Akademi Berbagi Palembang

Akber Palembang

Harusnya ya, saya menulis soal ini dari dulu-dulu, dari Akademi Berbagi (Akber) mulai ada di Palembang. Saya lupa kapan tepatnya, sekitar April 2011 mulai diadakan kelas pertama Akber Palembang, waktu itu gurunya Mas Aidil Akbar yang berbagi soal financial planning. Entah kenapa, hingga kelas ke-8 akhir tahun kemarin, yang dateng ke kelas Akber, blom juga banyak, paling banyak hanya sampai sekitar 18 orang, padahal ya Akber itu banyak banget membagi ilmu buat temen-temen semua secara FREE.

Yang belum tau, mungkin bisa kenalan dulu apa dan gimana Akber itu, tak kenal maka tak sayang kan ya :)

Apa sih Akademi Berbagi?
Akademi Berbagi itu adalah gerakan sosial nirlaba yang bertujuan untuk berbagi pengetahuan, wawasan dan pengalaman yang bisa diaplikasikan langsung sehingga para peserta bisa meningkatkan kompetensi di bidang yang telah dipilihnya. Bentuknya adalah kelas-kelas pendek yang diajar oleh para ahli dan praktisi di bidangnya masing-masing. Kelasnya pun berpindah-pindah sesuai dengan ketersediaan ruang kelas yang disediakan oleh para donatur ruangan.

Jadi, intinya ya Akber ini dari kita, oleh kita dan untuk kita.
Siapapun bisa jadi guru untuk tema-tema tertentu dan siapapun bisa jadi muridnya. Guru gak dibayar untuk berbagi dan murid pun gak membayar untuk mendapatkan ilmu dari si guru. Namanya juga berbagi kan ya.

Temanya tentang apa aja?
Boleh apa aja kok, selama ada guru yang mau berbagi, tema apapun boleh di share :)

Siapa yang bisa dihubungi?
Setiap kota Akber punya kepala sekolah (kepsek) dan para relawan yang nantinya akan membantu temen-temen akber dalam melaksanakan kegiatan berbaginya. Nah, untuk Palembang kenalan dulu deh yang belom kenal, ada Mbak Ira aka Itikkecil sebagai kepseknya. Saya? Saya hanya relawan yang bantu-bantu kepsek dan teman-teman yang mau berbagi kok :)

Fyi, Akber Palembang udah pernah ngadain kelas financial, kelas fotografi, kelas komunitas dan blog, kelas pembuatan film dokumenter, pengajarnya top-top lho.

Read more

Jelajah Musi Bersama Fotografer.Net

Sabtu, 14 Januari 2012 kemaren saya, Mbak Ira, Suzan dan Adrian aka Boim (diajak langsung sama Bang Kristupa) mewakili blogger Wongkito, berkesempatan ikutan rangkaian acara ulang tahun ke-9-nya Fotografer.Net yang diberi judul #FN9JelajahMusi. Fotografer.Net adalah komunitas serta portal fotografer terbesar di Indonesia, jelas saya belum menjadi anggotanya, tapi mungkin nanti saya bisa masuk menjadi bagian dari mereka, ya siapa tau. Fotografi itu menyenangkan kok.

KM Putri Kembang Dadar

Saya sebenernya teramat minder karena ga punya kamera canggih, sebut saja DSLR. Saya cuma kamera cupu (pinjem istilah Boim), cuma punya kamera saku, Canon Ixus. Yaaa gpp kata Nicowijaya, bawa aja kamera sakunya. Tapi pas sampe lokasi hari itu, saya langsung merasa, memang kamera saku saya tidak bertemu dengan teman-temannya. Yaolo yaaa… itu peserta hampir 100 orang, bawa kamera nan sakti dilengkapi dengan lensa beragam nan mahal harganya itu. Langsung deh saya melipir dengan senyuman.

