Membiasakan Memilah Sampah

Pagi ini, seperti biasa abang yang ngumpulin sampah ngetok rumah, itu artinya harus bayar iuran rutin tiap bulan. Biasanya tiap bulan saya selalu mengeluarkan sampah yang sudah saya pilah yaitu sampah plastik PET juga kardus untuk diberikan ke abangnya.

Saya lupa kebiasaan ini sudah berapa lama saya lakukan. Saya cuma merasa bahwa sudah sewajarnya kita di rumah memilah sampah berdasarkan jenis-jenisnya. Niatnya cuma satu, supaya yang butuh sampahnya untuk didaur ulang bisa dengan mudah ngambilnya. Untuk abang pengangkut sampah juga akan lebih senang menerima sampah yang sudah dipilah, mungkin bisa dia kumpulin ke pengepul sampah dan akhirnya bisa jadi tambahan pemasukan.

Indonesia sudah masuk darurat sampah. Miris rasanya melihat banyak hewan laut yang terdampar dan mati karena memakan banyak sampah plastik. Ini juga untuk kelangsungan hidup bumi ini. Saya bukan lah aktivis lingkungan hidup, tapi kita semua perlu melakukan hal kecil yang berdampak besar bagi kehidupan selanjutnya. Apa hal kecil itu? Banyak sih, sebut aja ;

Read more

Ini Mengapa Twitter Masih Lebih Menyenangkan

Waktu itu saya pernah ngetwit tentang bagaimana Twitter lebih menyenangkan beberapa tahun yang lalu dibanding sekarang, kenapa? Alasannya karena temen-temen saya yang dulu gak terlalu banyak lagi ngetwit, udah lebih aktif pamer foto di Instagram. Trus sekarang Twitter jadi gak menarik ya? Gak juga sih, hmmm.. begini….

Sejak Instagram (IG) dibeli Mark Zuckerberg, semua orang yang pake android udah bisa IG-an, orang-orang jadi banyak beralih melihat foto dan video dengan caption yang panjang di sana. Jumlah love dan view video juga follower di IG menjadi lebih menarik untuk ditingkatkan, entah biar terkenal, jadi viral atau biar tetap eksis saja.

Sejujurnya, saya merasa Instagram sangatlah baik untuk memamerkan karya. Saya sendiri follow banyak yang sering memposting foto karya mereka, baik itu gambar dengan tangan, yang suka mewarnai, karya crochet dan yang suka berbagi foto jepretan kameranya. Menarik sekali, saya bisa mendapat banyak ide dari sana. Tapi bagi banyak orang Instagram juga menjadi ajang narsis, ajang pamer foto diri/selfie, keluarga hingga semua yang dipunya, yang tujuannya kadang gak lagi untuk eksis semata.

Mau tujuan orang menggunakan sosial media apa sih ya biarkan itu menjadi tujuan mereka, sejauh itu tujuan yang baik ya silakan saja. Yang menarik adalah bagaimana algoritma Instagram (juga Facebook) yang tidak lagi berdasarkan waktu, tapi yang paling sering kita ikuti dengan like/love atau search via tagar. Jadi, IG dan FB akan menampilkan di feed ya yang sering kita lihat aja, bukan berarti temen-temen yang kita follow gak ada update-an ya, tapi seringkali gak terlihat aja gitu. Apa yang sering kita sukai akan dicatat sama IG/FB untuk dijadikan lahan iklan. Lalu, muncullah iklan yang sesuai dengan apa yang kita sukai. Ini agak mengerikan sebenarnya, sadar atau tidak, ada profiler yang melihat kebiasaan kita (soal ini sepertinya menarik untuk ditulis terpisah).

