Bagaimana Baiknya Menulis Keluhan Tentang Pemerintahan Dalam Blog?

Sebenarnya saya kadang bingung, bagaimana sebaiknya kita sebagai blogger menulis keluh kesah tentang pemerintahan negara ini?

Ada banyak keluhan yang terjadi, mungkin kaitannya tentang tindakan korupsi misalnya, tentang kekhilafan polisi yang menerima suap atau tentang birokrasi dari orang-orang pemerintah yang biar cepet mesti dikasih duit, berikut juga tentang layanan publik yang menjadi tanggung jawab pemerintah.

Rasa-rasanya hal ini banyak banget kejadian, hanya saja gak banyak yang mau menceritakan, menulis atau apalah namanya kepada banyak orang, melalui blog misalnya. Saya pribadi kadang juga takut kejadian kayak Pak Musni yang menceritakan dugaan kasus korupsi di salah satu sekolah atau kayak 3 blogger Vietnam yang masuk penjara gara-gara mengkritik pemerintah di negaranya.

Katakanlah saya banyak gak ngerti sama urusan politik negara ini (atau gak mau ngerti) yang njelimet tiada tara, tapi saya juga cuma seorang blogger yang kadang gemes pengen nulis sesuatu yang berbau kritik pada pemerintah. Namun, beberapa kasus yang bermunculan membawa sebagian besar blogger memilih berada di zona aman, dengan dalih ‘ya daripada kena kasus’.

Saya pikir kebebasan berpendapat/berekspresi menjadi omong kosong jika kita  tidak bisa benar-benar ngomong/menulis tentang banyak hal dan berada dalam ketakutan. Takut terjerat UU ITE misalnya, takut dipolisikan atas pencemaran nama baik contohnya. Uhg…. saya mah beneran jadi takut, liat polisi aja saya males apalagi urusan sama pengadilan.

Jadi, kira-kira menurut teman-teman bagaimana sebaiknya kita sebagai blogger bisa menuliskan keluhan atas pemerintahan dengan bebas tanpa rasa takut?

Mantra Man Jadda Wajada dan Film Negeri 5 Menara

Negeri 5 Menara

Dengan best seller-nya novel karya uda A.Fuadi, Negeri 5 Menara yang terkenal dengan mantra ‘man jadda wajada’, akhirnya dibuatlah sebuah film dengan judul sama seperti novelnya. Novel ini sebenarnya buku pertama dari trilogi Alif Fikri. Buku keduanya, Ranah 3 Warna saya rasa justru lebih menarik dari pada buku pertama. Entah bagaimana buku puncak dari trilogi ini. Karenanya, saya tidak terlalu berekspektasi terlalu tinggi akan film ini. Nyatanya, seperti yang sudah saya duga.

Negeri 5 Menara mengisahkan beberapa orang anak laki-laki usia SMA dengan sentral cerita si Alif Fikri, orang Padang yang merantau ke Pondok Madani dalam rangka mengikuti keinginan sang ibu agar dia bisa jadi santri. Dengan enggan akhirnya Alif tes dan akhirnya diterima di Pondok Madani. Bertemanlah dia dengan beberapa kawannya antara lain Raja, Baso dan Atang. Mereka semua menyebut diri mereka Sahibul Menara, dengan cita-cita perjalanan mereka masing-masing menaklukkan belahan dunia mana. Silakan kesini buat yang mau baca review bukunya, udah pernah saya tulis soalnya.

Berangkat dari rasa ingin tahu seperti apa novel ini difilmkan, saya nyempetin nonton film ini. Seperti yang saya bilang diawal, entah kenapa saya merasa film ini amat datar. Man Jadda Wajada seakan-akan hanya keras diucapkan para pemainnya namun tidak terlihat secara nyata. Scene dimana kepergian Baso yang harusnya menjadi satu cerita dramatis, terlihat biasa saja. Saya menginginkan film ini lebih bisa menampilkan usaha para sahibul menara yang berusaha keras bukan cuma keras meneriakkan ‘man jadda wajada’.