Nico mengabadikan #FN9JelajahMusi dengan kapal kecil

Naik kapal KM Putri Kembang Dadar menuju Pulau Kemaro, disana akhirnya para peserta lomba foto berhadiah Canon 1100D itu memulai aksi mereka. Telah disiapkan 2 model nan canti juga seksi yang menjadi fokus para peserta hari itu. Karena, Pulau Kemaro ini identik dengan Imlek dan Cap Gomeh, maka model-model itu menggunakan kostum ala cece-cece gitu. Sekali lagi saya didera minder yang tak ada obatnya, sampe akhirnya saya hanya menggunakan kamera saku saya untuk foto-fotoin para peserta dan juga videoin kegiatan hari itu. Selebihnya, kerjaan saya livetwit doang. Mbak Ira dan Boim tetap ikut foto-foto dong, kamera mereka kan termasuk sakti. Dan, akhirnya saya dan Boim difotoin levitasi gitu sama Mbak Ira. Hasilnya? ini nih…. :ngakak:

Read more

Beli App di Blackberry App World dengan potong pulsa

Bagi pengguna Blackberry (BB) tentunya udah gak asing dengan beberapa aplikasi (app) yang ada didalamnya. Bagi saya yang pastinya dipake itu ya app social media, semacam Twitter, WordPress, Facebook dan banyak yang lainnya. Ya, rata-rata aplikasi tersebut bisa saya instal gratis pada BB saya. Tapi, pada kenyataannya ga cuma itu, saya masih butuh beberapa app untuk BB yang bisa menunjang produktivitas, kreativitas dan juga seni keindahan *halah*, oleh karena itu saya coba menginstal beberapa app tersebut.

Katakanlah contohnya theme BB, saya paling suka theme yang unik dan lucu, beberapa theme tersebut tersedia dengan gratis (free) di BB App World, tapi yang gratis biasanya terbatas dan kurang gimana gitu, makanya ada yang namanya themes premium alias berbayar. Sama lah ya kayak theme blog, ada yang gratis dan ada yang mesti beli. Dulu, saya merasa kesulitan kalo harus beli pake kartu kredit (cc), karena katanya agak kurang secure gitu. Seorang teman pernah cerita dia beli app di android market eh taunya tagihannya lebih banyak banget dari yang dia beli.

Nah, sekarang Indosat ngeluarin fasilitas pemotongan pulsa untuk tiap pembelian di BB App World. Iya, jadi ga perlu punya cc untuk beli app yang kita mau, asal pulsanya mencukupi bisa deh tuh beli appnya.

Caranya gimana?
1. Pengguna BB mesti aktifin Blackberry Internet Service (BIS)nya Indosat ya. Bisa pake Mentari, IM3 ataupun Matrix. Khusus untuk pengguna Matrix akan dimasukkan ke tagihan bulanan.

2. BB App World yang digunakan harus versi 3. Masuk ke App World lalu pilih app yang kamu ingin untuk beli. Saya contohin beli theme ya. Nah, itu yang biasanya pake dolar harga appnya, ntar mengkonversi sendiri ke rupiah. Pastiin pulsanya cukup ya :D

Read more

Festival Pembaca Indonesia 2011

Sempat mikir ga jadi lagi ke Festival Pembaca Indonesia atau Indonesian Reader Festival (IRF) 2011 akhirnya kemaren bisa hadir dan menikmati acara besar tahunan yang diselenggarakan temen-temen Goodreads Indonesia (GRI). Ini kali pertama saya hadir di IRF, setelah tahun lalu sukses diadakan pertama kali. Jadi ya, saya ga bisa bandingin tahun lalu apakah lebih rame dan lebih seru dibanding tahun ini. Saya merasa harus banyak belajar dari temen-temen GRI biar bisa bikin acara seru kayak gini juga nantinya.

