Random

Tadi sempet baca di timeline Twitter ;

Saat kita mulai membandingkan, kita lupa untuk bersyukur.

Ada benernya nih.
Kita tetap manusia, seringkali membandingkan. Tapi, semoga kita gak lupa untuk bersyukur. Sedikit atau banyak, semua nikmat harus selalu disyukuri.

Sebenernya saya pengen posting, tapi kadang entah kemana ide nulis itu berlari.
Lalu jadi angin dan berhembus pergi. Tak kembali lagi.
*udah sok puitisnya*

Seorang teman, bertanya ‘kok gak posting blog lagi?’
Saya menyadari bahwa ternyata, ada yang kangen sama saya eh sama posting blog saya.
Begitu juga dengan blog sebelah, saat ada yang bilang suka baca ripiu buku disana, saya langsung merasa diingatkan bahwa masih banyak yang mau baca tulisan saya.

Terima kasih ya pembaca ;)

Menjadi Perempuan dan Ibu Pekerja

Semalem timeline twitter ramai membicarakan tuitnya sang ustad mualaf @Felixsiauw. Masih tentang perempuan dan masih tentang bagaimana perempuan itu seharusnya.

Setelah beberapa waktu yang lalu beliau membandingkan ibu yang jadi karyawan, apakah masih bisa disebut ‘ibu’. Kali ini lanjut tentang bagaimana perempuan itu (dalam hal ini seorang ibu) seharusnya mengurus rumah tangga saja dan patuh terhadap suaminya.

Saya tidak mengikuti twitter beliau. Tapi banyak aja gitu yang sering ReTweet, otomatis ya kebaca juga.

Saya seorang ibu yang memang tidak kerja kantoran yang harus nine-to-five di kantor. Saya tetap ‘bekerja’ dengan cara saya, di rumah dan masih bisa mengurus rumah tangga juga suami dan anak. Saya rasa pun ibu bekerja yang jadi karyawan kantoran pun masih bisa kok mengurus rumah tangga mereka dengan baik. Tapi saya rasanya kurang sreg dengan si ustad ini.

1  Felix Siauw  felixsiauw  on Twitter

Twit beliau semalam yang menyebutkan ada hadist yang mengatakan salah satu ciri perempuan penghuni surga adalah banyak anak. Heummm…. terus terang saya setelah melihat twit beliau tersebut saya langsung diskusi sama suami saya. Dan kami pun sepakat untuk menyepakati apa yang telah kami rencanakan bersama, gak banyak tapi cukup 2 atau 3 aja, itupun kalo Allah titipkan pada kami.

Read more

Antara Buku Beneran dan Ebook

Sadar atau tidak sebenernya setiap hari itu kita melakukan aktivitas membaca. Entah itu baca koran, buku atau baca timeline Facebook/Twitter/Path. Ada sebagian orang yang lebih menyukai bawa buku kemana-mana, hingga sering kali saya menemui orang yang selalu bawa buku dan membaca pas di kendaraan umum atau cafe misalnya. Selalu menyenangkan. Seorang teman malah membuat tagline di blog bukunya, ‘Di Dunia Kami, Menunggu itu Membaca’.

Sekarang, seiring dengan perkembangan teknologi, buku pun bergerak menjadi buku digital alias ebook. Orang gak perlu berat-berat bawa buku beneran, tinggal bawa Ebook Reader atau Tablet aja gitu. Lebih gampang.

Read more

Gak Usah Nunggu Kaya Untuk Membantu Sesama

Di balik banyaknya keluhan kita (saya dan mungkin juga teman-teman semua) terhadap banyaknya ‘kejahatan’ yang dilakukan banyak oknum pemangku kepentingan di negara ini, tetap ada kebaikan-kebaikan yang terserak dan tercecer di mana pun di belahan negara Indonesia ini. Dan saya terus meyakini kebaikan sekecil apa pun itu akan selalu diperjuangan orang-orang Indonesia yang mau membuat negara ini menjadi lebih baik.

Banyak sekali orang-orang yang mungkin tidak kita ketahui mampu melakukan perubahan di sekitarnya untuk kepentingan orang banyak. Gerakan sosial yang banyak terbentuk, saya rasa adalah buah dari kegeraman yang terjadi di masyarakat kita karena keluhan yang seringkali tidak berakhir sesuai dengan keinginan. Saya salut dengan bermunculannya orang-orang di balik gerakan sosial yang mampu membangun banyak hal, yang tentunya bikin kita yang mendengarnya senang dan bisa jadi ikut dalam gerakan tersebut.

