Anak-Anak Korban Orangtuanya

Anak adalah buah hati orangtua, buah cinta kasih orangtuanya. Itu teorinya. Normalnya begitu. Lalu apa ada anak yang ‘tidak normal’? Tidak normal di sini bukan karena seorang anak dilahirkan dengan kekurangan secara fisik, tapi lebih dari itu, kekurangan yang secara psikologis dirasakan si anak, yang dia bawa dari kecil hingga ia besar.

Ada anak-anak yang dilahirkan tanpa cinta, hasil perkosaan misalnya, ada juga anak-anak yang lahir dari sebuah kesalahan dari orangtuanya, yang kadang mati-matian ingin digugurkan sejak dari janin, ada anak-anak yang ditinggal pergi oleh orangtuanya, ‘dititipkan’ ke keluarga lain, pada panti asuhan dan sebagainya. Mereka tetap anak-anak normal, tapi bukan dari keluarga yang dikatakan orang-orang ‘normal’.

Anak dengan label ‘diluar nikah’ misalnya. Sama sekali anak itu gak salah, gak minta kok dia dilahirkan ke dunia, yang salah adalah perbuatan orangtuanya. Berhenti mengungkit atau mencap si anak dengan label seperti itu, dia tetap anak normal yang harus kita samakan dengan yang lainnya, tak berbeda. Cerita Ganda dalam novel No Place Like Home contohnya, menggambarkan rasa sakit hati yang dibawa Ganda atas label anak diluar nikah sejak dia kecil. Kadang malah keluarga terdekat yang paling sering mengungkit dan menjadikan sakit itu lebih parah. Rasa sakit ini malah membawa dendam berkepanjangan pada orangtua sendiri lalu terbawa hingga anak dewasa.

Read more

Literasi Bukan Cuma Soal Membaca

Sebenarnya untuk semua hal soal baca dan buku sudah punya tempat sendiri diblog buku saya nike.my.id. Sebelum tahun 2013 saya masih nulis review buku dalam blog ini, kadang saya aja bosen kenapa postingnya banyakan review buku daripada ngomongin hal lain. Dan atas bujukan kawan-kawan di Goodreads, saya akhirnya punya blog buku tersebut dan bergabung ke Blogger Buku Indonesia. Tapi kali ini bukan cuma soal buku dan membaca tapi literasi.

Apa sih literasi itu? Menurut KKBI literasi diartikan :

  • kemampuan menulis dan membaca
  • pengetahuan atau keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu
  • kemampuan individu dalam mengolah informasi dan pengetahuan untuk kecakapan hidup
ilustrasi dari shutterstock.com

Literasi sendiri berasal dari bahasa latin literatus yang artinya orang yang belajar. UNESCO mengartikan Literacy is the ability to identify, understand, interpret, create, communicate and compute, using printed and written (and visual) materials associated with varying contexts. Jadi bisa diartikan literasi itu adalah kemampuan individu untuk membaca, memahami, mengartikan dan menulis juga berbicara dalam bidang tertentu.

Mengutip tulisan Najelaa Shihab :
Literasi berkait kompetensi berpikir dan memproses informasi, karenanya bukan hanya soal keterampilan membaca apalagi mengeja. Seseorang dengan tingkat literasi tinggi, mempunyai kemampuan penalaran dan pemecahan masalah dalam berbagai bidang, berkait sains dan numerasi juga finansial.

Read more

Teman Perjalanan

Siapa yang tidak menyukai perjalanan? Saya kira ada-ada saja, misalnya bagi orang yang sering merasa mabuk dalam perjalanan darat atau laut. Tapi tiap kita pasti melakukan banyak perjalanan, entah itu perjalanan pendek atau yang jaraknya jauh.