Lalu mengapa orang-orang sekarang lebih suka nengok IG-story daripada post feed? Menurut saya karena orang lebih suka melihat hal remeh/sepele, update gak perlu diedit sedemikian rupa dan sesuai waktunya, yang lebih update akan berada di sisi paling kiri. Itu berarti sebenarnya kita menyukai posting sesuai garis waktu kan ya? :)

Garis waktu yang masih digunakan Twitter adalah salah satu kunci kenapa Twitter masih terasa menyenangkan buat saya. Saya bisa melihat twit mana yang lebih update setiap harinya. Fitur yang diberikan Twitter juga menjadi lebih baik dengan adanya mute keyword, jadi untuk menghindari orang-orang yang suka ngetwit gak jelas dan menjurus ke fitnah dalam urusan politik bisa kamu matikan (mute). Dan yang paling penting adalah, menurut saya di Twitter saya bisa lihat bagaimana pandangan orang tentang apa saja. Bagaimana orang-orang menilai sesuatu secara pribadi. Twitwar juga kadang menjadi menarik seperti debat, banyak ide yang dimunculkan. Saya seringkali juga bisa bertanya dan mendapat jawaban dari teman-teman untuk banyak hal, dari yang remeh sampe yang berat sekali pun. Itu mengapa saya lebih menyukai Twitter hingga saat ini.


Film Dokumenter Enam Penjuru dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Apa yang kalian pikirkan tentang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang negara kita punya sekarang?

Program JKN sendiri sebenarnya lebih sering kita dengar yaitu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan dibagi menjadi BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan yang sudah ada sejak tahun 2013. Saya akan lebih lanjut ngomong soal JKN ini setelah saya ulas mengenai film dokumenter yang berjudul Enam Penjuru yang dibuat oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia bersama Friedrich Ebert Stiftung (FES).

Saya dan teman-teman blogger diundang untuk ikut diskusi dan nonton langsung film dokumenter tersebut di The 101 Hotel Palembang, Rabu 19 Desember 2018 kemarin. Tapi sepertinya film ini memang tidak (atau belum) diterbitkan di Youtube atau kanal video lain yang bisa ditonton oleh banyak orang. Film ini menyoroti tentang sistem JKN yang sudah berjalan di Indonesia. Ada enam jurnalis AJI yang terpilih dan ternyata hampir semua bukan yang terbiasa membuat merekam video, sehingga Watchdoc membantu dari segi teknis filmnya. Keenam jurnalis tersebut dilatih selama tiga hari saja untuk mendapat pelatihan bagaimana merekam gambar demi keperluan film ini. Dari sisi isi film tentu saja dikembalikan pada para jurnalis. Karena itu lah film ini diberi judul Enam Penjuru.

Filmnya sendiri memperlihatkan bagaimana beberapa pasien sakit yang menggunakan JKN ini. Di Jakarta ada seorang yang harus cuci darah tiap dua kali seminggu dengan menggunakan Kartu Jakarta Sehat, gratis. Di Manado seorang ibu yang terkena kanker bisa menggunakan BPJS dari rumah sakit di daerahnya hingga harus dibawa ke rumah sakit rujukan yang lebih besar dan harus menggunakan kapal laut menuju ke sana. Ada lagi di Banyumas, pekerja yang jatuh saat mengumpulkan gula aren bisa menggunakan BPJS ini.

Read more

Isu Pelecehan Seksual, Dari Drama Hingga Trauma

Tulisan ini di draft sejak lama, saya merasa gatel pengen nulis tentang hal ini setelah isu ini berkali-kali dateng di drama Korea yang saya tonton.

Ya, soal isu pelecehan seksual ini selalu yang banyak jadi korban adalah perempuan, walau memang tetap ada saja korban laki-laki. Drama Korea yang saya tonton jelas sekali banyak mengangkat isu ini, sebut saja salah satunya adalah serial Criminal Minds : Korea dan Live. Live sendiri adalah serial tentang beberapa petugas polisi baru yang jadi polisi patroli dan salah satunya, polisi perempuan pernah menjadi korban pelecehan seksual. Di sana dia harus menyelamatkan anak perempuan yang menjadi korban serupa dirinya. Pada saat itulah dia sadar, bahwa ternyata pengalaman saat itu menyisakan trauma hingga dia dewasa. Dia mencoba untuk mengobati sendiri trauma itu, tapi tetap saja trauma tetaplah trauma. Mengurangi bisa, melupakan mungkin tidak bisa.