Read more

Siap Menang, Gak Siap Kalah

Saya bosen lho, sama pemilihan kepala daerah (pilkada) yang berujung ribut, gak terima, demo, ngadu ke MK dan hasilnya masih aja ribut.
Saya bosen, rasanya capek denger berita gitu-gitu mulu, di daerah inilah, itulah. Kayaknya calon pemimpinnya aja pada gak damai, gimana rakyat berasa aman coba?

Kalo mau ngitung berapa banyak hasil pilkada yang ujung-ujung gak diterima oleh pasangan calon yang kalah? Banyak kan. Gak jarang hasilnya masih kalah juga. Ada yang sampe harus milih ulang (dan ini ngabisin duit negara, bukan?) dan hasilnya masih aja ribut sana sini.

Saya amat sangat bosen denger ribut-ribut abis pilkada, apalagi abis pengumuman hasil siapa yang terpilih. Beberapa (saya salah satunya) takut pergi-pergi, takut ada demo. Terakhir malah kejadian pake acara bakar-bakar toko orang segala. Gak nyaman rasanya. Berasa kalo calon pemimpin ini pada siap menang tapi gak siap menerima kekalahan. Tim sukses yang sering kali lebih lebay jika pasangan yang didukungnya kalah.
Read more

Bunuh Diri Karena Cyberbully

Baru-baru ini merebak kabar ada yang bunuh diri karena cyberbully di Jogja.
Saya akhirnya mencari tahu kabar ini, dari googling sampe baca-baca tuit tentang Bobby Yoga atau Kebo. Kebo yang ketua pelaksana event musik ini bunuh diri setelah acara yang dibuatnya gagal. Banyak yang bilang dia bunuh diri karena gak tahan dengan caci maki gagalnya acara Lockstockfest2 yang dibuatnya. Setelah baca obituari dari seorang teman dari Kebo, saya merasa ini bukanlah karena cyberbullying.

Sebenarnya sudah banyak kasus bunuh diri karena cyberbully ini. Sebut saja Megan Taylor Meier, Phoebe Prince, Amanda Todd, Katie Webb, Jade Stringer, Sheniz. Amanda Todd yang paling banyak diomongin tahun lalu karena sebelum bunuh diri dia sempet bikin video dan diunggah ke Youtube.

Cyberbully sendiri banyak terjadi di kalangan remaja. Menurut studi American Academy of Pediatrics (AAP), 78% remaja yang melakukan bunuh diri, selain mengalami cyberbully juga menjadi korban bully di kehidupan nyata. Hanya 17% saja yang menjadi korban cyberbully.

Read more

Yang Muda Dan Keinginan Untuk Melakukan Perubahan

Melakukan perubahan sebenarnya tidaklah terlalu sulit, hanya saja kita perlu orang yang mendukung perubahan itu.

Hari minggu kemarin saya menonton film Mohabbatein, ya film India yang udah lama dan udah beberapa kali saya tonton. Saya menonton kembali, sederhana saja karena saat itu kebuka channel tv yang itu. Mohabbatein memang cerita cinta, tapi bukan itu yang mau saya bicarakan, tapi bagaimana Narayan Shankar, si kepala (sebangsa rektor lah ya) Gurukul yang tidak menyukai perubahan atas apapun yang telah dia tetapkan di universitas tersebut. Lalu, muncul lah Raj Aryan yang akhirnya membuat suatu perubahan di Gurukul.

Bukan hal mudah bagi Raj Aryan mengubah banyak hal di Gurukul, apalagi masih ada Pak Narayan. Tapi akhirnya Raj Aryan berhasil dengan suatu hal berharga yang ia korbankan. Ya, selalu ada harga yang harus dibayar bukan? :)

Ada lagi pemimpin Jakarta, pasangan Jokowi – Ahok yang memberikan banyak perubahan di Jakarta, terlebih dari sisi birokrasi. Saya acungi jempol yang banyak deh buat Pak Jokowi dan Pak Ahok atas perubahan yang mereka buat. Saya berdoa semoga semua pemimpin daerah di negeri ini, bisa seperti pasangan tersebut.

Jika saya dihadapkan pada orang yang bergerak di keduanya, menjadi guru di Gurukul dengan Pak Narayan sebagai kepalanya, atau menjadi anak buah Pak Jokowi – Ahok, mana yang akan saya pilih? Saya akan memilih menjadi anak buah Jokowi -Ahok. Bukan. Bukan karena pasangan tersebut nyata dan Gurukul adalah fiktif, tapi siapa atasan saya.

Read more