sempetin foto sama mbak Indah dan Helvry

Pagi itu saya hadir sebelum jadwal yang seharusnya jam 10 pagi, tapi disana saya melihat semua sudah pada siap. Arena bookswap (tukar buku) udah mulai disusun, semua booth yang ada udah tinggal rapi-rapi, tenda untuk nonton film udah siap, pohon buku udah ada, diskusi buku tinggal jalan. Saya acungi jempol deh untuk temen-temen panitia IRF kali ini. Sebelum pada rame saya duduk di boothnya Ijul dan saya melongo liat ijul buka booth dengan bawa 1 kontainer + 1 tas gede berisi buku koleksi pribadinya, yang emang blom semuanya dibaca. Saya tau Ijul lah, kami punya kemiripin soal selera buku, tapi ngasih rating buku ya blom tentu sama :D

booth WWF

Jam 10 lebih akhirnya saya memutuskan untuk keliling ke semua booth yang ada, mulai dari depan sampe ke belakang, ga lupa sambil kenalan dengan temen-temen GRI yang beberapa baru kenal namanya doang. Ada WWF yang ngasih dongeng ke anak-anak, saya terharu ada juga booth laen seperti Rumah Dongeng, mereka dengan sabar ngasih dongeng ke anak-anak hampir satu per satu dan anak-anak yang dateng pun menyimak dengan seneng. Saya sadar, untuk membangun generasi membaca itu emang harus sejak dini, kalo dari kecil mereka udah kenal buku lebih baik dari maen game, kebiasaan membaca itu akan tumbuh sampe gede. Saya mengalami itu, walo Mama dan Papa ga ngasih dongeng sebelum tidur, orang tua saya sering banget beliin majalah atau buku bacaan kayak Bobo, Paman Gober malah berlangganan. Walo ga semua orangtua bisa seperti itu, ada banyak cara kok untuk menumbuhkan kesukaan membaca.

booth AIUEO
booth AIUEO

Contohnya, ada AIUEO yang memberikan fasilitas membaca gratis untuk umum, yang biasanya hadir pada Minggu ke 2 dan terakhir Car Free Day, pukul 7 – 10 WIB di Bundaran HI, Jakarta. Mungkin ga banyak dari kita ada yang tau soal ini, tapi gerakan seperti ini terbukti bisa menumbuhkan kesukaan membaca. Saya salut sama AIUEO ini, dan sekaligus membuat saya sadar saya sendiri punya banyak buku tapi belum bisa memberikan fasilitas seperti itu khususnya pada anak-anak.

Read more

Nonton Bareng Film Pengejar Angin

undangan film Pengejar Angin

Pengejar Angin membawa saya menyadari daerah-daerah di Sumatera Selatan itu keren banget!

Setelah membujuk Fandagri, akhirnya beberapa temen di Wongkito bisa dapet undangan nonton premiere film Pengejar Angin. Saya awalnya ga tau film apa sih yang dimaksud, kalo beberapa bulan lalu emang kedengeran bakal ada film dengan setting daerah di Sumsel, katanya soal Dapunta. Yaaaa… Kirain film yang disebut-sebut produksi Hanung Bramantyo itu menyajikan film ala kerajaan Sriwijaya jaman Dapunta berjaya, ternyata film Pengejar Angin inilah yang dimaksud.

Diceritakan Dapunta (Qausar) adalah anak SMA di Lahat, salah satu kabupaten di Sumatera Selatan, yang pintar tapi keinginannya untuk melanjutkan kuliah terhalang oleh Bapang (sebutan untuk Ayah, yang diperankan Mathias Muchus). Ayahnya menginginkan Dapunta meneruskan kerja seperti yang dilakukan ayahnya, dengan alasan cinta keluarga dan negeri sendiri. Namun, Dapunta masih punya orang-orang seperti Pak Damar (Lukman Sardi), Umaknya (Wanda Hamidah) dan Nyimas (Siti Helda) yang selalu mendukung cita-cita besarnya.

Dan, ketika keinginan Dapunta terhalang biaya, Dapunta harus mendapati sang Ayah masuk penjara atas pekerjaannya selama ini. Dapunta harus bekerja ekstra keras untuk cita-citanya, belum lagi ibunya jatuh sakit dan keinginan Yusuf dan teman-teman untuk memberhentikan Dapunta dari sekolahnya. Hingga akhirnya Pak Damar melihat talenta Dapunta sebagai seorang pelari yang membawa namanya menjadi pengejar angin.

nunggu sebelum film dimulai

Secara keseluruhan filmnya bagus. Akting pemain-pemain baru seperti Qausar dan Siti Helda pun bagus, walau bahasanya amat terkesan dipaksakan, dialek yang paling pas dalam film ini ya cuma Mathias Muchus, secara ya Mas Muchus ini memang berasal dari daerah setempat. Setting di Lahat, Air Terjun Bedegung kerasa cantik sekali dan view yang diambil amatlah keren. Saya aja jadi pengen kesana.