Read more

10 Prinsip Kebebasan Berpendapat

Ada banyak bahan bacaan jika teman-teman pengen tahu soal kebebasan berpendapat. Sampe sekarang saya juga masih belajar, masih baca-baca. Apalagi jika kebebasan berpendapat ini dikaitkan dengan internet dan hak asasi manusia, bisa panjang banget. Beberapa juga saya baca dari modul dan buku-buku yang ada. Beberapa akan saya bagikan dalam upaya biar link dan hal-hal dasar yang wajib diketahui tersimpan dengan baik dan bisa saya baca dikemudian hari ketika saya butuhkan atau jika saya tiba-tiba lupa.

Berikut adalah 10 prinsip kebebasan berpendapat yang diramu dari Free Speech Debate.

    1. Kita – semua manusia – harus bebas dan dapat mengekspresikan diri, dan untuk mencari, menerima dan menyampaikan informasi, ide serta gagasan, tanpa batas
    2. Kita mempertahankan internet dan semua bentuk komunikasi lainnya terhadap gangguan-gangguan yang tidak sah oleh kedua kekuatan publik maupun swasta
    3. Kita membutuhkan dan membuat media yang terbuka beragam sehingga kami dapat membuat keputusan berdasarkan informasi yang baik dan berpartisipasi penuh dalam kehidupan politik
    4. Kita berbicara secara terbuka dan dengan sopan tentang segala macam perbedaan
      manusia
    5. Kita mengizinkan untuk tidak ada tabu dalam diskusi dan penyebaran pengetahuan
    6. Kita tidak melakukan ancaman kekerasan serta tidak menerima adanya intimidasi kekerasan.
    7. Kita menghormati orang yang meyakini / mempercayai suatu hal tetapi bukan berarti atas isi keyakinan atau kepercayaannya
    8. Kita semua berhak atas kehidupan pribadi tetapi harus menerima pengawasan jika itu adalah demi kepentingan publik
    9. Kita harus mampu untuk melawan penghinaan pada reputasi kita tanpa mengganggu atau membatasi perdebatan yang sah
    10. Kita harus bebas untuk menantang batasan kebebasan berekspresi dan informasi yang selama ini berdasarkan alasan untuk keamanan nasional, ketertiban umum, moralitas dan perlindungan kekayaan intelektual

Internet telah menjadi alat yang sangat diperlukan untuk mewujudkan berbagai hak asasi manusia, memerangi ketidakadilan, dan mempercepat pembangunan dan kemajuan manusia, maka memastikan (ketersediaan) akses ke Internet haruslah menjadi prioritas bagi semua negara.

– Frank La Rue –

Sama Seperti di Film Favoritmu~~~

Siapa sih yang gak suka nonton film?
Menonton itu kayak hiburan tersendiri, mau di hp, laptop, di tv atau di layar lebar itu sih cuma masalah caranya aja, tapi nonton film tetaplah menyenangkan. Banyak film bagus yang udah saya tonton, tapi mungkin gak banyak yang mau ditonton berulang.

Kalo ditanya film genre apa yang sering ditonton? Jawabannya sih thriller.
Thriller ya bukan horor. Horor adalah genre film yang paling saya hindari sekali, rasanya buat apa menghabiskan waktu untuk menonton cerita yang bukan buat kita terhibur tapi malah menakuti. Jadi, saya pastikan judul-judul film horor Indonesia yang sedang hip saat ini, tidak akan saya tonton meskipun dapet tiket gratisan sekalipun.
Selama sebuah film punya cerita yang enak untuk dinikmati, semudah itu juga saya menyukai sebuah film. Dan kalo ditanya film favorit yang bisa saya tonton berulang ya pasti ada, walau gak banyak tapi hampir semuanya genre drama gitu.

1. Armageddon (1998 )

Kalo ditanya kenapa film ini jadi film favorit?
Jujur saya juga gak ngerti kenapa, cuma karena suka aja ceritanya kali ya. Menurut saya ceritanya seru, ada hubungan ayah dan anak juga. Difilm ini pertama kenal Ben Affleck trus lanjut suka sama si aktor.