Read more

Lomba Berandai-andai dengan Semi SEO

Tadinya, saya mau ikut lomba ini karena di timeline twitter saya banyak sekali buzzer yang nginfoin lomba inih. Awalnya saya tertarik menulis karena ini lomba berandai-andai menjadi anggota DPD, walo dalam hati saya ga pengen sama sekali jadi anggota DPD, tapi saya ingin menulis agar para anggota DPD bisa membaca catatan para blogger untuk mereka sebagai harapan rakyat. Soal hadiah ya itu hadiah, walo memang hadiah yang ditawarkan begitu menggiurkan. Sebut saja Iphone 4S, BB, GTab dan paket wisata kunjungi eloknya Indonesia. Klo yang terakhir ini, mungkin maksudnya bisa kemana aja di Indonesia kali ya :D

untuk blogger

Setelah dibaca-baca, ternyata lomba ini bersifat SemiSEO. Lalu, muncul deh rasa malas untuk ikutan, bukan apa-apa klo udah namanya SEO, yang ikutan pasti berusaha banget mengeluarkan jurusnya untuk berada di peringkat teratas halaman 1 mesin pencari itu. Lalu akhirnya lupa, jika isi tulisan adalah yang terpenting.

Awalnya saya mengira lomba ini keren banget, dari tulisan banyak blogger diharapkan para anggota DPD bisa mengerti keinginan rakyat. Anggota DPD lalu bisa saja dapet ide dari tulisan para blogger yang ikutan lomba ini sehingga anggota DPD bisa terasa kehadirannya dalam masyarakat. Tapi ternyata mungkin tidak seperti itu jadinya klo pake semi SEO. Ini berarti akan diambil beberapa tulisan teratas saja (mungkin halaman 1 dan 2 pada hasil pencarian mesin pencari) lalu baru akan dinilai tulisan-tulisan itu tadi.

Ya sayang dong ya, sayang jika tulisannya bagus dan idenya keren tapi ternyata tidak berada di hasil pencarian teratas itu, ya pastinya akan kalah. Akan berbeda halnya kalo semua tulisan yang masuk dibaca dan dinilai oleh tim juri.Ya semoga aja sih yang jadi juri itu ya anggota DPDnya sendiri ya, biar pas dan kena aja gitu. Apalagi sebagai peserta kita diminta untuk memposisikan diri sebagai anggota DPD RI, di mana mengembangkan dan menyejahterakan daerah-daerah di Indonesia adalah tugas, peran dan tanggungjawab anggota.

Read more

Saatnya Kepolisian Beneran Nyata untuk Masyarakat

Sering gak ngeliat anak-anak kecil, umuran SMP bahkan SD pake motor trus ngebut pake gaya selangit?
Di deket rumahku, banyak!

Kadang suka heran sendiri, kenapa anak-anak itu dibolehin bawa motor sampe ngebut gitu? SIM pasti belum punya, malah kadang ga pake helm. Saya merasa tidak bisa menerima alasan apapun jika para orangtua justru mengizinkan anaknya tersebut untuk menggunakan motor tanpa helm dan SIM, sedekat apapun tujuan berkendaranya.

Papa saya pernah cerita soal anak temennya. Jadi, temen Papa saya ini saya sebut aja Om Bari. Beliau punya 2 anak laki-laki, yang paling gede umur 13 tahun (kelas 1 SMP) dan yang kecil umur 10 tahun. Om Bari cerita kalo anaknya yang paling gede ini sering banget nyuri pinjem motor papanya dan kadang motor tetangga untuk belajar mengendarai motor. Sampe suatu hari, si anaknya ini merengek minta dibeliin motor karena udah ngerasa bisa pake. Saya ga tau juga bagaimana anaknya itu bisa merengek sebegitu hebatnya, hingga akhirnya Om Bari benar-benar membelikannya sepeda motor baru. Anaknya seneng banget, baru aja sampe di rumah itu sepeda motor langsung dicobain. Udah nyoba deket-deket rumah, si anak yang paling gede ini eh ngajakin adeknya untuk ikutan test drive itu motor baru. Jadilah 2 kakak beradik itu test drive ke jalan, untuk nyobain motor baru. Entah mereka berdua jalan kemana tapi hari itu Om Bari menerima telpon yang bilang anaknya mengalami kecelakaan. Keduanya dilarikan ke rumah sakit dan tidak tertolong lagi.

kebut-kebutan di jalan

Saya gak tau mesti komen apa setelah diceritakan si Papa soal anaknya Om Bari ini. Rasa sayang pada anak-anak ga melulu harus diwujudkan dengan memberikan apa yang mereka mau. Emang sih secara fisik, mungkin si anak sudah bisa dikatakan besar, tapi tugas orangtua lah yang seharusnya memberikan edukasi pada anaknya tentang bahaya yang akan terjadi soal pelanggaran seperti ini. Ngebut dijalan, ga bawa SIM dan ga pake helm, itu adalah pelanggaran yang fatal sepinter apapun si anak mengendarai motor.

