belajar, ya tentang banyak hal. Kesempatan bertemu dengan banyak teman dan kesempatan lainnya yang akan kamu rasakan sendiri.
Selamat Hari Blogger Nasional, Kawan!
Semoga makin rajin posting :)
Sudah lama sebenarnya saya membaca tulisan Pakdhe Blontank soal kegalauan Pandi (Pengelola Nama Domain Indonesia), abis saya baca tulisan itu lalu saya mengangguk-angguk sendiri sambil bilang dalam hati ‘bener juga ya’.
Temen-temen yang punya blog atau web dengan domain sendiri, pada pake domain Indonesia gak? .id (dot aidi) ? Mungkin hampir semua menggelengkan kepala, mungkin serta merta akan bilang .com (dot com) lebih keren kok ya atau .net (dot net). Ini bukan masalah keren atau gak keren kok ya, emang sih kalo kita terhubung dengan internet yang kepikiran soal alamat web/blog itu biasanya ya .com, lah anak saya yang 3 tahun aja kalo ngeliat apa di laptop ibunya udah bisa bilang ‘dot kom itu Nda…’.
Soal Nasionalisme dan Identitas Bangsa
Kalo kita sibuk koar-koar atas nama nasionalisme, ya harusnya kita juga bangga pake produk-produk buatan dalam negeri, begitu juga dengan domain yang digunakan. Kalo dibandingin dengan negara tetangga yang bangga pake domain negaranya, kenapa kita juga gak belajar dari mereka? Dengan menggunakan domain lokal itu keliatan identitas si pengguna, bukan hanya karena menggunakan bahasa lokal.
Katanya susah registrasi untuk dot aidi…?
Iya, saya merasakan hal yang sama…. tapi itu dulu. Prosedur yang rada ribet dan kadang konfirmasinya bisa lumayan lama. Bener kok, itu dulu. Sekarang Pandi tetap pada prosedurnya tapi lebih cepat dalam hal konfirmasi. Baik itu mendaftarkan domain ataupun perpanjangan. Jika ada hal atau dokumen yang harus dilengkapi pun ada pesan yang masuk ke email. Intinya, sekarang mendaftarkan nama domain dot aidi itu lebih gampang.
Selanjutnya, dari sana saya mulai menggunakan dot aidi (ya, untuk blog lain yang saya punya) dan mencoba mengajak teman-teman jika ingin menggunakan domain sendiri untuk memilih domain dot aidi. Saya bukanlah duta Pandi, tapi paling gak saya mencoba untuk memperlihatkan identitas saya sebagai orang Indonesia.
Lah kok blog ini gak pake domain dot aidi? Saya kadung nemplok dengan yang punya domain utama nih dan blog ini pun udah 2 kali berganti domain sejak awal masa saya memulai dunia per-blog-an. Akhirnya, domain aidi yang saya gunakan, saya pake untuk blog lain :)
Jadi, kapan kalian mau menggunakan domain dot aidi?
Sebulan yang lalu, iyaaa… sebulan lalu. Ini posting yang amat sangat telat, tapi mending telat kan ya daripada gak sama sekali. Biar inget gitu ada event-event penting :)
Kumpulan Emak-Emak Blogger (KEB) akhirnya membuat event gathering kedua, setelah acara di IDC 3D April lalu, kali ini yang kedua kedapetan di Bandung. Kenapa Bandung? Emak-emaknya yang pada minta ya, sengaja dipilih waktunya pas liburan sekolah dan sehari setelah FGDnya ICT Watch, biar saya bisa hadir dan ikut berbagi maksudnya :)
Saya dan Mbak Indah berangkat ke Bandung dengan nebeng Mbak Melly dari Blogdetik, sampe disana untuknya tepat waktu dan ternyata event hari itu tepat di mallnya Festival City Link. Kebayang kan hari itu saya dan teman-teman KEB harus saingan sama Cherrybelle, walo gitu yang dateng lumayan banyak ada sekitar 20 orang perempuan yang dateng membawa serta anak-anak dan suami mereka. Bisa dipastikan, bapak dan anaknya pergi ke lantai bawah untuk nonton performnya Cherrybelle.