Perjalanan mau jaraknya pendek atau dengan jarak jauh sekalipun tetap akan menarik dilakukan bersama teman atau keluarga, tapi bagi traveler sejati, mau sendiri pun tak masalah. Beberapa teman saya contohnya, sering sekali melakukan solo traveling dan mereka merasa senang-senang saja. Walaupun ada beberapa kekhawatiran kala melakukan perjalanan sendirian.

ilustrasi dari shutterstock.com

Dalam IG Story Omnduut pernah melakukan jajak pendapat, apa yang menjadi kekhawatiran dalam melakukan perjalanan sendirian beberapa diantaranya yaitu ;

Read more

Diary Film di Letterboxd

Setiap orang pasti suka nonton. Ya kan? Siapa coba yang gak suka? Hampir setiap hari yang kita lakukan adalah menonton. Entah nonton film, nonton serial tv, nonton iklan, nonton Youtube sampe mungkin nonton orang kelahi.

gambar dari ajra.es

Sekarang nonton pun gak harus di bioskop, nonton juga bisa di tv rumah, bisa dari laptop sampe dari smartphone. Lebih mudah lagi, sekarang udah banyak aplikasi nonton film walau harus berbayar untuk langganan, tetap aja menonton dengan gawai sudah bisa jadi pilihan asyik.

Sebut saja, Netflix yang paling beken. Walau harus bayar langganan sekitar 100-200 ribu per bulan, orang banyak yang rela bayar kok demi bisa nonton banyak film, serial yang ditawarkan Netflix. Trus ada Iflix juga kalo di Indonesia, sayangnya filmnya kurang banyak dan agak lawas gitu. Ada lagi Hooq dan Viu. Buat penyuka serial Korea kayak saya, Viu adalah aplikasi andalan buat nonton serial Korea terkini. Saya rela bayar 150rb per tahun (kalo dapet promo) untuk premium Viu.

Read more

Verifikasi Hoax Dengan Bantuan Komunitas

Hoax atau kabar bohong sepertinya udah jadi hal yang tiap hari kita dengar akhir-akhir ini. Menyebarnya cepat sekali, kalah deh virus flu. Yang paling mudah karena dengan sekali klik forward (di aplikasi pesan singkat), reshare/retweet/repost dari media sosial bisa langsung tersebar ke mana-mana.

ilustrasi dari hipwee.com

Hoax banyak diartikan berita bohong, tapi sebenarnya berita sendiri itu sudah benar, kalau bohong ya bukan berita namanya. UNESCO sudah mengklasifikasi menjadi tiga yaitu misinformasi, disinformasi dan malainformasi. Mari kita cek apa beda ketiganya ;

  1. Misinformasi : informasi palsu tetapi tidak dibuat dengan maksud menyebabkan kerugian
  2. Disinformasi : informasi palsu yang sengaja dibuat dengan maksud membahayakan seseorang, kelompok sosial, organisasi atau negara
  3. Malainformasi : Informasi yang didasarkan pada kenyataan, digunakan untuk menimbulkan kerugian pada seseorang, kelompok sosial, organisasi atau negara.
Read more

Membiasakan Memilah Sampah

Pagi ini, seperti biasa abang yang ngumpulin sampah ngetok rumah, itu artinya harus bayar iuran rutin tiap bulan. Biasanya tiap bulan saya selalu mengeluarkan sampah yang sudah saya pilah yaitu sampah plastik PET juga kardus untuk diberikan ke abangnya.

Saya lupa kebiasaan ini sudah berapa lama saya lakukan. Saya cuma merasa bahwa sudah sewajarnya kita di rumah memilah sampah berdasarkan jenis-jenisnya. Niatnya cuma satu, supaya yang butuh sampahnya untuk didaur ulang bisa dengan mudah ngambilnya. Untuk abang pengangkut sampah juga akan lebih senang menerima sampah yang sudah dipilah, mungkin bisa dia kumpulin ke pengepul sampah dan akhirnya bisa jadi tambahan pemasukan.