Read more

Deklarasi Asean Blogger Conference di Bali

Setelah banyaknya temen-temen yang menulis tentang cerita di Bali, tentang serunya jalan-jalan disana dan juga ketemu para blogger dari seluruh nusantara, saatnya saya juga menulis, boleh lah ya yang sedikit serius tentang isi deklarasi blogger ASEAN yang sesuatu banget itu. Saya sadar kok, dalam hal ini saya termasuk blogger penggembira yang memang ingin nulis dan merasakan yang gembira-gembira aja, tapi saya rasa mungkin emang seharusnya kita bisa menulis sesuatu yang tidak didengar pada saat konferensi itu berlangsung.

suasana di Museum Pasifika
suasana di Museum Pasifika

Saat ramai ngomongin nama ASEAN dan Asia Tenggara di kelompok sebelah, saya yang tergabung di kelompok B dengan ketua Mas Agus Lahinta diminta untuk diskusi soal prinsip ASEAN Blogger. Saya awalnya bingung, apa sebetulnya yang mau didiskusikan, sampe akhirnya Mas Agus mengeluarkan kertas yang diberikan panitia, yaitu beberapa poin yang harus didiskusikan dalam kelompok B saat itu. Wow, saya heran dan temen-temen lain pun saya rasa juga merasa hal yang sama, cuma ada 1 copy poin-poin tersebut yang akhirnya digilir untuk dibaca. Kenapa coba ga di copy-in aja gitu 10 atau berapa gitu? biar kita semua bisa baca dan bisa berdiskusi dengan waktu yang singkat dan diiringi dengan ngelap keringet. Atau paling tidak sebelumnya sudah diberikan via email, sehingga kita lebih siap memberikan apa-apa aja yang ingin disampaikan.

Banyak masukan dari para peserta termasuk soal kebebasan berekspresi. Terus terang memang semua masukan itu bagus-bagus, tapi kok ya rasanya aneh diskusi soal poin-poin yang nyatanya emang susah didiskusikan karena udah bawa nama negara. Selain itu ya, itu kok diskusi poinnya udah 2 lembar aja gitu, gimana lagi hasilnya? setelah ngomong sedikit, akhirnya saya memutuskan untuk melipir, memberikan waktu yang sedikit itu untuk para blogger serius memberikan masukannya pada Mas Agus sebagai ketua kelompok. Hasilnya dibacakan Mas Agus pada sesi selanjutnya, bersama dengan ketua kelompok  A dan C.

Read more

Fans Fanatik dan Idolanya

idola

Pernah merasa mengidolakan seseorang artis/penyanyi sebegitu fanatiknya?
Saya pernah, jaman SMP, saya ngefans banget sama Westlife. Semua kaset dari berbagai versi album saya punya, original, setiap majalah yang ada poster/pin-upnya saya beli dan dipajang di kamar. Berasa puas banget klo udah beli semua pernak pernik Westlife, apalagi kalo bisa hafal semua lagu mereka.
Selain karena mereka ganteng-ganteng ya rasanya pengen tau terus informasi tentang kehidupan pribadi mereka, rasanya ikut sedih jika ada satu diantara mereka ada yang sedih, misal diputusin pacarnya, atau terjadi musibah pada keluarga mereka. Begitulah fans menurut saya, jika idolanya seneng, fans ikut seneng, begitu juga sebaliknya.

Di Indonesia pun begitu, banyak banget artis baik itu penyanyi, pemain sinetron yang punya fans sendiri, bahkan mereka punya nama tersendiri untuk menyebut fans club mereka. Dan, sekarang Lagi heboh banget kabar band ST 12 bubar. Band yang mengusung aliran pop melayu ini emang udah terkenal banget, mereka punya fans fanatik sendiri yang disebut ST Setia, walo banyak juga yang mencibir mereka. Saya sendiri penikmat musik *halah bahasanya ya*, jadi mana musik yang menurut saya enak, tentu saja saya suka.