Apa aja cerita gatheringnya, bisa di cek di webnya KEB ini ya. Saya seneng aja sih, ternyata semakin kesini semakin banyak temen-temen di KEB yang mau buat semacam gathering begini, semoga emang bikin mereka lebih semangat berbagi menulis blog. Mungkin nanti bisa aja teman-teman di daerah lain membuat acara yang sama dan lagi dipikirin gimana caranya agar temen-temen di daerah itu bisa mengadakan acara begitu sendiri (ya dengan sepengetahuan dan juga bantuan makmin tentunya).
Sebenernya posting ini juga saya bikin untuk mengingat progresnya KEB sampe sejauh mana, selain member yang makin banyak di grup FB dan makin banyak juga yang mau jadi kontributor dan menulis di web KEB. Trus coba mengevaluasi kenapa ya acaranya KEB udah dua kali ini digelar yang dateng gak banyak? Kalo masalah hari libur, kita udah coba di weekend dan hari libur sekolah, tapi ternyata juga gak terlalu banyak yang hadir. Saya coba mikir-mikir lagi gimana ya bikin para emak-emak itu minat untuk hadir dan mereka merasa tertarik ke acara beginian? Itu satu yang jadi pe er.
Kedua, acara apa yang menarik untuk emak-emak itu?
Kalo temen-temen ada ide, boleh ya bantu saya mikir dan tulis di kolom komentar sini.
Terima kasih ya, semoga kedepannya ada acaranya makin baik, makin diminati dan makin bermanfaat :)
Seminggu lalu, Mas Karel menanyakan nomer kontak saya, akan ada dari Detikcom yang akan menghubungi katanya. Esoknya, Mbak Enny beneran nelpon saya dan membuat janji untuk bisa wawancara via telpon mengenai ngeblog dan blogger perempuan untuk liputan khusus Wolipop (laman Detik yang ngomongin hal-hal seputar perempuan).
Lalu di wawancara lah saya hari itu sekitar 40 menit. Bahas dari awal kenapa bikin blog, ngeblognya tentang apa aja, diliat sering ngereview buku di blognya, kok bisa begitu dan banyak lagi seputar blogging yang saya kerjakan. Dan, pertanyaan pun hingga gimana saya bisa kesana kemari untuk sharing soal blog, dapet apa aja dari blog hingga pencapaian apa yang paling membanggakan.
Saya sebenarnya bingung, jika ditanyakan pencapaian apa yang paling membanggakan atau terbaik lah sejauh 7 tahun saya ngeblog. Saya lalu menjawab, ‘Jika saya bisa mendapatkan banyak kesempatan dan memperoleh banyak sekali manfaat dari blog, saya sharing hal itu dan orang lain juga lantas termotivasi untuk melakukan hal yang sama (ngeblog) hingga merasakan manfaatnya juga, itu pencapaian terbesar yang paling baik saya rasa, Mbak‘.
Kemarin, akhirnya artikel dari wawancara itu terbit juga. Saya diberitahu sama Mbak Enny sih, tapi justru dapet info lebih dulu dari teman di Twitter. Saya baca dan gak lama kemudian saya mendapati sms dari sepupu saya yang sudah lama gak ketemu (belasan tahun sepertinya), dia bilang dia baca artikel Wolipop itu. Bagi yang mau baca, boleh lho :D
Saya menganggap blog sebagai media untuk saya mengingat banyak momen penting dalam hidup saya, tentulah saya tidak bisa mengingat banyak kejadian, kegiatan dan banyaknya teman-teman yang saya kenal juga sederet cerita didalamnya. Saya hanya mencoba menulis banyak hal yang sudah saya lalui, saya temukan sekedar untuk berbagi hingga selanjutnya blog ini bisa menjadi saksi sejarah *ini terdengar agak lebay* tentang apa yang sudah dan belum saya kerjakan.
Oh ya, ini ada artikel kedua yang ditulis Mbak Enny :)
Sebelum kelupaan, baiknya semua ditulis, begitu juga dengan hasil diskusi temen-temen blogger dan aktivis informasi dari Aceh hingga Papua awal Juli lalu tentang transparansi dan kebebasan berinformasi/berekspresi.