Read more

Pindahan dari Posterous ke WordPress

Setelah 2 tahun ini, blog Alaya di Posterous, akhirnya saya memutuskan untuk pindah aja pake WordPress.
Emang sih niat awal, blog Posterous yang awalnya beralamat di dreeva.posterous.com itu mau dipake untuk foto blog aja, karena suka banget foto-fotoin Alaya, maka akhirnya saya mendeklarasikan kalo blog itu blog foto Alaya. Karena melihat itu blog di update terus, si Ayahnya Alaya akhirnya memberikan alaya.rasyid.net untuk blog tersebut.

posterous-to-wordpress
Posterous to WordPress

Awalnya saya berpikir untuk menceritakan banyak hal tentang Alaya di blog keluarga aja, tapi emang susah ya punya banyak blog, jadi susah di update-nya. Karena lebih suka update foto blog, jadi ya itu blog keluarga nganggur aja gitu, ga di update sejak Desember 2010.

Akhirnya, saya kangen. Saya kangen menulis banyak hal tentang bagaimana menjadi ibu. Membesarkan Alaya penuh proses belajar, buat saya juga buat suami. Sayang banget kalo tidak kami bagi lewat tulisan, siapa tau dibutuhkan untuk pasangan orang tua baru lainnya. Wong saya juga banyak belajar ini itu dari tulisan banyak orang dari internet juga kok :)

Saya mencoba untuk menulis di Posterous, sayangnya Posterous punya masalah di ukuran foto. Ukuran foto yang kita upload ke Posterous akan nongol segede foto itu sendiri, ga bisa resize dan emang ga ada menu edit foto itu, kan susah ya, mau nge-resize foto dulu tiap mau posting trus baru di upload *capek deh*.

Read more

Review Buku Cinta Tak Pernah Mati

Cinta Tak Pernah Mati

Judul Buku : Cinta Tak Pernah Mati
Penulis : Akutagawa, Balzac, Bjornson, Chekhov, Dostoevsky, Galsworthy, Henry, Joyce, Kipling, Maugham, Maupassant, Poe, Strindberg, Tagore, Tolstoy, Twain, Zola.
Penerjemah : Atta Verin dan Anton Kurnia
Penerbit : Gita Cerita Utama (Serambi Ilmu)
Jumlah Halaman : 227 Halaman
Harga : Rp. 35.000
ISBN : 9789790243576

“Buku seharusnya menjadi sebilah kapak es yang sanggup memecahkan kebekuan di dalam diri kita” – Franz Kafka-

Cinta memang ga pernah ada habisnya buat diceritakan. Sesungguhnya memang cerita cinta ga pernah mati, selalu ada saja yang bisa diceritakan dan cerita seperti ini tak pernah membuat orang bosan. Saya salah satunya. Sebagai penyuka cerita cinta, cerita romantis, romansa, metropop dan apa lagi itu namanya, rasanya kurang afdol kalo ga baca buku ini.

Katakanlah, dari beberapa penulis yang namanya ada dalam buku ini, mungkin hanya sebagian saja saya tau, seperti Henry, Kipling, Poe dan Twain, selebihnya hampir saya baru dengar. Padahal ya, mereka ini adalah pengarang terkemuka dari berbagai negara, sastrawan yang namanya sudah punya banyak karya. Saya senang akhirnya karya-karya klasik dari berbagai belahan dunia ini akhirnya diterbitkan lagi, apalagi dengan kumpulan cerita. Jadi, kita bisa membaca karya-karya terbaik pengarang-pengarang ternama ini dalam satu buku.

Read more