Sederhana bukan berarti tidak boleh kaya, tidak boleh tampil dengan perhiasaan. Esensi sederhana lebih pada jiwa, pada diri yang paling dalam.
1. Kesederhanaan ketika kaya adalah ketika kita mampu berbagi dengan kekayaan itu.
2. Kesederhanaan ketika kuat adalah ketika kita mampu melindungi dan menolong sesama.
3. Kesederhanaan ketika menjadi pemimpin, tetapi kita tetap berada dalam kesahajaan, tidak sombong dan sangat menginginkan agar yang dipimpinnya bisa dekat dengan Allah.
4. Kesederhanaan ketika sukses adalah ketika kita semakin mampu berempati kepada orang-orang yang menderita
5. Kesederhanaan ketika popular adalah tetap berada dalam kesahajaan, tidak besar kepala dan memandang kepopularan sebagai ujian bukan sebuah kebanggaan.
Inilah tampilan kesederhanaan yang sebenarnya, kesederhanaan yang jauh dari keserakahan dan ketidaktahuan diri.
(Kaya Lewat Jalan Tol, Kaya Hati Kaya Rasa Kaya Raya – Ustadz Yusuf Mansur)
Sekarang ya, semakin banyak saja makanan ringan yang beredar dengan pangsa pasar anak-anak. Menyajikan makanan dengan nilai gizi yang baik itu yang seharusnya dicari untuk buah hati kita.
Beragam memang, dari mulai yang ngasih banyak rasa keju, rasa coklat dan bentuknya pun sekarang ‘aneh’ tapi menarik sekali memang, apalagi dimata anak-anak. Ga cuma itu, kita yang dewasa pun lalu tertarik dan ga sedikit yang hobi banget makan makanan yang katanya untuk anak-anak.
Tango yang selama ini saya tau memproduksi wafer aneka rasa kayak coklat, stroberi, tiramisu dan lain-lain sekarang juga menyajikan waffle crunchox yang setelah saya coba, ternyata lebih enak dari tango wafer biasanya.
Awalnya saya pengen nyoba aja, tapi ga beli yang kecil, berasa enak aja dari kemasannya yang slurrp, saya beli yang gede dan langsung menikmati sesampainya dirumah. Ternyata ya, bener-bener enak. Coklatnya tebel gitu, saking enaknya saya makan, si kecil Alaya langsung mendekat, minta dan mencoba merebut Waffle Crunchox dari tangan emaknya.
Ini puisi pak BJ Habibie yang di broadcast di BBM, saya pikir ini puisi terindah apalagi untuk almh. Ibu Ainun Habibie. :cinta:
Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu.
Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya,
dan kematian adalah sesuatu yang pasti,
dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu.
Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat,
adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang,
sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati,
hatiku seperti tak di tempatnya,
dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi.
Kau tahu sayang,
rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang.
Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang,
pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada,
aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini.
Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang,
tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik.
mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua,
tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia,
kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini.
Udah pernah denger tentang Project #365shots ?
Proyek foto 365 hari. Iya, harusnya dimulai pas tanggal 1 Januari 2010 kemarin, sehingga bisa genap 365 di akhir tahun. Tapi, saya baru mulai di akhir Januari kemaren *kalo ga salah tgl 28 Januari 2010*. Detilnya bisa dibaca disini nih, saya juga taunya dari temen-temen blogger juga. Yah, dipikir-pikir, kenapa juga ga ikutan. Akhirnya saya memilih tema anakku sendiri disini. 365 hari itu kan setahun, pastinya bakal banyak yang berubah pada diri Alaya, dan yang paling gampang itu ya badannya, yang akan tumbuh gede.
Fotonya ga harus diambil dari kamera digital yang bagus-bagus bener kok, bisa juga pake kamera henpon seadanya. Yang penting bisa diabadikan. Yang paling gampang saya pake Posterous, karena layanan Posterous memudahkan kita posting dan upload foto langsung via email. Tinggal di attach via email, masukkan judul posting pada subject emailnya terus kasih sedikit penjelasan gambar di body email… dan… send. Langsung nongol deh di Posterous.
Hasil foto saya sih kebanyakan pake kamera BB, yah walo kurang memuaskan tapi bisa keliatanlah pertumbuhan Alaya :)
Kamu udah ikutan? Apalagi yang jago foto nih, ayo dong hasil fotonya di share :senyum:
Mumpung masih segar dalam ingatan, saya baru saja selesai membaca buku ini. Buku parenting pertama yang saya baca setelah lahirnya Alaya. Saya akui, saya tergolong muda untuk menjadi ibu dan saya mengerti betul banyak orang diluar sana banyak yang masih sanksi, apakah para ibu muda mampu mengasuh dan mendidik anaknya dengan baik. Maka dari itu, saya belajar untuk menjadi ibu yang baik, tentunya dengan tidak menanggalkan status saya sebagai istri, hingga saya bertekad untuk menjadi istri dan ibu yang baik, paling tidak untuk suami dan anak-anak saya kelak.
Ini juga kali pertama saya membaca buku tulisan Meidya Derni yang sudah terkenal menelurkan buku-buku mengenai parenting. Saya beli buku ini sebagai langkah pertama untuk tujuan saya tersebut diatas.
Awal membaca buku ini membuat saya merasa jadi orang tua itu susah, kok ya judulnya Happy ya? :tanya:. Kenapa saya bilang gitu? ya, bab pertama saja diceritakan tentang pendidikan yang buruk dari orang tua pada anaknya, ortu tidak memperdulikan anaknya sehingga anaknya menjadi ‘anak nakal’. Jelas memang, menjadi orang tua itu tidak semudah yang dibayangkan. Pendidikan saja tidaklah cukup untuk dapat menjadikan kita orangtua yang baik, tapi juga butuh keterampilan. Saya setuju dengan ini, ga heran kan kalo ada profesor di kampus terkenal punya anak yang tidak sopan, tidak menghargai orang lain bahkan menyakiti dirinya sendiri.