7 Juli lalu di acara (Focus Group Discussion) FGD Camp yang diadakan ICT Watch, temen-temen blogger dan juga aktivis informasi diajak untuk melakukan diskusi yang dibagi per kelompok dengan topik yang berbeda.
Ada sebanyak 40 orang yang akhirnya dibagi menjadi 4 kelompok sesuai dengan peminatan masing-masing. Jadi, temen-temen diminta untuk memilih ke kelompok mana mereka akan berdiskusi. Akhirnya diskusi santai dilakukan di House of Eva, Duren Tiga Selatan Jakarta dengan didampingi oleh fasilitator masing-masing kelompok.
Setelah diskusi sekitar 1 jam, perwakilan tiap kelompok diminta untuk bisa memaparkan hasil diskusi yang sudah dilakukan oleh kelompoknya masing-masing kepada semua peserta FGD untuk selanjutnya dilakukan diskusi panel.
Kita lihat hasil diskusi masing-masing kelompok ya :
Kelompok 1 : Information Diversity (Keberagaman Informasi)
Beberapa dasar pemikiran:
– Oligopoli kepemilikan media yang rentan hanya melayani kepentingan golongan/kelompok tertentu/terbatas. Ingat Pemilu 2014 segera tiba. Untuk Radio/TV, padahal menggunakan frekuensi milik publik.
– Tak cukup tersedianya pilihan informasi bagi publik, dapat dianggap sebagai bentuk pembodohan dan/atau penyensoran yang represif.
– Tersedianya channel/medium baru (blog, media sosial, dll) via Internet bagi penggunanya untuk berbagi informasi secara online.
Kelompok 1 berdiskusi tentang bagaimana besarnya pengaruh media mainstream dan bagaimana peranan media warga dalam memberikan alternatif informasi.
Disebutkan bahwa definisi mainstream disini adalah pelaku industri media yang besar, yang mana penetrasi informasi media mainstream sudah sampai ke daerah marginal. Media mainstream mampu membangun stereotip baik positif atau negatif tergantung kepentingan dan juga mampu menyeragamkan informasi tapi cenderung memperkecil pilihan informasi. Belum beragamnya media mainstream dalam memberikan informasi dikarenakan berpatokan pada pemilik modal, rating, iklan dan bahkan kekuasaan politik.
Untuk itu perlu penyeimbang dari media warga/alternatif yang ternyata sudah beragam namun dirasa belum cukup, sehingga kita seharusnya bisa memperbanyak produksi konten/informasi yang positif dengan cara berkolaborasi dengan berbagai komunitas blogger/aktivis informasi secara berkesinambungan.
Tantangan media warga/alternatif ini yaitu disisi internal, motivasi akan profit yg bisa menurunkan kualitas konten dan konsistensi, dan sisi eksternal penguasa bisa melakukan pengekangan dan juga masih banyak masyarakat yang belum melek media.
Rekomendasi:
– produsen: bahwa pendidikan media tidak hanya pada teknis, tapi juga kemampuan menulis.
– konsumen: perlunya meningkatkan kesadaran dan hak mendapatkan informasi yang beragam. Edukasi juga harus terus dilakukan untuk peningkatan kapasitas oleh kelompok yang peduli dan kompeten.
– hukum : perlu penegakan hukum yang jelas dan mampu mendorong perombakan regulasi yang ada. Pemerintah sebaiknya menguji UU sebelum diberlakukan.
Kelompok 2 : Information Asymmetry (Asimetris Informasi)
Beberapa dasar pemikiran:
– UUD 45 menjamin hak siapapun untuk berinformasi dan berekspresi. Tetapi pada prakteknya, kelompok minoritas (marjinal), kerap ditekan/dibatas ketika ingin gunakan haknya tersebut
– Kelompok marjinal rentan terstigma dan terhambat ketika berinformasi dan berekspresi, karena faktor perbedaan preferensi seksual, keterbatasan fisik, kondisi kesehatan (penyakit) tertentu, lokasi geografis atau status ekonomi.
– Asimetris informasi adalah salah satu penyebab keterbelakangan dan ketidakadilan dalam pembangunan suatu negara, khususnya dalam memberikan (kebijakan) pelayanan publik.