Indonesia sudah masuk darurat sampah. Miris rasanya melihat banyak hewan laut yang terdampar dan mati karena memakan banyak sampah plastik. Ini juga untuk kelangsungan hidup bumi ini. Saya bukan lah aktivis lingkungan hidup, tapi kita semua perlu melakukan hal kecil yang berdampak besar bagi kehidupan selanjutnya. Apa hal kecil itu? Banyak sih, sebut aja ;

Read more

Ini Mengapa Twitter Masih Lebih Menyenangkan

Waktu itu saya pernah ngetwit tentang bagaimana Twitter lebih menyenangkan beberapa tahun yang lalu dibanding sekarang, kenapa? Alasannya karena temen-temen saya yang dulu gak terlalu banyak lagi ngetwit, udah lebih aktif pamer foto di Instagram. Trus sekarang Twitter jadi gak menarik ya? Gak juga sih, hmmm.. begini….

Sejak Instagram (IG) dibeli Mark Zuckerberg, semua orang yang pake android udah bisa IG-an, orang-orang jadi banyak beralih melihat foto dan video dengan caption yang panjang di sana. Jumlah love dan view video juga follower di IG menjadi lebih menarik untuk ditingkatkan, entah biar terkenal, jadi viral atau biar tetap eksis saja.

Sejujurnya, saya merasa Instagram sangatlah baik untuk memamerkan karya. Saya sendiri follow banyak yang sering memposting foto karya mereka, baik itu gambar dengan tangan, yang suka mewarnai, karya crochet dan yang suka berbagi foto jepretan kameranya. Menarik sekali, saya bisa mendapat banyak ide dari sana. Tapi bagi banyak orang Instagram juga menjadi ajang narsis, ajang pamer foto diri/selfie, keluarga hingga semua yang dipunya, yang tujuannya kadang gak lagi untuk eksis semata.

Mau tujuan orang menggunakan sosial media apa sih ya biarkan itu menjadi tujuan mereka, sejauh itu tujuan yang baik ya silakan saja. Yang menarik adalah bagaimana algoritma Instagram (juga Facebook) yang tidak lagi berdasarkan waktu, tapi yang paling sering kita ikuti dengan like/love atau search via tagar. Jadi, IG dan FB akan menampilkan di feed ya yang sering kita lihat aja, bukan berarti temen-temen yang kita follow gak ada update-an ya, tapi seringkali gak terlihat aja gitu. Apa yang sering kita sukai akan dicatat sama IG/FB untuk dijadikan lahan iklan. Lalu, muncullah iklan yang sesuai dengan apa yang kita sukai. Ini agak mengerikan sebenarnya, sadar atau tidak, ada profiler yang melihat kebiasaan kita (soal ini sepertinya menarik untuk ditulis terpisah).

Lalu mengapa orang-orang sekarang lebih suka nengok IG-story daripada post feed? Menurut saya karena orang lebih suka melihat hal remeh/sepele, update gak perlu diedit sedemikian rupa dan sesuai waktunya, yang lebih update akan berada di sisi paling kiri. Itu berarti sebenarnya kita menyukai posting sesuai garis waktu kan ya? :)

Garis waktu yang masih digunakan Twitter adalah salah satu kunci kenapa Twitter masih terasa menyenangkan buat saya. Saya bisa melihat twit mana yang lebih update setiap harinya. Fitur yang diberikan Twitter juga menjadi lebih baik dengan adanya mute keyword, jadi untuk menghindari orang-orang yang suka ngetwit gak jelas dan menjurus ke fitnah dalam urusan politik bisa kamu matikan (mute). Dan yang paling penting adalah, menurut saya di Twitter saya bisa lihat bagaimana pandangan orang tentang apa saja. Bagaimana orang-orang menilai sesuatu secara pribadi. Twitwar juga kadang menjadi menarik seperti debat, banyak ide yang dimunculkan. Saya seringkali juga bisa bertanya dan mendapat jawaban dari teman-teman untuk banyak hal, dari yang remeh sampe yang berat sekali pun. Itu mengapa saya lebih menyukai Twitter hingga saat ini.