Band ini cuma punya 3 orang personil, kalo 2 keluar ya tinggal 1, apa bisa gitu ngeband sendirian? bubar kan ya jadi namanya?. Barusan saya nonton Intens (oke, saya nonton Intens karena sepupu saya lagi pilih RCTI siang ini #pencitraan) dan saya takjub juga sedih melihat para fans ST 12 yang disebut ST Setia ini berurai air mata menceritakan kesedihan mereka atas keluarnya kedua personil ST 12 tersebut. Ga cuma sedih, menangis, ada yang mogok makan, tanda tangan pake darah, ga masuk kerja dan katanya ada yang sampe dipecat? WOW, saya bener-bener ga habis pikir, sebegitu ekstrimnya para fans ST 12 ini ya?

Read more

Twitter dan Bagaimana Kita Menanggapinya

Ada banyak hal yang bergeser di era 2.0 ini, kalo dulu bisa tukeran nomer telpon untuk kenalan sama teman baru, sekarang yang ditanya bukan lagi nomer telpon, tapi akun twitter. Ya, jika Facebook kayak KTP buat setiap orang yang mesti punya, Twitter menjadi temen yang tak kalah menariknya untuk dimiliki.  Kalo punya Facebook untuk mengumpulkan temen-temen lama, sebaliknya Twitter adalah tempatnya punya temen baru.

Saya sendiri punya akun Twitter sejak 7 Mei 2007, tapi akhirnya bawel ngetwit baru setahun terakhir deh kayaknya. Sejak Twitter heboh, semua orang berlomba-lomba punya akun Twitter, sampe kayaknya semua brand sekarang punya akun Twitter, dan ga cuma brand tapi juga semua institusi yang memberikan pelayanan umum pun sekarang punya akun Twitter. Harusnya ini adalah hal yang menyenangkan, ketika kita bisa lebih dekat dengan sebuah brand, sebuah layanan, sebuah institusi, sebuah akun yang memberikan informasi yang memang kita butuhkan. Cukup dengan mengikuti mereka (follow) di Twitter, kita akan dapet semua informasi yang memang ingin kita tahu.

Contoh yang paling gampang adalah bagaimana kita mengetahui tempat gentayangannya para jenderal @infomaicih misalnya. Yang mau beli keripik dengan level pedas itu bisa cek garis waktu (timeline) mereka, dan kita tinggal beli disana, mudah bukan?.
Tidak hanya itu, jika kita mau bertanya tentang suatu hal yang kita tidak tau dengan suatu info, kita bisa mention akun Twitter tersebut dan mereka pun membalasnya dengan info yang kita butuhkan. Contohnya, saya pernah nanya ke @BNI46 kenapa akses internet bankingnya ga bisa, dan ga lama kemudian mereka membalas memang karena mereka sedang melakukan perbaikan. Sungguh senang rasanya, sepertinya info yang kita butuhkan dengan mudah kita dapatkan. Sebagai pengguna kita mereka senang dekat dengan 1 brand tersebut, dan sebaliknya brand tersebutpun senang karena bisa dekat dengan penggunanya sehingga tau masalah yang sering muncul dan mereka bisa mencarikan solusinya.

Nah, itu yang mungkin seharusnya menjadi keinginan kita bersama, saling menguntungkan kedua belah pihak. Tapi apa yang ada dalam pikiran kita jika ada 1 brand justru tidak menyukai kritikan yang diberikan oleh pengguna? Saya yakin , harusnya tidak seperti itu yang harusnya terjadi.

profile @plns2jb

Seorang teman memperkenalkan saya dengan akun yang katanya dibuat oleh seorang relawan (volunteer) PLN yaitu @plns2jb. Saya ga tau kapan tepatnya, sudah mungkin sebulan terakhir Palembang sering banget mati listrik. Oke kalo 2-3 jam ya, di daerah rumah saya bisa 12 jam satu kali mati listrik, dan itu berulang di hari berikutnya. Saya sadar saya pun sering kali mengeluh soal ini, Twitter adalah salah satu tempat keluhan itu tertampung. Dan, saya tidak pernah mention sekalipun si @plns2jb ini, temen-temen saya lah yang akhirnya memperkenalkan saya dengan akun ini. Saya tak juga follow akun tersebut. Hari ini saya menerima mention seperti ini :

mention @rdlimosin

Saya tidak follow akun tersebut, karena itu saya coba cek timeline mereka, dan benar saya lihat timeline dan akun ini malah memblock beberapa twitter yang dianggap ga berguna.

twit soal block follower

Ga lama kemudian saya dapet mention dari @plns2jb berikut isinya :

Read more