2. 500 Days of Summer (2009)

Nah, kalo ini kenapa favorit?
Ceritanya dan endingnya. Karena Joseph Gordon Levitt dan Zoey Deschanel kayaknya. Ceritanya menarik, dari sisi si cowok. Cerita drama tentang hubungan cinta cowok (Tom) dan cewek (Summer). Mereka ketemu trus Tom suka, trus jadian tapi si Summer ini gak percaya sama komitmen, jadi membiarkan hubungan mereka kayak gitu aja, trus akhirnya pisah. Trus waktu berjalan si Tom malah ketemu Summer mau nikah, padahal katanya si Summer gak percaya komitmen pernikahan. Ya, waktu berjalan, semua orang bisa berubah. Ya, berarti gak jodoh ya, gitu aja sih. Trus Tom akhirnya move on diendingnya. Gitu aja emang ceritanya, tapi saya suka sih, termasuk soundtrack film ini.

Read more

Faber-Castell Hadirkan Lomba Mewarnai Keluarga di 61 Kota

Apa yang ada dalam benak kamu ketika disebutkan Faber-Castell?
Pasti jawabannya, alat gambar. Ya crayon, pensil warna, sampe pensil 2B buat ujian.
Merk Faber-Castell udah tercipta baik dalam banyak produknya, kualitasnya pun oke punya, wajar aja Faber-Castell sudah ada sejak tahun 1761. Anak saya pun kalo mau beli alat gambar ya maunya Faber-Castell karena memang lebih oke.

Nah, sebagai produsen alat tulis tertua dan terbesar di dunia, Faber Castell rutin mengadakan beragam kegiatan untuk mendorong tumbuhnya generasi kreatif di Indonesia, salah satu diantaranya adalah lomba gambar. Faber-Castell Indonesia sendiri sudah menyelenggarakan lomba gambar usia dini ini sejak tahun 2011 lalu, karena Faber-Castell percaya bahwa sejak dini kreativitas sudah bisa dikembangkan.

press conference, family colouring competitions, Aryaduta Hotel 19 Sept 2018

Tahun 2018 ini, Faber-Castell menyelenggarakan kembali lomba gambar yang diberi tajuk Family Colouring Competitions, dengan tema Happy Family. Kenapa disebut lomba keluarga? Bapak Richard Panelewen, product manager PT Faber-Castell Internasional Indonesia mengatakan, lomba ini yang ikutan gambar dan mewarnai gak cuma anaknya saja, tapi juga melibatkan partisipasi aktif orangtuanya, bisa ayah atau ibunya. Sehingga kegiatan ini diharapkan mampu menjadi kegiatan yang menguatkan kehangatan keluarga dan menghadirkan waktu berkualitas bersama keluarga dan menghasilkan sesuatu yang kreatif. Kegiatan ini juga merupakan bagian dari kampanye Faber-Castell, #Art4all, di mana seni dapat dinikmati oleh banyak kalangan, dari usia dini, remaja, orang dewasa, lansia, dan semua keluarga.

Lomba ini akan digelar di 61 kota di Indonesia untuk tingkat anak usia Taman Kanak-Kanak/PAUD/RA dengan menggunakan crayon (hexagonal oil pastel) Faber-Castell. Tapi, tenang aja gak cuma kota besar di Indonesia kok yang akan disambangi Faber-Castell, tapi juga banyak kota kecil di Indonesia akan digelar juga, sehingga anak-anak di kota kecil juga bisa ikutan dalam lomba tahun ini. Palembang juga termasuk dalam kota yang akan diselenggarakannya lomba gambar ini yaitu pada tanggal 30 Oktober 2018 bertempat di Palembang Indah Mall, sebanyak 1000 anak beserta orangtuanya bisa mengikuti lomba ini. Untuk Sumatera bagian selatan lomba ini akan diselenggarakan di 18 kota. Para pemenang akan dihadiahi jalan-jalan ke beberapa lokasi wisata menarik di Indonesia, seperti Candi Borobudur di Jawa Tengah (untuk pemenang area Sumatera), Belitung (untuk pemenang area Jawa) dan Jatim Park (untuk pemenang area Sulawesi dan Kalimantan). Family Colouring Competitions ini direncanakan berlangsung hingga bulan Mei tahun depan.

Bagi yang mau ikutan acaranya di Palembang atau di kota lain, silakan cek info pendaftarannya di Gramedia atau sosial media Faber-Castell ya.
web : http://www.faber-castell.co.id/
twitter : @FaberCastell_id
instagram : @fabercastell_id